Dear Gen Z, kala nanti Ibumu minta dibelikan smartphone…

Dear Gen Z,

Saya mau cerita sedikit tentang generasi ortu-mu yang unik. Generasi yang bangga karena berada diperlintasan perubahan teknologi yang cepat, dan mengalami banyak transisi dari analog ke digital. Kalian tentu saja generasi digital, tetapi bapak ibumu ada ditengah-tengah peralihan tesebut. Mereka generasi yang yang sering meledek kamu ngga tau hubungannya antara kaset dan pensil, yang bilang kalau lagu-lagu jaman mereka lebih enak didengar, dan sering marahin kamu karena keasikan menatap layar bukan bermain di luar. (Dan setelah kamu bersungut-sungut terpaksa berhenti main game, dan ngga tau di luar mau ngapain, mereka juga asik buka henpon, foto-foto, dan kirim ke media sosial :-p).

Mereka ini generasi yang kepo, mau tau segala urusan kamu, dari mau tau isi henpon kamu, postingan kamu di media sosial, apakah kamu buka situs porno, dan apakah kamu kecil-kecil sudah punya pacar. (Padahal mereka dulu juga kunci pintu kamar dan bikin surat cinta dihias  gambar-gambar hati segala, dan sembunyikan stensilan di bawah kasur)

Kamu tau dong hari ini hari Ibu?

Atau kamu lebih tau hari ini iPhone X release resmi di Indonesia?

Nah ini hebohnya generasi ortu kamu, mereka akan paling semangat kirim ke sosial media ucapan selamat hari ibu, bilang ibu paling baik, kirim gambar bunga mawar, kirim animasi gif yang cantik, memuji-muji ibu.

Mereka bilang ibu adalah segalanya, tanpa ibu, mereka bukan siapa-siapa.

Nah karena generasi bapa dan ibu kamu ada di tengah-tengah perubahan besar, mereka ini generasi yang unik, kadang selain kepo sama kamu, mereka ini sering bertolak belakang dengan postingannya. (Mungkin karena mereka ini generasi peralihan, dari masakan rumah yang ibu masak dengan sehat, ke masakan fast food cepat saji. Jadi MSG nya masih setengah, sementara kamu sejak kecil sudah tau McD, KFC, Burger King, Starbucks, sehingga MSG nya sudah optimal, dan lihat badan kamu lebih tinggi dari bapa ibu kamu 😂, walau saya juga tidak tahu apakah ada korelasi makanan fast food dengan tingginya generasi sekarang)

Nah balik lagi ke cerita hari ibu, ini entah aneh, entah uniknya generasi ortu kamu. Setelah mereka memuji-muji ibu setinggi langit, lebih jauh dari jarak yang bisa dilihat teleskop NASA yang paling canggih, ketika ibu mereka, (yang berarti nenek kamu), bilang minta smartphone supaya bisa lihat foto cucu, atau video call dengan cucu,… iPhone X, Galaxy Note8, iPad pro, Samsung Tab S3, hilang dari list mereka. Yang terlintas langsung smartphone atau tablet yang murah, dan paket data yang bisa tahan tahunan dan semurah mungkin.

Wah ini Xiaomi Redmi 5A baru, hanya 999rb cocok untuk ortu… ngga inget apa mereka nenek kamu itu penglihatannya juga sudah tidak tajam, diberi smartphone layar kecil.

Nah ini aja tablet murah 1,5 juta, dan RAM 1GB, plus internal (masih) 8GB, karena mereka pikir nenek kamu generasi jadul banget, yang ngga akan bisa mengoperasikan smartphone dan tablet canggih. Ngga lama mungkin nenek kamu telepon, nak ini tabletnya nge-hang ada tulisan memori penuh.

Saya sering kena marah kalau ditanya generasi ortu kamu, ketika mereka minta saran beli handphone apa yang cocok buat ortu mereka, dan saya bilang beli-in Galaxy S8+, Note 8, atau iPhone X 😁. Komentar pertama mereka wah mahal banget, buang-buang uang, mereka (nenek kamu) ngga akan bisa memakainya. Kemudian saya bilang ya sudah kalau kemahalan, coba ganti ke S7 edge, Moto Z, atau iPhone 7plus. Tetap saja mereka berat hati, karena yang saya sebut semua smartphone hi-end.

Maklumlah, generasi mereka kadang kaki kiri dan kanan sering menginjak 2 masa yang berbeda, satu kaki tetap di masa analog dengan memori yang manis, dan satu kaki di masa digital yang dinamis. Mereka kira kalau beli smartphone hi-end untuk ortu akan jadi sia-sia. Mungkin mereka lupa, dulu ibu mereka belum sempat dandan, masih berdaster siapkan makan pagi, setidaknya berusaha ada telur dan susu, katanya biar bapak atau ibu kamu pintar di sekolah. Sementara bapa ibu kamu, mungkin sama juga dengan kamu, dibangun-in pagi itu susah banget, pindah dari ranjang, ngendon di sofa dan tidur lagi. Mereka berusaha supaya bapak ibu kamu bisa sekolah di sekolah favorit, katanya biar kalau lulus jadi orang pintar. Berharap bapak ibu kamu bisa sekolah sampai Universitas, katanya biar jadi insinyur atau jadi dokter, lebih pintar dari mereak, se-simple itu.

Bayangin, sesudah semua usaha nenek kamu yang luar biasa itu, sekarang diminta smartphone, buat ngobrol sama kamu yang sibuk, lihat kamu sudah sebesar apa, mungkin mau ikut komentar di IG kamu, mereka ngga mau beliin smartphone yang paling bagus. Kadang saya juga bingung, generasi mereka yang dibilang banyak pengalaman ini entah generasi yang merasa pintar atau malah sering salah persepsi 😅.

Saya juga tau sih, generasi kamu, Gen Z, kalau ditanya: “Adek, klo ulang tahun mau dibeliin apa?” Kamu kemungkinan besar akan jawab: iPhone X! Note 8!. Hahaha semua juga wajar punya cita-cita dan keinginan punya barang bagus, apalagi buat generasi kamu yang deras mendapat banyak informasi digital. Kebanyakan ortu kamu ngga akan mengabulkan permintaan kamu sih, kalaupun ngasih, mungkin pakai Syarat dan Ketentuan, yang kalau kamu lihat di buku garansi handphone sering di bintang-bintangin *.  Adek harus juara kelas*, adek janji harus rajin bangun pagi ya*, adek tapi harus les piano ya, de el el.

Jadi gini ya adik Gen Z, saya cerita sama kalian, supaya kalian nanti ingat waktu jaman berganti dan ortu kamu sudah kakek nenek. Mungkin di jaman kalian nanti, gadget kita sudah beyond smartphone. Katanya generasi kamu nanti, buat punya rumah saja sulit. Jangan-jangan kamu juga akan dihadapkan pada pilihan yang membingungkan, ketika ibu kamu nanti minta dibelikan yang beyond smartphone itu, sementara kalian harus berjuang untuk punya rumah.

Kenapa sih kalian harus kasih barang bagus buat ortu? Saya ngga tau nanti gadget beyond smartphone jaman kamu itu seperti apa. Tapi saya cerita jaman now, kenapa ortu kalau minta smartphone, kita harus usahakan beri yang terbaik.

Pertama, ya kan ortu kamu sudah posting dengan gambar keren, “kasih ibu tak terbayarkan, luar biasa, tak tergantikan. bla bla bla”. Jadi mereka harus rela belikan yang meraka bisa bayarkan sekarang sebagai bukti, ya ngga? Sebagai generasi yang membutuhkan banyak penjelasan logis, saya percaya kalian setuju kan, ini logis, orang bicara harus bisa membuktikan :-D.

Kedua banyak yang mengira smartphone hi-end yang keren dan canggih-canggih itu sulit pengoperasiannya. Hmm persepsi yang salah.

Coba kamu tanya bapak kamu, pak kalau naik Avanza, dibawa ngebut 130km per jam di tol, goyang-goyang ngga tuh mobil, lebih takut ngga saat belok?

Trus kamu tanya pertanyaan yang sama oom yang pakai BMW atau Mercy, bahkan boleh naikkin kecepatannya ke 200 km per jam.

Bapak kamu mungkin bilang, nak bapak ini jago nyetir, sudah pengalaman dari remaja, jadi bapak bisa bawa Avanza sampai 150 km per jam juga bapak bisa handle kok.

Trus kamu tanya sama oom yang naik BMW dan Mercy, oom kalau naik mobil disupirin ya? Supir oom lulusan universitas mana? Bisa ngga dia baca menu-menu BMW oom yang bahasa Inggris itu? Oom itu mungkin jawab, supirnya hanya lulusan SD, dan semua di mobilnya otomatis. (psst sudah lihat kan garis besarnya?)

Demikian juga smartphone hi-end, semuanya sudah dibuat lebih otomatis, lebih mudah dioperasikan. Mau foto tidak perlu atur kapan mode malam, kapan mode foto pemandangan, tinggal jepret jadinya bagus. Mau chat ya tinggal chat, tidak perlu diatur supaya aplikasi chat jangan ditutup oleh ram management dan tiba-tiba tidak ada notifikasi.

Layarnya besar dan jelas, mau dilihat di ruangan temaram terang layarnya otomatis meredup dengan pas supaya tidak sakti mata, mau dilihat di bawah matahari otomatis terang nya cukup untuk tetap jelas dibaca. Foto-foto yang kamu kirimkan akan terlihat menarik karena layarnya bagus dan terang. Menu-menunya mudah. Huruf kurang besar mudah diatur, gambar kecil ada kaca pembesar. Kesulitan membaca huruf karena mata tua, ada mode tema dan warna khusus supaya lebih mudah di baca.

Mau kebasahan dan kotor saat nenek kamu mencoba bikin kue sambil menonton caranya di Youtube, yah tinggal di cuci saja. Gerak mereka mungkin sudah lambat, tidak secepat kamu mengetik dan berpindah menu. Bayangkan jika gerak mereka yang lambat juga diikuti smartphone yang lambat… double kan lambatnya? hahaha.

BTW, kamu masih muda, uang jajan saja masih meminta. Saya tahu kamu mau memberikan hadiah juga untuk ibu, karena kita, apapun generasinya, selalu sayang dengan ibu. Seringkali hadiah terbaik adalah hadiah yang sederhana, mungkin sebuah ucapan selamat, sebuah kecupan, atau sekedar memberitahu ibu, kalau kamu sudah membereskan ranjangmu sendiri.

Hadiah lebih besar tentu saja jika kamu dengan tulus hati mengatakan: “Ibu, saya mencintaimu”

Tetapi saya beritahu ya, ketika kamu sudah mengatakan itu, berarti nanti lain kali ketika ibu sudah tua dan minta gadget “beyond smartphone” … kamu beri yang terbaik ya, jangan postingan doang 😂.

Selamat Hari Ibu…

(psst katanya Gen Z juga malas baca… semoga kamu tidak ya, sehingga tulisan ini ada yang baca wkwkkww)

2 replies on “Dear Gen Z, kala nanti Ibumu minta dibelikan smartphone…”

  1. Ibu saya punya beberapa group WA, itu saja sudah bikin ibu saya harusnya pakai smartphone dgn sejelek-jeleknya 2GB/16G, recommended ke 3GB/32GB atau 4GB/64GB spt Redmi Note 4X. Minimal itu. Group WA bikin hape 2G/16G jadi susah dipakai ibu-ibu, apalagi group WA nya isinya foto ama video yg gak pernah dihapus

  2. Trias on

    Ibu saya dong… pakainya D6 edge plus.. mantap pisan buat moto cucu dan buyutnya. lalu mulai selfieeeeee…………………

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.