Site icon Lucky Sebastian

Fight! Meizu M2 vs Redmi 2 Prime

0002

Tahun 2015 ini sepertinya menjadi tahun dimana brand-brand smartphone asal China unjuk gigi. Mereka mendobrak patron yang sudah ada, dan membuat device dengan spesifikasi yang bagus tetapi bisa dijual dengan harga yang terjangkau.

Persaingan yang ketat antar brand, membuat standar tinggi dan kualitas yang dulu hanya dimiliki hi-end device, sekarang bisa diterapkan pada device-device mid to low end.

Brand-brand China ini yang dulunya berorientasi untuk pasar dalam negeri, sekarang agresif berekspansi, menjadi brand-brand global dan bersaing dengan brand-brand global besar yang sudah lebih dahulu ada.

Tentu saja Indonesia dengan 250 juta jiwa lebih adalah target pasar yang sangat besar. Apalagi secara profil, masyarakat kita sedang dalam perubahan besar untuk lebih mengenal teknologi internet, yang terutama sekarang banyak diakses lewat smartphone.

Mereka yang tadinya hanya menggunakan feature phone untuk telepon dan sms, sekarang juga mulai beralih ke smartphone, dan akhirnya membentuk pasar mid to low end smartphone yang sangat besar. Pasar inilah yang sekarang banyak menjadi pertarungan brand-brand besar , brand asal China dan brand dalam negeri.

Tahun 2014 lalu, Xiaomi, brand China yang sekarang dianggap sebagai brand yang paling agresif dan maju, sudah melakukan ekspansinya di Indonesia. Dalam sekejap, namanya yang asing menjadi banyak dikenal dan disukai di Indonesia.

Tahun 2015, Meizu, brand China yang sekarang dianggap sebagai salah satu brand yang pertumbuhannya paling pesat, baru saja menyambangi Indonesia. Meizu ini dianggap sebagai vendor yang bisa menyaingi kedigdayaan Xiaomi.

Bahkan sekarang, dari melihat penamaan, bentuk dan klasifikasi produknya, Meizu terlihat memposisikan diri benar-benar bersaing dengan Xiaomi.

Bahkan untuk Indonesia, disaat bersamaan, Meizu merelease salah satu device perdananya Meizu M2, beriringan dengan Xiaomi Redmi 2 Prime. Kedua device ini benar-benar masuk dalam kelas yang sama, spesifikasi yang dekat, bahkan range harga yang juga berdempetan.

Karena kemiripannya tersebut, tulisan ini dibuat, untuk membedah lebih jauh, apakah produk Meizu benar-benar bisa bersaing dengan Xiaomi?

 

Dimensi

Secara fisik, ukuran Meizu M2 lebih tinggi dan lebih lebar sedikit dibanding Redmi 2 Prime. Ini lebih disebabkan karena ukuran layar Meizu M2 lebih besar 0.3 inci secara diagonal dibanding Redmi 2 Prime dan membawa tombol home button fisik yang Meizu namakan mBack.

Walaupun berukuran lebih besar, Meizu memiliki ketebalan yang lebih tipis 0.7mm dengan lensa kamera yang rata. Redmi 2 Prime walau sudah lebih tebal, tetapi masih “harus” menonjol pada bagian lensa kamera (protruding).Padahal disisi ukuran MP kamera, Redmi 2 Prime lebih kecil di 8MP dan Meizu M2 di 13MP. Ukuran MP kamera yang lebih kecil biasanya membutuhkan jarak yang lebih kecil antara lensa dan sensor yang seharusnya bisa dibenamkan pada body yang lebih tipis. Ukuran yang lebih tebal pada Redmi 2 Prime bisa terjadi juga karena baterai yang digunakan masih removeable, sementara Meizu sudah menggunakan baterai tanam. Baterai tanam memungkinkan secara dimensi fisik menghilangkan pembungkus metal dan membuat baterai lebih tipis dalam kapasitas yang sama. Type baterai tanam yang digunakan pada Meizu M2 dan ukuran fisik yang lebih besar, memungkinkan Meizu membenamkan ukuran kapasitas baterai yang lebih besar di 2500 mAh. Sementara Redmi 2 Prime memiliki kapasitas 2200 mAh, lebih kecil 300 mAh atau sekitar 12%.

Ukuran dimensi berkaitan erat dengan desain, dimana jika diperhatikan sekarang, layar smartphone kebanyakan semakin besar, tetapi secara teknologi yang lebih maju memungkinkan ukuran fisik body nya tidak ikut membesar berlebihan. Ada ukuran yang dikenal sebagai screen to body ratio, dengan anggapan umum, jika sebuah smartphone bisa memiliki ukuran body semakin dekat dengan  ukuran layar, dianggap lebih baik.

Meizu M2 memiliki screen to body ratio 75.6%, sementara Redmi 2 Prime di 67.46%. Ini memperlihatkan efisiensi di Meizu M2 lebih baik secara desain (dan teknologi) dibanding Redmi 2 Prime. Hal kasat mata terlihat dari bezel di tepian layar kiri kanan Redmi 2 Prime terlihat lebih tebal.

Layar Meizu M2 berukuran 5 inci, sementara Redmi 2 Prime 4.7 inci. Keduanya memiliki resolusi yang sama HD 720p, dengan kerapatan pixel yang otomatis secara angka akan lebih rapat di Redmi 2 Prime. Tetapi secara kasat mata perbedaan hanya berapa belas pixel tidak akan terlihat atau terasa. Secara kualitas layar keduanya sama baik, dengan IPS panel dan fully laminated, yang menyatukan LCD dengan lapisan kaca dan digitizer, dimana sudut pandang pada layar akan menjadi lebih lebar.

Meizu M2 memiliki layar dengan type warm, sedangkan Redmi 2 Prime dengan setelan yang lebih cold secara standar, walau pada keduanya kita bisa set color temperature yang lebih cocok dengan mata kita. Sebagai tambahan pada layar, Meizu sudah dilengkapi lapisan kaca pelindung dragon trail dari Asahi Jepang. Sementara pada Redmi 2 Prime belum didapat informasi apakah sudah menggunakan lapisan kaca pelindung. Update: Pada situs resmi Xiaomi Indonesia, lapisan pelindung ini tidak tertulis, sementara pada situs resmi global, Redmi 2 (bukan Prime), sudah menggunakan lapisan pelindung yang sama, Dragon Trail. Jadi bisa kita asumsikan kedua device memiliki lapisan kaca pelindung yang sama.

 

Berbeda dengan Meizu yang mencoba me-redifinisi bagaimana tombol home button ini bisa bekerja untuk berbagai keperluan, seperti tap untuk back, dan klik untuk ke home screen, Redmi 2 Prime masih menggunakan 3 touch button standar, menu, home dan back.  Masing-masing cara memiliki keunggulan. Bagi para pengguna smartphone android sebelumnya, menggunakan Redmi 2 Prime tidak perlu membiasakan diri lagi dengan touch button yang sudah ada karena sama dengan kebanyakan smartphone android lainnya. Pada Meizu M2, perlu belajar sedikit membiasakan gesture yang berbeda. Tetapi kedepannya dengan sudah memiliki fisik home button, ketika nanti pada tombol home button ini dibenamkan fungsi baru seperti finger print reader (yang akan menjadi umum pada device smartphone untuk alasan keamanan dan digital payment) secara design language tidak berubah.

Dengan ukuran layar yang lebih besar, fisik yang lebih besar, tetapi memiliki berat yang lebih ringan, bisa dikatakan secara garis besar, Meizu M2 di desain lebih baik dibanding Redmi 2 Prime. Keduanya secara ergonomis bisa dikatakan baik, cukup nyaman digenggam dan masih mudah digunakan oleh satu tangan.

 

Performa

Redmi 2 Prime mengusung prosesor dari Qualcomm, Snapdragon 410. Prosesor ini secara nama dan type lebih dikenal secara global, bahkan sering dikatakan lebih bergengsi, karena by brand, Qualcomm sudah teruji leading di teknologi prosesor mobile.

Meizu M2 membawa prosesor “rakyat” Mediatek MT6735. Terkadang prosesor dari Mediatek masih dipandang sebelah mata, karena prosesor ini mulai dari smartphone kelas bawah dan pertama kali lebih banyak dipakai oleh brand-brand China dibanding brand global.

Kedua prosesor sudah mendukung teknologi prosesor smartphone baru 64 bit, dan sama-sama memiliki 4 inti prosesor (quadcore), hanya secara umur, Snapdragon 410 kalah muda dengan Mediatek MT6735. Snapdragon keluar di pertengahan 2014, sedang Mediatek di kwartal ke-2 2015. Karena perkembangannya sangat cepat, umur prosesor ini patut diperhatikan karena biasanya membawa teknologi yang lebih baru ditahun yang lebih muda.

Walaupun hasil benchmark bukan segalanya, tetapi kira-kira bisa memberikan gambaran awal, kemampuan device untuk diberi beban load maksimal.

Antutu Benchmark dan Geekbench3 benchmark

 

Pada AnTuTu benchmark kita kira-kira mendapatkan gambaran keseluruhan kemampuan device, dari gabungan prosesor, GPU, RAM juga memory.

Pada Geekbench3 kita mendapat gambaran kecepatan single core memory dan kecepatan yang dihasilkan jika semua cores memory nya bekerja. Ini dibutuhkan untuk memberi gambaran kinerja prosesor ketika menjalankan aplikasi, karena tidak semua aplikasi membutuhkan multi prosesor.

Dari kedua benchmark umum ini terlihat, walaupun Redmi 2 Prime menggunakan prosesor yang lebih branded, secara kinerja angka masih kalah oleh Meizu M2.

Bisa jadi sebenarnya kekalahan score benchmark ini bukan melulu masalah hardware, tetapi sepertinya Snapdragon 410 di Redmi 2 Prime tidak digunakan optimal, dalam hal ini komputasi 64 bit nya.

Walaupun benar memakai prosesor Snapdragon 410 yang sudah support 64 bit, bahkan pada situs resminya prosesor 64bit ini dimajukan sebagai salah satu keunggulan dari Redmi 2 Prime, prosesor ini pada Redmi 2 Prime running di 32 bit. Ini disebabkan OS android yang digunakan Redmi 2 Prime masih Kitkat versi 4.4, sedangkan OS android yang mendukung komputasi 64 bit baru ada di Lolliopop 5.0.

Walaupun seringkali dikatakan upgradeable to Lollipop atau Marshmallow sekalipun, pengalaman yang sudah-sudah mengatakan, jarang sekali device mid dan low end kecuali Nexus dari google, akan mendapatkan update. Karena proses update adalah proses yang memakan waktu dan biaya tidak sedikit.  Jadi sebaiknya untuk device-device non hi-end dari merk global, sebaiknya kita mempertimbangkan masalah OS yang sudah didukung saat ini, dan menganggap janji upgradeable OS itu sebagai doorprize saja, dapat ya disukuri, tidak dapat ya sudah.

Lagipula jarang sekali (atau mungkin bisa dikatakan tidak ada?) smartphone android yang beredar sekarang dengan prosesor Snapdragon 410 running di 64 bit, walau sudah mendapat update ke Lollipop. Mungkin saja Xiaomi, yang bermula dari pembuat OS custom android MIUI, memiliki update dan custom ROM berlimpah, tetapi kebanyakan mereka fokus untuk update UI nya saja dan secara OS android nya tetap left behind. Ini bisa dikatakan wajar, karena biasanya semakin berat dan banyak kustomisasi UI pada OS android, semakin butuh waktu lama untuk bisa update OS. Dan MIUI dari Xiaomi (juga Flyme dari Meizu) adalah salah satu custom OS yang hampir merubah seluruh tampilan OS asli dari google.

Kinerja yang cukup mengganjal salah satunya adalah kecepatan download yang terasa lebih lambat di Redmi 2 Prime. Walaupun menggunakan sumber koneksi WiFi yang sama, dan ketika di benchmark kecepatan WiFi nya setara, senantiasa ketika melakukan download, Redmi 2 Prime selalu membutuhkan waktu yang lebih lama dibanding Meizu M2. Tetapi kinerja ini membaik jika downloading tidak dilakukan bersamaan, walau jika di timer, untuk kapasitas download yang sama, Redmi 2 Prime membutuhkan waktu tetap lebih lama. Update: Problem ini lebih disebabkan karena glitch di OS software, setelah update software, kinerja download pada Redmi 2 Prime membaik, tidak ada perbedaan signifikan dengan Meizu M2.

 

Kamera

Keberadaan kamera pada smartphone sekarang benar-benar masuk dalam pertimbangan utama membeli smartphone. Pertarungan kamera smartphone terbaik bukan hanya terjadi di level smartphone hi-end, pemilik smartphone mid dan low end pun berharap kamera smartphone mereka bagus, dan ini dimanfaatkan para vendor untuk memberikan kualitas kamer yang lebih mumpuni daripada sekedar ada, walau pada device-device mid-end.

Kedua vendor baik Xiaomi dan Meizu, sama-sama mengklaim kamera mereka hasilnya lebih baik. Mana yang sebenarnya lebih baik, biasanya ditentukan dari hasil kamera.

Untuk itu kita lakukan serangkain test foto dari kedua device, dengan objek yang sama dalam kondisi pencahayaan yang berbeda-beda. Sekali lagi kamera belakang Meizu 13MP sedangkan Redmi 2 Prime 8MP. Untuk kamera selfie atau kamera depan, Meizu M2 5MP dan Redmi 2 Prime 2MP.

Foto masing-masing diambil menggunakan mode otomatis, resolusi maksimal, dan pada setiap objek diambil beberapa buah foto, kemudian dipilih yang terbaik. Semua hasil foto disajikan apa adanya, tidak melalui proses editing, hanya ukuran dikompres dan diberi penamaan.

Pada kondisi siang hari, outdoor dan berlimpah sinar matahari, bisa dikatakan rata-rata kamera smartphone dapat menangkap objek dengan baik.

Sore hari, menjelang malam dengan sinar matahari sisa kekuningan.

Terlihat karakter kamera dari Meizu M2 menghasilkan foto yang lebih warm, sedang Redmi 2 Prime lebih memilih cold. Redmi 2 Prime memilih untuk lebih memutihkan object berwarna putih, sehingga detail warna yang dekat dengan object putih menjadi kabur, hasil warna lainnya, seperti daun, jadi terlihat pucat.

Redmi 2 Prime membutuhkan waktu sedikit lebih lama untuk mengambil foto, apalagi dipencahayaan yang mulai tidak terang, dibanding Meizu M2. Hasilnya seringkali butuh waktu lebih lama untuk diam menahan smartphone selama foto diambil, dan hasil foto cenderung mudah bergoyang.

Settingan AWB atau automatic white balance di kedua device ini cukup berbeda. Pada Meizu M2 cenderung kekuning atau kemerahan, pada Redmi 2 Prime cenderung ke biruan. Foto ini diambil saat matahari hampir tenggelam.

Kedua kamera mendukung mode HDR (High Dynamic Range) , untuk mengatasi objek foto yang memiliki perbedaan terang gelap yang kontras. Pada mode ini Redmi 2 Prime membutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil foto dan memprosesnya, Meizu M2 lebih cepat. Hasilnya Redmi 2 Prime cenderung lebih terang, terlihat dari warna daun yang lebih muda,  tetapi agak kehilangan detail di area yang lebih terang, seperti garis-garis pada kaca nako.

Foto ini objek aslinya sebenarnya kekuningan, karena sedang diterpa sisa cahaya matahari dari barat yang akan segera tenggelam. Redmi 2 Prime senantiasa berusaha memproses warna putih menjadi lebih putih, walau harus mengorbankan warna sekitarnya.

Ketiga foto diatas diambil dalam ruangan dengan penerangan lampu TL.  Redmi 2 Prime senantiasa mencoba manaikkan tingkat brightness dan lebih agresif dalam membuat objek tampil lebih tajam, walau akhirnya mengabaikan detail di sekitar termasuk ketepatan warna. Meizu M2 lebih berusaha membuat warna dan kecerahan lebih seimbang.

Penerangan dari lampu TL ditambah lampu baca dan object berwarna terang juga mengkilap, membuat Redmi 2 Prime mengalami over exposure, dan merender warna yang salah pada mobil.

Foto pada malam hari di kondisi lowlight, Meizu M2 yang memilih warna “warm color” terlihat  lebih diuntungkan dan lebih bisa menangkap detail dengan baik, misalnya pada pattern paving block.

Foto boneka kurcaci ini diambil menggunakan kamera selfie depan. Secara ukuran MP, Meizu M2 lebih mengikuti trend dimana ukuran kamera depan atau selfie semakin membesar (5MP), sedangkan Redmi 2 Prime tetap menggunakan resolusi dari Redmi 2 sebelumnya di 2MP. Foto ini diambil dibawah penerangan yang sangat cukup, didalam ruangan yang berlimpah sinar matahari dari jendela.

Fitur kamera yang disediakan kedua device bisa dikatakan cukup lengkap, dan memenuhi kebutuhan standar. Hanya yang menarik, device yang masuk kategori terjangkau ini sempat-sempatnya memasukkan fitur setting kamera manual. Setting manual ini biasanya baru hadir di smartphone hi-end. Sebenarnya belum tentu semua orang mengerti cara menggunakan fitur ini, tetapi bagi mereka yang senang berfoto, fitur ini bisa memberikan kebebasan ekstra dalam berkreasi. Disisi fitur setting kamera manual, Meizu M2 bisa dikatakan lebih unggul dibanding Redmi 2 Prime, karena fitur manualnya meliputi shutter speed (bukaan lensa kamera bisa sampai 10 detik), ISO, AE, dan Focal Length. Sementara fitur manual ini di Redmi 2 Prime hanya White Balance dan ISO.

Sensor

Smartphone sekarang semakin complicated, fungsi-fungsi yang dulu tidak dipikirkan menjadi ada. Kita dulu tidak berpikir fungsi Virtual Reality, Kesehatan, Scanner, dll, akan menjadi “tugas” yang bisa dipikul smartphone. Aplikasi-aplikasi sekarang berkembang lebih rumit, termasuk hiburan dan game-game yang semakin hidup dan membutuhkan banyak interaksi, sehingga tidak semua smartphone sanggup mencernanya.

Smartphone Samsung terbaru sekarang memiliki 23 macam sensor, sedangkan sensor-sensor ini biasanya menjadi bagian yang paling banyak disunat di smartphone murah buatan China. Google pada proyek android one memberi contoh, bagaimana smartphone yang terjangkau setidaknya harus memiliki beberapa macam sensor dasar untuk bisa menjalankan aplikasi-aplikasi yang akan berkembang di masa depan seperti virtual reality.

Meizu M2 dan Redmi 2 Prime memiliki sensor yang berimbang.

Walaupun sebenarnya terlihat sensor yang ada adalah sama, sebenarnya ada sebuah sensor penting Gyroscope yang berbeda. Pada Redmi 2 Prime, sensor ini memang berupa hardware, yang dibuat oleh pabrikan InvenSense,  sedang pada Meizu M2, sensor ini berupa pseudo sensor, sensor yang sebenarnya berupa algoritma software, memanfaatkan sensor lain yang ada dan kemampuan prosesor mengolahnya. Sepertinya pseudo gyroscope sensor ini akan umum dipakai untuk device-device affordable yang menggunakan prosesor baik MTK atau Snapdragon. Setidaknya dengan adanya gyroscope, baik berupa hardware maupun software,  Virtual Reality, 360 youtube video dan beberapa game yang membutuhkan sensor ini, bisa dijalankan oleh smartphone. Hanya saja memang dalam penggunaannya, gyroscope hardware, sampai saat ini bisa menghasilkan gerakan yang lebih mulus dibanding software.

GPS, menjadi penentu lokasi yang penting sekarang di smartphone. Bukan hanya untuk sekedar peta, layanan seperti sosial media, aplikasi, security, iklan dan berita, sekarang dibuat lebih personal dan membutuhkan bantuan lokasi dimana kita berada.

Secara spesifikasi, navigasi satelit pada Redmi 2 Prime lebih lengkap, karena selain mendukung A-GPS , GPS dan Glonass, juga mendukung satelit dari China, BeiDou. Sementara pada Meizu M2 kekurangan dukungan dari BeiDou.

 

Tetapi secara ujicoba ditempat yang sama, Redmi 2 Prime jauh lebih lama untuk mendapatkan fix satelit untuk siap bernavigasi, sementara Meizu M2 cukup dalam hitungan detik. Walau terlihat dari GPS status Redmi 2 Prime memang bisa menangkap 22 satelit sementara Meizu M2 18 Satelit, terlihat satelit yang bisa ditangkap Meizu M2 lebih banyak, 17 dari 18 satelit, sementara Redmi 2 Prime 13 dari 22 satelit. Dan faktor penting error correction, yang memperkirakan kemungkinan radius jarak yang salah, dari posisi yang ditunjukkan GPS dengan posisi asli, terlihat kalau Meizu M2 dalam hitungan hanya 2 meter, sementara Redmi 2 Prime masih dua digit di 33 meter. Error correction yang tepat ini juga sangat membantu ketika kita bernavigasi dengan kendaraan, karena error yang terlalu besar memungkinkan kita berada di sisi jalan yang salah.

 

Suara.

Secara hardware, kedua device tidak memakai chipset suara khusus seperti DAC, tetapi memanfaatkan algoritma Dirac sound, yang berusaha menyesuaikan output suara supaya optimal dengan output yang kita gunakan, misalnya earphone dengan merek tertentu. Algoritma ini akan berubah ketika kita mengganti output suara yang kita gunakan.

Keduanya memiliki bawaan setting Dirac sound yang terbatas, pada Meizu selain ada beberapa preset untuk earphone Meizu, juga disediakan untuk beberapa merek dari Audio Technica dan Sennheiser.  Xiaomi memberi nama preset dirac sound ini sebagai Mi Sound Enhancer, dan preset nya hanya mendukung earphone dari Xiaomi saja.

Menganalisa suara memang agak sulit, karena sangat bergantung dengan selera dari pendengarnya. Hasil suara keduanya, karena memiliki algoritma yang setara, memiliki karakter suara yang mirip. Suara lagu yang dihasilkan kedua device bisa dikatakan baik, apalagi mengingat range harga smartphone bersangkutan. Menggunakan earphone dari Xiaomi, piston 1, pada kedua device, Redmi 2 Prime menghasilkan treble yang cenderung lebih harsh dan menonjol, sedangkan pada Meizu di set sebagai earphone EP 30 menghasilkan bas dan treble yang lebih seimbang. Kedua smarphone juga sanggup memainkan lagu-lagu dalam format lossless audio seperti flac. Pada paket penjualannya, kedua smartphone tidak disertakan earphone didalamnya, jadi kita bisa memilih sendiri earphone sesuai karakter suara yang kita sukai.

 

Penutup.

Walaupun nama Xiaomi sudah bergaung lebih dahulu di Indonesia, jika melihat contoh produknya disandingkan dengan Meizu, terasa kali ini Xaomi mendapat lawan yang sepadan.

Dari sisi harga Meizu M2 yang dijual dengan cara yang sama melalui flash sale, dibanderol lebih murah di 1.699.000. Sementara Xiaomi Redmi 2 Prime di 1.799.000. Dari beberapa sisi bahasan, terlihat Meizu M2 bisa dikatakan lebih banyak keunggulannya dibanding Redmi 2 Prime dari berbagai sisi kinerja hardware, hasil foto bahkan desain.

Tetapi namanya pilihan, bisa saja ada kriteria lain yang membuat Redmi 2 Prime juga memiliki keunggulan lain untuk dipilih, misal basis fansnya yang sudah besar, dan gaung nama Xiaomi yang lebih dahulu ada, atau kesukaan pada UI yang dimiliki Xiaomi di MIUI. Keberadaan removeable battery juga terkadang menjadi pilihan untuk sebagian orang.

Tentu saja persaingan kita anggap sebagai keuntungan di sisi konsumen. Selain memiliki lebih banyak pilihan sesuai selera, persaingan senantiasa menghasilkan inovasi-inovasi yang lebih baru. Semoga dengan bertemunya Xiaomi dengan lawan yang sepadan, membuat keduanya di depan akan memberikan teknologi yang semakin baik, juga termasuk layanan yang lebih hebat. Kita berharap persaingan tidak berhenti di kedua brand ini saja, tetapi merembet kepada brand-brand lain untuk sama-sama membuat device yang lebih baik dan lebih bisa menjangkau banyak kalangan.

Untuk mengetahui lebih jauh tentang Meizu M2, reviewnya bisa dibaca di sini

Komparasi spesifikasi lebih lengkap antara Redmi 2 Prime vs Meizu M2 bisa dilihat dibawah ini:

 

 

Exit mobile version