Tak bisa terelakkan, salah satu kebutuhan utama di abad teknologi sekarang adalah koneksi data internet yang cepat dan memadai. Sama seperti kendaraan yang diperkuat mesin yang semakin sanggup melaju kencang membutuhkan jalan yang semakin lapang dan bagus, demikian pula dunia kita sekarang yang dipenuhi device dengan kemampuan terhubung dengan internet yang semakin haus data dan kecepatan.
Bisa jadi sekarang internet sudah menjadi kebutuhan “pokok” bagi banyak orang, terutama di perkotaan. Level pemakainya bukan lagi segmen kelas bisnis atau IT saja, tetapi sudah masuk sampai level bawah. Mau tak mau untuk menunjang semua kebutuhan itu selain dibutuhkan jalur koneksi data yang cukup, juga koneksi data yang cepat tapi murah.
Sebenarnya, persaingan penyedia internet data mobile di Indonesia cukup kompetitif, dan melahirkan biaya koneksi yang terjangkau. Seringkali promosi diberikan untuk menarik banyak orang memakai produk dari pemberi promosi, yang dalam hitungan biaya bisa jadi sangat murah. Apalagi embel-embel unlimited diberikan disana, seolah-olah silahkan pakai internet sebanyak apapun dan biayanya akan sama saja, padahal ada filter yang diberlakukan, berupa fair usage limit, dimana setelah sekian mega atau giga, kecepatan internet akan dikunci dan diturunkan. Seringkali kecepatan yang sudah diturunkan ini sebenarnya sudah tidak layak lagi digunakan, kecuali untuk koneksi data kecil, seperti chatting, dan hampir sangat mengesalkan kalau digunakan untuk browsing.
Sepertinya promosi-promosi tersebut melahirkan konsumsi internet yang berlebihan, atau kadang kita kenal dengan istilah abuser, sehingga jaringan operator yang terbatas disesaki dengan ribuan pelanggan yg always on membuat mau tidak mau kecepatan internet akan menurun drastis. Hal ini dialami berulang kali, terutama pada operator GSM.
Operator CDMA yang dulu lebih dikenal karena murahnya biaya untuk panggilan telepon, sepertinya melihat peluang yang bagus untuk memberikan layanan lain, yaitu koneksi internet. Jaringan mereka yang relatif lebih kosong, memungkinkan pelanggan untuk lebih leluasa menikmati internet yang tidak terlalu berdesakkan.
Tetapi faktor untuk menarik pelanggan lebih jauh, bukan saja hanya kapasitas jaringan, tetapi juga dibutuhkan kecepatan yang memadai, karena konten internet sekarang bukan hanya halaman-halaman browser berisi informasi, tetapi sudah merambah ke multimedia seperti audio dan video bahkan video call yang mau tidak mau membutuhkan infrastruktur internet yang cepat.
Teknologi internet pun memang berkembang, baik GMS dan CDMA, bahkan beberapa negara sudah mengimplementasikan jaringan 4G LTE, dimana kecepatan transfer data semakin bisa lebih cepat. Negara kita kabarnya masih menguji coba jaringan 4G, dan jaringan terbaik yang bisa kita miliki sekarang adalah 3.5G.
Jaringan 3.5G ini selain ada di GSM juga ada di CDMA, kita kenal dengan CDMA Evdo Rev B. Perbedaan utama kecepatan di CDMA “standard” Rev A ke Rev B adalah kecepatan max yang bisa dicapai, dari 3.1mbps ke 14.7mbps.
Sebenarnya masih ada lagi tambahan perbaikan di Rev B diantaranya:
– Melipatgandakan kapasitas jaringan.
– Mengurangi latency dengan system multiplexing, ini membuat layanan yang peka dengan latency seperti video call, web browsing, dan game online menjadi lebih baik.
– Membuat device (handphone) memiliki waktu talktime dan standby yang lebih lama.
– Perolehan sinyal yang kecil tetap mumpuni karena berkurangnya gangguan interferensi sinyal.
– Mendukung kemampuan multiple download karena kemampuan mengolah data secara asimetris dari berbagai sumber dengan rate yang berbeda , seperti file transfer, web browsing dan pengantaran multimedia pita lebar.
Di Indonesia sendiri, jaringan CDMA EvDo Rev B didukung oleh operator smartfren, dan sudah sampai tahap phase II. Fase pertama memerlukan software upgrade , dan bisa mencapai kecepatan 9.3 Mbps, tetapi fase ke 2 memerlukan update pada hardware dan membuat kecepatan bisa naik sampai 14.7 Mbps.
Di dunia, operator smartfren yang memiliki teknologi CDMA EvDo Rev B , menjadi sebagian kecil saja dari operator CDMA yang sudah menerapkan teknologi ini, karena teknologi ini baru diadopsi kurang lebih oleh 11 operator CDMA.
Untuk jangkauan memang sepertinya baru sebagian besar di pulau Jawa saja, dan sedikit di Bali.
Kehadiran teknologi CDMA EvDo Rev B ini, setidaknya memberi perimbangan antara perkembangan operator GSM dan CDMA dalam hal perbandingan teknologi, dan tidak membuat orang memandang sebelah mata lagi terhadap kemampuan layanan operator CDMA yang dulu dikenal hanya murah untuk bertelepon suara saja.
Kehadirannya teknologi Rev B ini juga membuka peluang untuk device-device yang mendukungnya, bisa segera diadopsi dan hadir di Indonesia, karena di negara-negara maju, device-device CDMA seperti smartphone, memiliki teknologi terbaru, bukan lagi hanya sekedar featured phone yang dijual dengan harga murah untuk keperluan menelepon dan sms saja ð