Prolog
Tanggal 19 Pebruari 2013 kemarin, akhirnya hTC memperlihatkan flagship smartphone barunya, HTC One. Ada beberapa fitur baru yang diusung, dan yang paling membuat banyak orang bertanya-tanya adalah kameranya, karena mengusung istilah baru, UltraPixel.
Apa itu UltraPixel? Berapa megapixel itu? Kenapa tidak pakai standard megapixel seperti kebanyakakan smartphone atau kamera lain menyebutnya?
Latar Belakang.
Kita coba tarik sedikit ke belakang, kenapa semenjak HTC memperkenalkan seri one tahun lalu (HTC one x, one s dan one v) , tag nya selalu amazing camera dan berusaha menonjolkan kemampuan kamera pada smartphone.
Sepertinya kalau kita melihat kondisi sekarang, smartphone sudah menjadi pusat hidup kita, yang dulunya hanya sebagai pelengkap, sudah bergeser menjadi kebutuhan primer, menjadikannya device yang selalu dibawa, dan didalamnya disesaki berbagai informasi data milik kita.
Katanya, sekarang orang mengakses informasi di Internet, 5 kali lebih banyak dilakukan di smartphone dibanding dari komputer pc atau notebook. Bisa dimengerti pertama-tama karena kemudahannya untuk senantiasa mobile dan dipakai dimana saja.
Belum lagi aplikasi-aplikasi menarik yang bisa dibenamkan di smartphone, termasuk social medianya, membuat semakin banyak orang betah berlama-lama bermain dengan smartphone.
Semua sekarang mudah dibagi atau di share di internet, bahkan sampai hal-hal yang dulu rasanya tidak dipikirkan untuk dibagi ke banyak orang, semisal hal pribadi atau remeh temeh sepertil kita sedang memikirkan apa, sedang dimana, sedang makan apa, sedang kesal dengan siapa, yang segera mendapat tempat di update status, bahkan lengkap dengan fotonya:-p
Nah bicara foto, semenjak kamera sudah format digital dan tidak lagi memakai cuci mencuci film, orang-orang ramai berkreasi dengan kamera. Semua hal mulai difoto, tidak hanya momen khusus ata liburan, tapi sudah peristiwa kehidupan sehari-hari, mulai urusan pekerjaan, belanja, aktivitas anak-anak, dll, bahkan sampai melahirkan kebiasaan foto dulu sebelum makan, menggantikan berdoa dulu sebelum makan.
Aplikasi-aplikasi sharing foto pun bermunculan menjadi social media tersendiri, yang akhirnya bukan lagi hanya sekedar sharing foto, tetapi sharing foto yang bagus, yang lebih artistik. Tak bisa dipungkiri , aplikasi2 tersebut datang dengan kemudahan retouch foto instant, dimana dulu hanya jago2 photoshop yang bisa mengedit foto menjadi indah. Sekarang semua orang bisa dikatakan menjadi fotografer, yang bisa mengubah foto biasa menjadi lebih luar biasa.
Siapa yang menjadi pemain utamanya? Tentu saja Smartphone. Smartphone sudah menjadi kamera utama yang dipakai setiap orang.
Jutaan foto dan video yang setiap hari diupload dan di dowload, dan kamera menjadi fitur yang penting bagi bagi para pemilik smartphone. Berangkat dari sini, sekarang banyak vendor smartphone membuat teknologi kamera semakin serius, bahkan bisa dikatakan, compact camera sekarang fungsinya sudah mulai tergantikan oleh smartphone.
HTC adalah salah satu vendor yang berusaha menjadikan kamera pada smartphone, bukan lagi fitur pelengkap saja, tetapi berusaha menjadikan teknologi kamera pada smartphone menjadi unggulan. Ketika mengangkat tema ini dalam amazing camera di seri HTC One (X, S, V) terdahulu, HTC bahkan sudah yakin kalau kamera pada smartphonenya sudah bisa diandalkan dengan membuat test ini
http://blog.htc.com/best-camera-phone/ . Test tersebut meminta orang membedakan, mana foto yang diambil dari HTC one X , dan mana yang dari kamera
profesional. You can try it.
Boldly Go..
Tahun lalu kita menganggap tahun kamera 8 MP, MegaPixel, karena kebanyakan semua kamera di smartphone hi-end berkekuatan 8MP. Tahun 2013 kita berharap teknologi kamera smartphone yang baru adalah 13MP.
Mencengangkan dan langkah berani, kata banyak kritikus IT, ketika HTC meperkenalkan teknologi kamera yang berbeda dengan arus kamera smartphone kebanyakan, bukan 13MP seperti diperkirakan orang, tapi hanya 4 MP.
(What? bahkan kamera smartphone paling low end HTC yg beredar sekarang sudah 5MP).
Pada saat launching HTC One, terpampang quote besar di layar:
The more megapixels a camera has, the better the pictures. Its a big fat lie.
-David Pogue- New York Times.
Semakin besar megapixel kamera, semakin bagus fotonya, adalah bohong besar.. . sepertinya bukan pernyataan sembarangan. Bukankah pengertian itu yang kita yakini sampai sekarang, bahwa kamera dengan megapixel lebih besar tentu lebih baik?.
Jarang sekali pemilik smartphone 8MP, akan menset kameranya cukup di 3MP, tapi pasti di 8MP dengan maksud menangkap momen terbaik.
Saya bertemu banyak orang yang ketika memilih membeli smartphone kebanyakan menanyakan besaran megapixel kameranya. Dan hampir semua menganggap kamera smartphone 8MP akan lebih bagus dari 5MP, walaupun terpaut 1 tahun releasenya.
Selain seorang fotografer, kolumnis di NY Times, David juga dipercaya membuat film untuk Discovery network. Saat proyek film untuk Discovery ini David membuat percobaan tentang mitos megapixel.
David memfoto seorang bayi dengan resolusi 13MP, 8MP dan 5MP, kemudian mencetaknya masing-masing menjadi foto dengan ukuran kurang lebih 40×60 cm.
Foto tersebut dipasang berjejer di Union Square, Manhattan.
Kepada orang yang lewat , David meminta mereka untuk menunjukkan mana foto yang 13MP, 8MP dan 5MP.
Hasilnya hampir semua voluntir salah menentukan mana foto yg 13MP, 8MP dan 5MP. Hanya 1 orang yang berhasil menebak dengan benar, dan orang yang berhasil ternyata seorang profesor fotografi dan itupun karena beruntung menebak. Jadi tidak ada perbedaan di cetakan foto tersebut walau ukuran megapixelnya berbeda.
Jadi sebenarnya apa yang penting untuk menghasilkan foto yang bagus? Besarnya mega pixel ternyata sedikit sekali pengaruhnya terhadap ketajaman gambar. Faktor terpenting selain man behind the gun adalah lensa kamera , image sensor, dan algoritma di belakangnya.
Jadi apakah pixel besar sama sekali tidak berguna? Tentu saja ada keuntungan di pixel yg besar, yaitu jika kita butuh foto yang akan kita cetak dengan ukuran super besar, seperti foto keluarga diatas 1 meter yg digantung dengan bingkai emas di ruang keluarga.
Atau ketika kita foto bersama puluhan teman, kemudian anda merasa wah saya tampil cantik disana dan ingin meng-crop wajah anda sendiri.. pixel yang besar memungkinkan foto muka anda masih dikenali.
Tapi untuk kasus pertama, biasanya kita tidak akan menggunakan smartphone, tapi foto di studio, untuk mendapatkan foto keluarga dengan background dan muka2 yang tampil bagus:-)
Untuk kasus ke-2, rasanya 13MP kamera-pun untuk meng-crop wajah dari sekian puluh orang, tentu saja tidak bisa benar2 halus, tapi sekedar untuk menjadi profil picture..mungkin boleh lah:-)
HTC merasa perlombaan megapixel pada smartphone akhirnya hanya melahirkan angka2 yang semakin besar tapi hanya sedikit membawa perubahan pada kualitas foto. Untuk itu HTC mencoba menggali kembali teknologi fotografi secara dasar, dan memutuskan untuk berbeda arah dengan vendor lain, berani mengabaikan urusan megapixel, dan memilih untuk menghasilkan kualitas foto yang lebih baik.
Bisa dibilang ini menjadi langkah berani, karena menentang arus dimana asumsi kebanyakan orang sudah terpatri pedoman seperti mitos diatas, semakin besar megapixel, semakin bagus foto yang dihasilkan. Mengeluarkan teknologi yang berbeda dan melawan arus, berarti butuh usaha extra untuk mengedukasi lagi masyarakat tentang kebenaran fotografi di smartphone.
UltraPixel
Foto-foto yang sekarang ada di layar smartphone kita, yg tampil di layar entah 4 inci , 5inci atau 6 inci, sebenarnya adalah hasil penangkapan cahaya di sebuah image sensor.
Pada saat kita menekan tombol shutter kamera, cahaya masuk melalui lensa kamera dan diterima oleh image sensor, direkam sebagai hasil foto. Begitu kira-kira gambaran simplenya bagaimana sebuah proses foto terjadi.
Image sensor ini sebenarnya untuk smartphone ukurannya sangat kecil. Smartphone sekelas hTC One X, Samsung S3 atau iPhone 4s, kira-kira ukuran image sensornya hanya 4.54mm x 3.42mm, ukuran ini kira2 hanya sebesar ¼ kuku jari jempol tangan kita.
Bandingkan ukurannya dengan kamera profesional DSLR, misal Canon EOS 5D MarkII. Ukuran image sensornya 36mm x 24mm, yang berarti luasnya lebih dari 20x image sensor smartphone.
Membesarkan ukuran image sensor pada smartphone bukan perkara mudah, karena ini beruntun nanti hubungannya dengan ukuran lensa, bukaan, filter dll, sehingga akan mengorbankan ukuran smartphone yang kompak, dan bahkan sulit menjadi tipis, dimana trend smartphone hi-end sekarang adalah tipis.
Karena ukuran image sensor terbatas, maka yang bisa dibuat lebih baik adalah ukuran pixelnya.
Kita andaikan image sensor itu adalah sebuah kotak dus. Didalam kotak dus yang ukurannya sudah tetap itu misalkan saya bisa menempatkan 13 botol aqua kecil, atau 8 cangkir kopi, atau hanya 4 buah baskom.
Andaikan cahaya pada proses perekaman foto adalah air hujan yang menetes dari atas beberapa saat, diantara 3 macam penampung air tersebut, mana yang akan terisi lebih banyak air di setiap unitnya?
Karena luas penampangnya yang lebih besar, maka di setiap baskom akan ada lebih banyak berisi air dibanding disetiap cangkir atau disetiap botol aqua.
Baskom, cangkir dan botol aqua kecil itu adalah pixel pada image sensor.
Prinsip ultrapixel pada HTC One adalah, setiap pixel pada image sensornya luasannya lebih besar.
Kamera dengan ukuran 13 MegaPixel, memiliki ukuran setiap pixelnya hanya 1,1 micrometer x 1,1 micrometer atau luas penampangnya 1,21 micrometer persegi.
Kamera dengan ukuran 8 MegaPixel, memiliki ukuran setiap pixelnya 1,4 micrometer x 1,4 micrometer , menghasilkan luas penampang setiap pixelnya 1,96 micrometer persegi.
Kamera UltraPixel di HTC One, memiliki ukuran penampang 2 micrometer x 2 micrometer, dengan total luas penampang setiap pixelnya 4 micrometer persegi.
Jadi setiap pixel pada kamera HTC One akan menerima 300% cahaya lebih banyak dibanding kamera 13MP (4micrometer persegi dibagi 1,21 micrometer persegi.)
Pada prinsip fotografi, semakin banyak cahaya yang bisa masuk ke dalam sensor, semakin jelas dan baik gambar yang bisa direkam termasuk ketepatan warna.
Sebuah foto adalah hasil dari susunan pixel-pixel tersebut. Gambar yang disusun dari satuan pixel yang rekamannya jelas, akan terlihat lebih tajam dan bagus dibanding yang disusun dari pixel-pixel yang buram.
Keuntungan berikutnya dari setiap pixel bisa menerima lebih banyak cahaya adalah, kemampuan merekam objek yang lebih baik di tempat yang kurang cahaya atau gelap.
Jadi sebenarnya, memaksakan MegaPixel yang semakin besar, pada sensor yang sama kecil, seperti menyusun botol aqua kecil pada sebuah dus dalam cerita kita tersebut. Selain terpaksa mengecilkan ukuran setiap pixel untuk muat lebih banyak didalam image sensor , pixel yang kecil ini tidak bisa menerima optimal cahaya, juga menciptakan ruang-ruang kosong diantara pixel-pixel tersebut yang semakin banyak dan tidak bisa berfungsi menangkap cahaya. Ruang-ruang kosong tersebut yang akhirnya menghasilkan noise pada foto.
Pada smartphone yang memiliki MegaPixel besar, cenderung hanya bagus untuk memfoto pada saat pencahayaan sangat memadai, misal memfoto pemandangan di siang hari, dan akan mengalami banyak penurunan kualitas ketika ada di dalam ruangan yang tidak terlalu terang.
Lagipula, setiap perekaman foto dengan MegaPixel yang besar, berarti akan menghasilkan file yang besar pula. Kamera dengan 13MP membutuhkan ruang penyimpanan hampir 4 kali lebih besar dibanding 4MP kamera. Atau dengan kata lain, dengan ukuran storage yang sama, kita bisa menyimpan 4x lebih banyak foto di HTC One dibanding smartphone dengan kamera 13MP.
Belum lagi ketika kita asik menjepret foto dan langsung menguploadnya ke social media, atau melakukan backup ke cloud storage, smartphone dengan 13MP kamera akan membutuhkan waktu 4x lebih lama untuk mengupload, 4x lebih banyak menghabiskan bandwith internet yg kita miliki dan 4x lebih cepat menghabiskan kapasitas cloud storage.
Errr.. tapi saya takut 4 MegaPixel tidak cukup untuk di print atau di cetak foto? Seberapa besar foto yg bagus yang dapat dicetak di 4MP? Mungkin ini yang jadi pertanyaan kita sekarang.
4MP pada HTC One kira-kira bisa dicetak dengan sangat baik di ukuran foto 20 cm x 25 cm, atau seukuran standard kertas printer kita, A4. (Boleh dibilang sangat mencukupi bukan?)
Dan pertanyaan selanjutnya adalah, seberapa sering kita mencetak foto dari smartphone kita? Rasanya sebagian besar orang jaraaang sekali mencetaknya, mereka lebih senang menatapnya dari layar komputer, or tablet or dari handphone nya langsung atau dishare via social media. So 4MP sounds plenty right?
ImageChip
Untuk memproses hasil penerimaan image sensor, diperlukan imagechip yang dilengkapi algoritma rumit untuk menghasilkan gambar. Untuk imagechip ini, HTC melengkapinya dengan optimized ISP, Image Signal Processor.
Dengan ini kamera HTC One akan memiliki autofokus yang terus menerus, dengan kecepatan autofokus nya lebih cepat dari kedipan mata.
Kelemahan perekaman video pada smartphone kebanyakan di HDR, High Dynamic Range, karena perbedaan cahaya yang besar pada setiap bagian objek yang sedang di rekam dan fokus yang berubah-ubah. Untuk mengatasi ini, imagechip HTC One mencoba memimik kemampuan mata kita untuk beradaptasi sehingga bisa menghasilkan full HD 1080p video dengan always on HDR sepanjang perekaman.
Imagechip pada HTC One juga memiliki kemampuan untuk mengkompensasi lebih gelapnya gambar dan perubahan warna yang diterima pada ujung-ujung sensor, yang disebabkan oleh sifat lengkungan lensa kamera.
Untuk situasi diambang kekurangan cahaya, mau tidak mau noise akan terbentuk. Imagechip HTC One dilengkapi kemampuan untuk mengurangi noise ini untuk ke dua kamera depan dan belakang (de-noise).
Optical Image Stabilization
Setelah perbaikan teknologi di image sensor dan imagechip, ada satu komponen hardware lagi yang penting dan jarang dimiliki smartphone, yaitu OIS, atau Optical Image Stabilization. OIS ini sangat penting untuk bisa menghasilkan gambar yang tajam karena tangan kita cenderung bergoyang ketika mengambil gambar, apalagi ketika kondisi kekurangan cahaya.
OIS yang digunakan HTC One benar-benar gerakan mekanikal yang mengatur posisi lensa kamera dan image sensor, yang bergeser sesuai pergerakan tangan kita. Prinsipnya kalau tangan kita goyang ke kanan, OIS akan kompensasi lensa dan sensor ke kiri, jadi gambar bisa diam.
OIS di HTC One memiliki sensor yang mendeteksi gerakan 2000x dalam 1 detik, dalam 2 aksis, pitch and yaw. Jadi entah kita memegang smartphone dengan gerakan mengangguk atau mengoleng, OIS ini akan kompensasi untuk berusaha memberikan gambar yang lebih steady.
Dengan adanya OIS ini kita berharap , pada foto di tempat yang kekurangan cahaya, dimana bukaan diharapkan lebih lama untuk bisa membiarkan cahaya masuk lebih banyak , gambar tidak menjadi blur atau berbayang.
(Kemungkinan ada yang bertanya, OIS ini ada juga kan di smartphone brand lain yg duluan muncul? yap betul. Apa bedanya? HTC One mendeteksi gerakan 4x lebih banyak dari smartphone tersebut, dan punya sensor 2 axis)
Conclusion
Untuk ukuran sebuah kamera smartphone, boleh dibilang HTC sudah melangkah lebih jauh dengan teknologi kameranya, dibanding hanya sekedar membesarkan perang megapixel.
Ketika memulai perhatian khusus pada fitur kamera, HTC sudah memulai dengan teknologi baru pada kemera smartphone, seperti misalnya Burst shot, dimana dalam tekanan pada shutter, kamera akan terus bekerja dengan cepat mengambil gambar berturut-turut terus menerus.
Setiap HTC mengeluarkan hi-end smartphonenya, semakin fungsi ini diasah untuk mengambil lebih banyak gambar dalam waktu yang sama. Semisal dibutuhkan 5 detik untuk mengambil 20 frame di HTC One X, dan cukup 3 detik saja di HTC One X+.
HTC pula yang mem-pelopori dimana fungsi perekaman video bisa berjalan bersamaan dengan fungsi pengambilan foto.
Kedua fungsi tersebut diatas sekarang banyak digunakan juga oleh brand lain.
Belum lagi langkah HTC yang pertama memperkenalkan bukaan besar pada kamera dengan f2.0, yang membantu memungkinkan pengambilan gambar sangat cepat seperti kamera profesional. Biasanya kamera pada smartphone selalu ada jeda dari saat tombol shutter ditekan sampai foto benar terambil. Shutter lag menyebabkan gambar yang diambil tidak sesuai yang di maksud, misal bayi sedang tersenyum. Ketika foto di jepret yang tertangkap momen lain ketika mukanya sudah tidak tersenyum. Dulu di HTC One X, kemajuan ini sudah dicapai dengan hanya butuh 1/30 detik saja untuk meng-capture foto, sekarang di HTC One dipercepat lagi hanya 1/48 detik.
Nah sekarang langkah beratnya adalah merubah mindset orang, bahwa semakin besar mega pixel, semakin bagus kamera adalah hanya mitos. HTC butuh segenap usaha disini. Kita lihat saja, apakah UltraPixel bisa menjadi trend baru, seperti inovasi HTC lainnya?
Contoh hasil foto HTC One
Foto ini hasil percobaan Cnet, HTC One di adu dengan iPhone 5. Posisi subject foto sedang menerima cahaya dari kanan. Terlihat HTC One lebih bisa mengkompensasi kondisi tersebut, sementara iPhone 5 lebih over exposure.
Dan beberapa foto di bawah ini hasil dari Jonathan Choo. Kebanyakan smartphone, memiliki format foto standard 4:3. Menu 16:9 pada smartphone, biasanya hasil croping otomatis dari 4:3. Pada HTC One, format fotonya real 16:9, menyesuaikan dengan standard format layar smartphone, layar monitor dan layar TV LCD sekarang ini, sehingga selain lebih lebar menangkap object, foto yang ditampilkan di layar tersebut fit in penuh, tidak tersisa bingkai hitam di kiri kanan layar.
Terlihat karakter kamera HTC One sangat natural, mirip dengan apa yang dilihat oleh mata. Bagi mereka yang mengerti fotografi, kondisi hasil kamera seperti ini sangat disukai. Tetapi bagi sebagian besar orang awam, bisa jadi warna-warnanya dianggap kurang pop up, karena terbiasa melihat kebanyakan smartphone menghasilkan foto yang berat di saturasi, tapi memanjakan mata, seperti “keluar” warna-warnanya.
Sebenarnya dengan hasil yang natural, sedikit saja di tweak dengan software photo editor, kita bisa mendapat hasil yang bisa pop up, bisa sangat ngejreng, dll. Tapi sebuah hasil foto yang sudah sarat saturasi dari hasil pemotretannya, sulit sekali di tweak supaya bisa kembali ke natural. It’s your choice. Enjoy…
Nah dengan sedikit tweaking memakai aplikasi snapseed langsung di handphone, saya bisa mengubah gambar diatas lebih pop-up. Yg mana yang lebih sesuai dengan karakter anda?
Salam,
Lucky Sebastian