Sony Xperia Z5 in-depth review
Intro.
Semakin dikenal, semakin hebat prestasi yang pernah diraih, bukan hanya kepercayaan saja yang didapat. Dibalik itu ada beban ekspektasi yang lebih tinggi juga yang diletakkan banyak orang kepadanya.
Ekspektasi yang tinggi itulah yang diharapkan banyak orang terhadap lini smartphone dari Sony.
Ada 3 beban ekspektasi yang dipikul Sony sejak awal.
Pertama sebagai pembuat televisi yang dikenal luas, orang berharap layar smartphone Sony masuk jajaran layar smartphone dengan kualitas kelas atas.
Kedua sebagai pembuat alat pemutar musik, bahkan dikenal dengan icon walkman, smartphone Sony diharapkan memiliki suara terbaik.
Ketiga sebagai pembuat kamera dan perekam video, menjadikan Sony dituntut memiliki kualitas kamera terbaik pada smartphone.
Begitu besar harapan tersebut untuk terwujud, ketika Sony melepas seri Xperia Z pertama kali, sebagai seri tertinggi dari jajaran smartphone yang di produksinya. Sayang, saat itu 3 harapan tersebut belum terwujud. Bukan produknya tidak bagus, tetapi produk kompetitor disaat yang sama, memberikan kualitas yang lebih memenuhi harapan tersebut, layar yang lebih baik, kamera yang lebih detail, dan kualitas suara yang lebih oke.
Tetapi memang Sony terus berusaha memperbaiki kekurangannya, pada seri-seri Xperia Z selanjutnya. Bagaimanapun juga seri Xperia Z memiliki desain yang menarik dan kemudian menjadi kental sebagai desain ciri khas Sony.
Tahun ini memang agak sedikit membingungkan strategi dari Sony untuk merelease flagship devicenya. Sepertinya Sony sedang mengatur timing yang tepat, kapan sebaiknya flagshipnya di release. Mengatur timing ini memang tidak mudah, bukan hanya menghasilkan produk, tetapi harus mempertimbangkan impact nya ke pasar, karena cara terbaik untuk penetrasi pasar bukan hanya dengan produk yang baik, tetapi juga memerlukan waktu yang tepat. Perlu mempertimbangkan selain kesiapan konsumen juga produk kompetitor.
Sony biasanya merelease flagship di bulan Januari awal tahun, timing yang baik dari segi kompetisi, karena kebanyakan kompetitor baru akan me-release produk barunya di bulan Maret. Tapi me-release awal tahun juga memiliki implikasi tersendiri, tidak bisa mempersembahkan smartphone dengan teknologi hardware terbaru, karena hardware terbaru seperti prosesor tercepat, baru diproduksi biasanya di akhir tahun.
Jadwal berikutnya, Sony akan me-release flagship barunya di bulan September tahun yang sama.
Sony pernah bertarung, merelease produk flagship berbarengan dengan flagship kompetitor besar, hasilnya tidak menggembirakan dari segi pemberitaan, karena tertutup bayang-bayang kompetitor.
Akhir tahun 2014 kita melihat Sony merelease flagship-nya, Xperia Z3, tidak lama kemudian dipertengahan tahun 2015 sekitar bulan Juni, kita diperkenalkan dengan flagship penerusnya Xperia Z4, atau lebih dikenal dengan Xperia Z3+, yang kalau melihat kebiasaan timing Sony, seharusnya direlease di awal tahun. Selang 3 bulan kemudian, sebelum tutup tahun 2015, Sony sudah merelease lagi Xperia Z5, dengan beberapa varian, Xperia Z5, Z5 compact dan Z5 premium. Untuk Indonesia kita mendapat varian Xperia Z5, dengan fitur dual SIM.
Strategi ini kemungkinan selain mencoba mencari timing yang lebih tepat, juga sebagai jawaban bahwa Sony tetap mampu berkompetisi dari rival yang semakin cepat menghadirkan inovasi.
Â
Desain
Semenjak seri awal Xperia Z sebagai flagship Sony diperkenalkan, Sony memperkenalkan desain yang mereka sebut omnibalance, memberikan desain yang terlihat seimbang dan simetris dari segala arah. Hasilnya line up produk flagship Sony, desainnya sangat mirip dari seri Xperia Z awal hingga Xperia Z5 terbaru sekarang.
Tentu saja strategi ini akan diterima dalam perbedaan pendapat di pasaran. Ada yang mengatakan desain nya menjadi sangat membosankan, karena sebagian pemakai smartphone ingin ketika smartphonenya dilihat, orang bisa mengenali langsung smartphone hebat apa yang digunakannya. Mereka tidak ingin smartphone flagship terbaru mereka saru dengan flagship yang lama, atau malah sama dengan seri-seri mid atau low dari vendor yang sama. Apalagi segi desain sekarang menjadi faktor penting yang sangat diperhatikan, setelah kekuatan hardware yang dulu cukup menjadi pemikat, sekarang sudah mendekati titik saturasi yang tinggi, sehingga perbedaan hardware yang satu dan yang lain sudah tidak terlalu kentara. Sebagian lain dari penggemar Sony, tentu menerima desain omnibalance ini sebagai sesuatu yang tidak perlu diubah, dengan prinsip if ainÂ’t broke donÂ’t fix it.
Desain omnibalance dari Sony membawa pendekatan desain yang lebih sederhana, membawa kembali desain smartphone ke akar desain berbentuk kotak, tanpa terlalu banyak olahan yang membuat satu bagian desain lebih menonjol dari bagian lain. Hasilnya desain yang enak dipandang dan terlihat berkelas.
Xperia Z5 sebenarnya secara detail membawa perubahan dari desain Xperia sebelumnya, misalnya bagian ujung-ujung kotak, sekarang lebih membulat. Dibandingkan Xperia Z pertama yang lebih runcing/lancip ujungnya, pendekatan desain yang lebih rounded memberi efek device  lebih enak digenggam, karena saat ujung terlalu lancip seperti pada desain Xperia Z, bagian ujung yang bersentuhan dengan telapak tangan “menusuk”, memberikan rasa tidak nyaman.
Bagian ujung-ujung yang membulat ini sebenarnya terbuat dari plastik. Secara desain, ujung plastik ini menghentikan kontinuitas dari frame Xperia Z5 yang terbuat dari metal, tetapi secara fungsi selain memberikan aksen, juga membuat perlindungan saat device terjatuh. Ujung yang terbuat dari metal tidak bisa menghindari “kentop” saat terbentur dengan lantai yang keras, sedangkan plastik sanggup memberikan efek bouncing saat meredam benturan.
Bagian perubahan desain yang menonjol lain di Xperia Z5 ada pada tombol power. Seri Xperia Z sebelumnya dikenal dengan tombol power dengan bentuk bundar yang unik, yang berbeda
dengan kebanyakan bentuk tombol power pada smartphone lain. Kali ini bentuk tombol power disamping membesar seperti bentuk home button pada kebanyakan smartphone. Bentuk ini dipilih karena pada tombol yang sama, Sony membenamkan fitur fingerprint yang sekarang sudah mulai diadopsi oleh banyak smartphone.
Berbeda dengan tombol power yang biasa cukup menonjol untuk mudah ditekan, tombol power Xperia Z5 agak terpendam, melesak lebih dalam dibanding permukaan metal frame. Secara fungsi, tombol melesak ini agak sulit ditekan dengan tenaga jari yang biasa, membutuhkan tekanan yang cukup dan lebih dalam. Sepertinya Sony sengaja melakukannya, dengan jari menekan lebih dalam, ada cukup waktu bagi fingerprint sensor untuk sekaligus menyalakan dan membuka lock screen dengan membaca pola sidik jari. Kita akan bahas lebih dalam tentang fingerprint ini dibagian bawah.
Jika anda bukan pemakai seri Xperia Z sejak lama, anda akan menemukan peletakkan tombol yang berbeda, terutama tombol volume. Xperia Z5 meletakkan tombol volume yang senantiasa ada dibagian sisi atas, di bagian sebaliknya, sisi bawah. Perlu waktu dan membiasakan diri untuk perubahan orientasi yang sepertinya terlihat sederhana ini. Seringkali pada awalnya, peletakkan tombol seperti ini membuat kita mengangkat smartphone dalam posisi terbalik, karena mengasumsikan tombol volume berada di atas, atau kehilangan orientasi mana volume up atau down ketika dalam posisi landscape.
Kondisi ini sebenarnya tidak lepas juga dari pengaruh peletakkan tombol kamera disebelah tombol volume yang sering salah diartikan sebagai tombol power, karena kebiasaan lama. Tombol kamera ini banyak diminati oleh pemilik smartphone, karena bisa  memimik gesture dari kamera standar, tekan setengah kedalam akan membuat kamera fokus pada objek, tekan lebih dalam untuk mengambil gambar.
Â
Sayangnya posisi tombol kamera dibagian bawah ini hanya cocok untuk mengambil foto dalam posisi landscape. Untuk mengambil foto dalam posisi potrait atau selfie menggunakan tangan kanan , posisi nya yang terlalu bawah, sulit untuk jari jempol menekan tombol kamera dan bisa memegang smartphone dengan kokoh secara bersamaan.
Sony sepertinya bukan tidak menyadari hal ini, dan memberikan alternatif, selain menggunakan touch shutter pada layar, juga bisa menjadikan tombol volume yang posisinya lebih atas sebagai tombol shutter, atau untuk pengguna selfie bisa mengaktifkan mode smile capture, cukup tersenyum untuk kamera secara  otomatis mengambil foto.
Sony Xperia Z versi awal mencuri perhatian karena kemampuan tahan air dan debu. Untuk memberikan dukungan tahan air ini, pada seri-seri sebelumnya digunakan banyak flap, atau penutup yang memiliki seal untuk mencegah air masuk melalui rongga-rongga terbuka, seperti lubang earphone jack dan usb. Flap ini cukup mengesalkan, karena pengguna takut flap ini ketika sering dibuka tutup lama kelamaan menjadi kendor dan tidak dapat ter-seal dengan baik untuk menahan air masuk.
Pada Xperia Z5, lubang earphone jack dan usb dibiarkan terbuka, menyisakan hanya satu flap panjang, untuk mencover sim card tray dan memory card. Rating IP (Ingress Protection) Xperia Z5 sama dengan Z3 dan Z3+, IP68, yang menjanjikan device tak akan rusak oleh debu dan tahan direndam didalam air dalam waktu yang cukup lama.
Bagaimana dengan rongga earphone jack dan usb yang sekarang terbuka? Sony memberikan wejangan untuk memastikan rongga-rongga tersebut harus dipastikan kering sebelum menggunakannya. Misalnya dengan mengayunkan device sehabis kehujanan, supaya sisa-sisa air keluar dari rongga USB dan memastikannya sudah kering, sebelum port tersebut dihubungkan dengan charger. Ada saatnya kita mungkin menemukan beberapa anomali setelah device habis terendam ketika di charge, misal seolah-olah jack earphone sedang digunakan, sehingga suara musik tidak keluar. Tetapi tidak perlu panik, setelah didiamkan lebih lama untuk memastikan kondisi lebih kering, semuanya akan normal kembali. Kali ini memang walau secara IP rating yang dimiliki Xperia Z sudah baik, Sony tidak mem-push device ini untuk dibawa berenang atau berendam. Ketahanan air dan debu ini lebih terhadap faktor-faktor umum seperti kehujanan, terkena tumpahan air, membersihkan dari debu dengan air keran, atau tetap bisa menggunakannya ketika sedang ber-shower. Konsistensi IP rating ini sejak Xperia Z awal, membuat device Sony dikenal sebagai pilihan ketika orang mengharapkan devicenya tahan air.
Â
Semenjak Xperia Z diperkenalkan di tahun 2013, Sony mendesain pilihan material dengan gabungan antara bahan metal untuk frame dan kaca untuk bagian belakang. Berbeda dengan awal-awal seri Xperia Z keluar dengan lapisan anti-shattered film dibagian layar depan yang cenderung mudah gores, sekarang Sony sudah tidak menggunakannya lagi. Tidak diketahui pasti protecting glass yang digunakan Sony, hanya disebutkan tempered scratch-resistant glass, plus anti fingerprint coating. Pada bagian paling atas dan bawah dari layar depan terdapat coakan kecil, dengan lebar kurang dari 1 MM, berbentuk memanjang, yang merupakan lubang stereo speaker.
Pada Z5 juga terjadi perubahan pada kaca body belakang. Sekarang Sony menggunakan bahan frosted glass, menyerupai kaca buram yang lebih tidak fingerprint magnet dibanding produk sebelumnya. Perpaduan metal frame dan frosted glass menjadikan device ini bagus untuk di pandang, tetapi licin untuk digenggam. Apalagi jika diperhatikan bagian kaca belakang yang rata ini, masuk lebih dalam dibawah frame, menyisakan jari yang menggenggam lebih banyak bergesekan dengan sisa frame yang menonjol, dibanding ke bagian kaca. Bagusnya ketebalan metal frame Xperia Z5 di 7.3mm, masih cukup tebal untuk jari-jari bisa menggenggam lebih kokoh.
Bagaimanapun bentuk omnibalance yang mengambil dasar desain kotak dan punggung belakang smartphone yang rata, akhirnya menyisakan beberapa trade-off walau menyenangkan untuk dipandang. Diantaranya, tanpa brand SONY yang kentara di layar bagian depan sebelah atas, agak sulit menentukan mana bagian atas dan mana bagian bawah dari smartphone. Punggung yang rata, dan frame metal yang cenderung rata tanpa lekukan yang cukup, membuat smartphone sulit diangkat ketika terlentang diatas meja. Tonjolan tombol volume dan kamera yang cukup membantu untuk jari mendapatkan grip lebih ketika mengangkat smartphone ini dari atas permukaan yang rata.
Â
Secara keseluruhan, ukuran Xperia Z5 dengan lebar 72mm dan tinggi 146mm dan menampung layar 5.2 inci, bisa dikatakan cukup kompak untuk digenggam dan dioperasikan oleh satu tangan dan mudah dikantungi. Beberapa flagship lain, dengan ukuran layar yang mirip, memang ada yang memiliki ukuran 1-2 mm lebih kecil dibanding Sony, karena perbedaan tepian bezel yang lebih tipis. Desain omnibalance yang seimbang dan perpaduan bahan bermaterial metal dan kaca, Â pada akhirnya tetap menghadirkan desain berkelas yang mewah, kualitas buatan yang kokoh, dan berciri khas kental bahwa desain ini adalah milik Sony.
Fingerprint Sensor
Ketika bocoran Sony Xperia Z5 akan keluar dengan fingerprint sensor, banyak orang bertanya diman fingerprint sensor ini akan diletakkan. Apakah dibagian depan seperti device dari Apple dan Samsung, atau dibagian belakang seperti HTC dan Huawei?
Kemudian banyak orang juga bersemangat dan berharap Sony Xperia Z5 menjadi smartphone pertama yang mengimplementasikan biometrik fingerprint yang menggunakan teknologi ultrasonic dari qualcomm.
Ternyata pada produk akhir, peletakkan fingerprint sensor pada Xperia Z5 cukup megejutkan, pada sisi frame yang cukup tipis dan menyatu dengan tombol power. Pertanyaan banyak orang, area fingerprint ini menjadi begitu tipis, apakah cukup untuk merekam sidik jari?
Jika kita bandingkan area ukuran permukaan  fingerprint sensor dengan device lain, semisal Samsung, memang tampak ukuran fingerprint sensor dari Xperia Z5 lebih kecil. Fingerprint sensor Samsung memiliki panjang 15mm dan lebar 5.5mm, sementara Xperia Z5, panjang 14mm dan lebar 3.5 mm. Ini menjadikan luas area fingerprint sensor Xperia Z5 hampir hanya setengah luas dari permukaan area fingerprint sensor device Samsung.
Ternyata harapan banyak orang bahwa Xperia Z5 menggunakan teknologi ultrasonic untuk fingerprint nya, juta belum terwujud. Teknologi fingerprint yang digunakan Xperia Z5 mirip dengan Touch ID dari apple menggunakan capacitance. Teknologi capacitance ini walaupun bagus, memiliki kendala terhadap permukaan kotor, lotion, dan air untuk bisa mengenali sidik jari dengan baik, sedangkan teknologi ultrasonic mengatasi hambatan-hambatan tersebut.
Walau luas permukaan fingerprint Xperia Z5 dan teknologi yang digunakannya masih capacitance, ternyata sensor ini bekerja sangat baik. Walau anda mungkin menemukan cukup banyak komentar yang mengatakan sensor ini banyak tidak akuratnya pada beberapa review dan forum, ada trik yang bisa dilakukan saat merekam sidik jari pada sensor dengan ukuran kecil ini. Pertama saat merekam sidik jari, yang mengharuskan kita men-tap sensor kurang lebih 18 kali, pastikan kita merekam sidik jari tidak hanya satu bagian saja yang sama berulang-ulang. Tetapi coba merekam dengan menggeser setiap bagian jari, samping kiri, tengah, kanan, agak ke atas, agak ke bawah, dst, supaya sensor merekam lebih banyak bagian sidik jari kita. Kedua, lakukan hal yang sama untuk 4 jari lainnya, karena fingerprint sensor ini bisa merekam maksimal 5 jari. Ada banyak kemungkinan bahwa kita tidak hanya membuka dengan jari jempol kanan, dilain kesempatan saat memegang dengan tangan kiri, jari telunjuk kiri akan lebih mudah menggapai sensor. Jadi kita bisa merekam jari lain sebagai backup. Bahkan jika terkadang smartphone kita sering dipinjam oleh anak, pasangan, atau teman, kita bisa menginput satu jari mereka untuk direkam.
Selama pengetesan, sensor sidik jari dari Sony Xperia Z5 cukup bisa diandalkan. Kita bisa menekan tombol power untuk menyalakan smartphone, kemudian sekali lagi menempelkan sidik jari untuk unlock, atau bisa menekan lebih dalam dan sedikit lebih lama, untuk menyalakan dan sekaligus mengaktifkan fingerprint unlock.
Peletakkan sidik jari di samping smartphone, dilakukan Sony dengan pemikiran, ketika kita mengeluarkan smartphone dari saku atau tas, jari yang menggenggam smartphone bisa sekaligus langsung mengaktifkan sensor fingerprint unlock. Ini alasan mengapa desain tombol power ini dibuat lebih melesak kedalam dibanding tombol lain yang menonjol, supaya saat jari merabanya, kita sudah mengetahui pasti posisi sensornya. Saat dikeluarkan dari saku, jari yang meraba fingerprint sensor ini sudah menekan sensor, dan layar sudah terbuka saat kita menatapnya. Jari akan merasakan feedback klik pertama saat tombol power di tekan, dan akan merasakan feedback getar ketika fingerprint lock berhasil dibuka.
Yang menjadi trade-off dengan posisi power dan fingerprint disamping adalah ketika smartphone dalam posisi terlentang diatas meja, dan kita ingin menyalakannya tanpa harus mengangkatnya. Sony memberikan fitur double tap screen untuk mengaktifkan layar, berguna saat kita hanya ingin melihat notifikasi yang di set untuk tampil pada layar lockscreen. Tetapi jika ingin meng-unlock layar yang dikunci dengan fingerprint, tetap saja device harus diangkat, atau kita harus berlatih untuk menggunakan jari telunjuk secara pas untuk dibaca fingerprint sensor.
Mengaktifkan fungsi menyalakan layar dengan double tap walau sangat membantu, harus diperhatikan juga terkadang akan mengaktifkan smartphone ketika berada di saku. Smartphone cenderung akan diletakkan dengan layar menghadap ke dalam ke arah paha, dan lapisan kantung yang tipis, celana yang cukup ketat, akan cukup memberikan gestur seolah-olah layar sedang di double tap. Hal ini bisa juga terjadi karena bahan celana yg bergesekan menghasilkan listrik statis, sehingga layar bereaksi seolah-olah sedang di tap. Beberapa smartphone dengan fitur doble tap to wake, Â memberikan perlindungan dengan menu tambahan untuk mencegah layar menyala ketika disaku dengan menggunakan proximity sensor. Sayangnya Xperia Z5 belum memiliki fitur ini.
Ada 2 hal lagi yang kita harap Sony akan memperbaharuinya berkenaan dengan fungsi fingerprint sensor.
Pertama fungsi fingerprint sensor pada Sony Xperia Z5 baru sekedar untuk meng-unlock screen. Pada device lain, fungsi ini sudah mencakup menggantikan penggunaan password untuk web, seperti menggantikan input username dan password pada halaman internet banking dan beberapa situs lain, dengan hanya menggunakan sidik jari. Beberapa device lain juga sudah menggunakan sidik jari ini untuk otorisasi pembayaran, yang mungkin akan dimiliki Xperia Z5 ini saat sudah update ke OS android Marshmallow, dimana google sudah mengaktifkan OS 6.0 untuk android pay.
Kedua security ke menu fingerprint. Device lain ketika kita ingin menghapus rekaman sidik jari, harus pertama-tama mengaktifkan fungsi ini dengan menginput PIN atau meletakkan sidik jari yang sudah ter-otorisasi pada sensor. Sementara Sony tidak memilikinya. Bayangkan ketika rekan atau anak-anak meminjam device, kemudian kita memberikannya setelah terlebih dahulu meng-unlocknya. Dengan santai atau tanpa sengaja, ia bisa menghapus data sidik jari yang sudah direkam.
Â
Layar
Banyak orang bertanya-tanya, ketika banyak device mengadopsi layar dengan resolusi tinggi 2K atau QuadHD, mengapa Sony tetap bertahan di layar dengan resolusi Full HD (1080p), dan Xperia Z5 dual ini juga tetap memiliki resolusi Full HD (1920 x 1080).
Pada varian Xperia Z5 Premium, Sony menjawab dengan men-skip layar 2K dan malah menghadirkan layar 4K pertama di dunia untuk smartphone. Walau sementara teknologi layar 4K untuk smartphone belum cukup mature dan Xperia Z5 Premium lebih banyak berjalan dan merender layar dengan resolusi Full HD, setidaknya ini menjawab keraguan banyak orang, bahwa Sony sebagai brand yang dikenal dengan produksi layarnya, bukan tidak sanggup membuat smartphone dengan layar beresolusi sangat tinggi.
Teknologi layar Full HD pada Xperia Z5 Dual tetap mirip dengan seri Z3+ sebelumnya, menggunakan layar Sony dengan triluminous display, X-reality dan dynamic contrast enhancer.
Kerapatan layar 5.2 inci nya 424ppi, sudah sangat tajam untuk sebagian besar mata orang. Beberapa seri Xperia Z terdahulu, sempat mengecewakan hasilnya karena penggunaan polarizer yang kurang baik. Sekarang Sony berbenah dalam tampilan layar di Xperia Z5.
Mengakomodir beragam pilihan orang tentang mana layar yang bagus, Sony menyediakan 3 tampilan layar yang bisa di set sesuai kebutuhan dan preferensi masing-masing pengguna.
Pada setting image enhancement, pengguna bisa memilih off untuk menampilkan layar apa adanya, kemudian pilihan X-Reality untuk gambar yang lebih bening, dan tajam, dan Super-vivid mode untuk menampilkan gambar-gambar yang lebih pop up dan vibrant tampilan warnanya.
Hasilnya kali ini layar Sony di Xperia Z5 pantas masuk ke dalam golongan layar hi-end yang baik. Dengan menu memilih super-vivid, warna-warna tampil pop up dan vibrant mirip dengan layar amoled hanya kalah dibagian kepekatan warna hitam saja. Tetapi untuk warna putih, Xperia Z5 mampu memberikan warna putih yang sangat baik, apalagi Sony menyediakan settingan khusus white balance yang secara manual bisa kita set dengan slider RGB.
Fitur lain yang disediakan melengkapi fungsi layar dinamai smart backlight control, dimana device akan tetap menyalakan layar walau tidak tersentuh, ketika mendapati posisinya sedang digenggam tangan. Fungsi ini diberikan untuk override auto sleep yang sudah disetting waktunya. Berbeda dengan fungsi sejenis pada device lain, misalnya smart stay dari Samsung yang men-tracking mata kita apakah sedang melihat ke layar, fungsi smart backlight control tidak menggunakan tracking kamera depan. Hasilnya layar device tetap akan menyala jika digenggam tangan, tetapi akan tetap mati jika device ditaruh di holder, walau kita sedang membaca layar.
Layar sentuh Xperia Z5 juga dilengkapi glove mode, yang jika diaktifkan layar tetap berfungsi touchscreen-nya walau jari sedang menggunakan sarung tangan. Saat disentuh dengan sarung tangan, akan terlihat ada lingkaran disekitar jari yang mendeteksi ketika kita sedang menyentuh layar dengan sarung tangan, dan lingkaran tersebut menghilang ketika kita menyentuh layar dengan jari langsung.
Â
Kinerja
Karena jadwal release yang berdekatan, tidak ada perubahan prosesor yang digunakan Sony, baik pada Xperia Z3+ maupun Xperia Z5. Keduanya tetap menggunakan prosesor Qualcomm Snapdragon 810.
Prosesor Snapdragon 810 sebenarnya seperti kebanyakan prosesor Qualcomm yang lain, berkinerja baik. Prosesor 64bit ini menjadi prosesor tercepat dan flagship dari Qualcomm. Terdiri dari 2 grup big.LITTLE prosesor octacore, cortex A53 yang bekerja di kecepatan 1.5GHz clock speed dan cortex A57 di clock speed 2.0 GHz. Didalam SoC (System on Chip) prosesor ini terdapat modem X10 LTE yang bagus, GPU Adreno 430 yang kencang, ISP, DSP, dengan teknologi terkini, dll.
Hanya saja kali ini, isu overheat atau panas berlebihan terjadi pada prosesor Snapdragon 810. Setiap vendor smartphone yang menggunakannya, kebanyakan didera masalah over heat ini. Sony sudah mengalami isu ini  di Xperia Z3+ sebelumnya, dan berusaha mengantisipasi supaya tidak terjadi lagi di Xperia Z5. Kabarnya pada Z5 premium dan Z5 Sony menambahkan dual heat pipe dan thermal paste untuk membuang dengan cepat panas berlebihan yang dihasilkan prosesor. Sebagai catatan, Xperia Z3+ sebelumnya menggunakan single heat pipe.
Â
Hasil yang kita temui kemungkinan berbeda-beda, ada review dan forum yang mengatakan cara ini (thermal paste dan dual heat pile) berhasil meredam panas, atau ada juga yang mengatakan Xperia Z5 tetap mengalami over heat.
Sayangnya unit Xperia Z5 Dual yang di test kali ini mengalami over heat. Sebenarnya bisa dikatakan isu overheat ini hanya terjadi di dua fitur, ketika menjalankan perekaman video 4K, atau menjalankan fitur AR (Augmented Reality) pada mode foto.
Fitur AR pada kamera, mensimulasikan tambahan object pada foto yang akan kita ambil, misal diatas meja kerja kita akan terdapat dinosaurus yang bergerak, atau menjadikan kamar kita sebagai aquarium dengan ikan berkeliaran.
Algoritma AR memang menuntut kerja keras prosesor. Dalam hitungan menit, dengan cepat akan terasa bagian belakang smartphone segera hangat dan kemudian cenderung panas. Dengan alat ukur laser infrared thermometer, smartphone akan menghentikan proses AR ini setelah menyentuh suhu sekitar 50% celcius, dan meminta smartphone cooling down.
Pada perekaman video 4K yang sama, demanding terhadap kinerja prosesor, membuat perekaman akan berhenti setelah 7-8 menit.
Isu ini tidak terjadi dengan aplikasi lain, bahkan dengan game papan atas yang menuntuk kerja keras prosesor seperti Need for Speed, prosesor snapdragon 810 dengan GPU (Graphics Processing Unit) adreno 430 dengan mudah menjalankan aplikasi ini. Memang device akan terasa hangat, tetapi pengukuran suhu berhenti disekitaran 45 derajat celcius, tidak lagi bertambah panas.
Mengapa ada review yang mengatakan Xperia Z5 sudah tidak panas dan ada yang bilang tetap bermasalah dengan isu panas? Saya menduga karena temperatur ruangan juga berpengaruh. Di negara-negara dengan musim dingin yang sudah mulai sekarang, awal suhu device diukur dikisaran 20 derajat celcius lebih. Sedangkan di negara tropis awal suhu device diukur sudah diatas 30 derajat celcius. Menilik isu panas ini, sebenarnya juga tidak ada sangkut pautnya dengan Sony, tetapi memang terjadi karena prosesor Qualcomm Snapdragon 810 sepertinya memang menghasilkan panas berlebihan. Kemudian ukuran body yang cukup kompak di Xperia Z5 Dual, memungkinkan tidak cukup ruang untuk mendistribusi panas yang timbul. Kesimpulan ini diambil karena isu panas ini terjadi pada Z5 dan Z5 compact, sedangkan pada Z5 premium yang berukuran lebih besar, overheat sampai menghentikan kerja kamera 4K tidak terjadi.
Secara kinerja keseluruhan untuk penggunaan sehari-hari dan kebanyakan menjalankan aplikasi, Sony Xperia Z5 bisa memberikan kinerja yang baik. RAM 3GB cukup berlimpah menjalankan multitasking, tidak pernah dalam test sampai mengabarkan kekurangan RAM. Selain menggunakan game berat yang demanding, perekaman video 4K atau mengambil foto dengan fitur AR, tidak ada panas yang berlebihan yang dihasilkan, paling sampai taraf hangat atau sedikit panas saja. Terkadang dialami perpindahan aplikasi agak sedikit lebih lambat dibanding rival setara, ini dimungkinkan karena Sony menjaga prosesor untuk tidak segera melonjak bekerja maksimum untuk menjaga suhu device tidak berlebihan, dan berusaha sebisa mungkin aplikasi berjalan cukup ditangani oleh grup prosesor Cortex A53 yang lebih tidak panas dan hemat daya.
Percobaan benchmark kemungkinan menunjukkan betapa Sony dalam OS nya berusaha menekan kinerja prosesor snapdragon 810 supaya tidak berlari dengan clock tertinggi, atau segera menurunkan kecepatan prosesor untuk antisipasi panas berlebih.
Score AnTuTu benchmark pada Xperia Z5 sekitar 50.000 point. Angka ini lebih kecil dibanding seharusnya angka AnTuTu benchmark yang rata-rata bisa diraih Snapdragon 810, yaitu diatas 60.000 point. Hasil ini bisa memperkuat dugaan diatas, bahwa kinerja prosesor otomatis throttling, atau diturunkan speednya, saat suhu naik.
Untuk internal Storage, Xperia Z5 Dual dilengkapi memory 32 GB, dan bersebelahan dengan slot dual SIM Card, terdapat slot eksternal memory card, yang support kapasitas hingga 200GB.
Baterai yang disertakan untuk mendukung semua kinerja ini berkapasitas cukup besar 2900 mAh non removeable, dengan proses charging yang sudah mendukung qualcomm quick charge 2.0. Sayangnya untuk bisa menikmati fitur fast charging Xperia Z5, charger yang mendukung proses charging cepat ini masih harus dibeli terpisah, karena charger bawaannya belum mendukung proses charging cepat. Dengan charging standard dalam keadaan device standby dan terhubung ke internet, dibutuhkan waktu kurang lebih 3 jam untuk mengisi baterai kosong hingga kapasitas penuh.
Dengan kapasitas 2900 mAh tersebut, Sony menjanjikan smartphone bisa bertahan selama 2 hari. Dalam pengetesan, jika smartphone banyak standby, maka baterai terasa irit. Tetapi jika smartphone terus menerus digunakan dalam durasi yang lama dalam penggunaan yang bisa dikatakan berat, baterai akan terasa turun cepat. Dalam kondisi sehari-hari, dengan kapasitas baterai tersebut smartphone Sony sanggup bertahan hampir 12 jam, dengan kondisi layar menyala diatas  3 jam.
Kemungkinan klaim Sony untuk baterai bisa bertahan 2 hari, ketika kita mengkombinasikannya dengan fitur power saving yang disebut stamina mode. Cara lain yang digunakan Sony untuk menghemat baterai dengan membuat waktu interval pengiriman background data. Jadi data yang jalan di background tidak realtime, tetapi diatur dalam selang waktu tertentu baru dikirimkan, sehingga selama selang waktu diantaranya smartphone bisa benar-benar beristirahat dan tidak menggunakan banyak daya.
Tentu saja setiap orang bisa memiliki pengalaman berbeda dalam waktu pemakaian, bahkan term pemakaian moderate atau berat, setiap orang bisa berbeda-beda pendapat. Dengan pemakaian moderat, bukan hal sulit untuk Xperia Z5 bisa digunakan dari bangun pagi, hingga saat malam kembali ke rumah.
Â
Kamera
Kamera, sekarang jadi bagian sangat penting dari smartphone yang dituntut harus semakin baik. Kamera pada smartphone berhasil membuat penjualan compact camera jungkir balik. Sekarang disetiap sudut, kita akan menemui pemandangan banyak orang berfoto-foto cukup dari smartphone. Masuk ke hi-end smartphone, semakin kamera dituntut untuk sangat baik hasilnya. Membawa nama Sony, semakin besar tuntutan orang akan kamera yang baik dari brand ini. Apalagi smartphone-smartphone yang hasil kameranya berkibar di jenjang atas, ternyata kebanyakan menggunakan sensor kamera buatan Sony. Menjadi kebingungan untuk orang-orang, masa-kah pembuat sensor nya sendiri tidak bisa menghasilkan kamera smartphone yang hebat?
Kamera Xperia Z5 hadir dengan resolusi tinggi 23MP, aperture f2.0, sensor kamera berukuran 1/2.3” dan lensa G Lens 24mm. Sensor kameranya seri terbaru, Sony Exmor RS IMX300.
Dengan konfigurasi tersebut, Sony juga menjanjikan auto fokus yang cepat hanya 0.03 detik, menggunakan hybrid AF, menggabungkan cara tradisional sensor mendeteksi perbedaan kontras digabungkan dengan phase detection AF. Selain fokus yang sangat cepat, Sony juga menjagokan fitur clear image zoom 5x.
Ketika dinyalakan pertama kali, kamera 23MP Sony ternyata secara default di set hanya 8MP. Sepertinya default 8MP ini, selain untuk menghemat storage, diperuntukkan bagi fitur Clear Image Zoom 5x. Dengan fitur ini Sony mengunggulkan zooming objek sebelum difoto, yang walau sebenarnya pembesaran yang terjadi hanya digital zoom, tapi hasilnya tetap baik. Dengan sensor kamera 23MP, dan set foto hanya di 8MP, Clear Image Zoom membuat foto bisa di oversampling untuk mendapatkan pembesaran dengan hasil akhir yang lebih terlihat baik.
Dalam uji coba, untuk fokus, kamera Sony memang sangat cepat. Cukup tap ke objek yang ingin di fokus, fokus langsung berpindah. Fitur Clear Image Zoom ternyata hasilnya memang sedikit lebih baik dibanding foto 23MP dari Xperia Z5 yang sama, kemudian di crop. Hasil foto 8MP oversampling ini terlihat lebih tajam dan lebih detail seperti contoh dibawah.
Â
Secara pencapaian kali ini kamera Sony bisa dikatakan sangat baik, hasilnya diatas rata-rata smartphone. Bahkan DxOmark situs yang profesional yang diakui dunia dalam men-test banyak kamera, memberikan predikat sebagai kamera smartphone tarbaik saat ini. Lompatan besar untuk Sony, setelah sebelumnya Xperia Z3+ hanya sempat masuk dalam urutan 10 besar. Untuk mengatakan bahwa hasil kamera Xperia Z5 masuk jajaran terbaik memang sangat pantas, tetapi bukan tanpa kontroversi untuk mengatakan menjadi yang terbaik, seperti banyaknya beda pendapat yang diberikan orang-orang pada review bahkan feedback di laman DxOmark sendiri.
Hal ini dimungkinkan dari cara penilaian dari DxOmark sendiri, yang menggabungkan penilaian dari sisi foto gambar diam dengan video gambar bergerak.
Dibanding menggunakan OIS (optical image stabilization), Sony pada Xperia Z5 lebih memilih steady shot dengan olahan digital. Ketidakhadiran OIS ini terkadang masih menghasilkan gambar yang terlihat agak blur, terutama di ruangan yang agak temaram. Tetapi hasil rekaman videonya ketika dipakai berjalan atau bergerak, lebih steady dibanding smartphone dengan kamera ber-OIS sekalipun. Resolusi 23MP nya ber format asli 4:3, menjadi 20MP kalau kita ingin men set nya dalam format sesuai ukuran layar 16:9. Dengan lensa 24mm, foto yang dihasilkan terlihat lebih wide dan mencakup lebih banyak area dibanding kamera smartphone sekelas.
Untuk kamera depan selfie, Sony menggunakan kamera 5MP dengan aperture f 2.4, wide angle lens 25mm dan dilengkapi fitur steady shot seperti kamera belakang. Perekaman video dengan kamera depan mendukung resolusi full HD 1080p.
Fitur kamera otomatis pada Sony dikenal dengan Superior Auto, smartphone akan mendeteksi objek dan ambien sekitar. Jika foto detail dan dekat, maka akan mengaktifkan mode macro. Jika foto malam hari akan mengaktifkan settingan khusus malam hari.
Fitur lainnya sama dengan banyak hi-end smartphone sekarang , termasuk fitur kamera manual. Pada smartphone hi-end lain, sekarang berlomba-lomba menghadirkan fitur manual yang mirip kamera profesional dimana kita bisa mengatur Auto Exposure, ISO, AWB, jarak fokus, Â bahkan sampai speed shutter. Pada fitur manual di Xperia Z5, lebih sedikit yang bisa diatur, hanya AWB dan Auto Exposure. Jika kita kembali menetapkan 8MP sebagai default kamera, pada fitur manual ada pilihan tambahan SCN Scene, yang bisa mengatur pilihan tambahan, apakah akan mengaktifkan fitur backlight HDR, Fireworks, Document, Beach dll, yang pada settingan diatas 8MP tidak bisa digunakan.
Saat mengambil foto, walau auto fokus benar-benar cepat, sayangnya selain loading kamera yang tidak secepat rata-rata hi-end smartphone, saat tombol shutter ditekan, senantiasa ada saving proses beberapa saat yang menandakan foto sesang diambil. Proses saving ini terjadi baik penyimpanan foto menggunakan internal storage maupun eksternal storage. Proses saving ini terlihat dari gerakan lingkaran di pojok kanan atas, sehingga ketika shutter akan ditekan lagi untuk mengambil foto berikutnya dengan cepat, harus menunggu proses ini selesai. Sepertinya proses ini terjadi akibat algoritma post processing foto yang berat, yang langsung dilakukan setelah tombol shutter ditekan.
Contoh hasil kamera utama:
Foto-foto yang lebih lengkap dengan ukuran asli bisa dilihat DISINIÂ
Â
Musik / audio
Berbagai fitur dan audio setting disediakan di Xperia Z5. Masing-masing bisa dipilih sesuai selera pemakai, karena tidak ada standar baku tentang apa yang dikatakan enak bagi setiap telinga.
Dibagian audio setting Sony menyiapkan fitur DSEE HX yang bisa menaikkan standar kompresi audio quality, misal format MP3 ke format yang lebih tinggi mendekati karakter cd-audio. Â Ketika fitur ini difungsikan, besarnya volume lagu yang diputar akan berkurang, dan fitur-fitur enhanced audio lainnya tidak bisa difungsikan. Fitur ini hanya bisa diaktifkan untuk menikmati musik dengan earphone atau headphone ber-kabel. Secara format kompresi audio, Xperia Z5 sendiri sudah mendukung format audio hi-res, lossless audio, seperti FLAC, ALAC, DSD, LPCM.
Clear Audio+ membuat lagu yang diputar terasa lebih jernih dan lebih memiliki power. Ketika fitur ini diaktifkan, enhanced audio seperti pengaturan equalizer dan optimization untuk earphone tidak bisa difungsikan. Setting ini cocok untuk mereka yang lebih memilih lagu-lagu bertitel audiophile, dengan settingan yang seimbang, bass yang tidak terlalu punchy, dan vocal yang lebih di depan.
Cara kustomisasi audio paling bebas bisa didapat dengan memilih sound effect, dimana pengguna bisa mengatur equalizer sendiri, atau memilih preset audio sesuai genre musik plus menambahkan besaran bass atau treble. Pada settingan ini bisa dipilih pula audio optimization sesuai earphone/headphone yang kita kenakan secara otomatis. Software akan menganalisa earphone yang kita gunakan dan memberi settingan audio yang dianggap paling pas dengan karakter earphone tersebut.
Tanpa earphone, Xperia Z5 sudah dilengkapi dual speaker stereo yang diletakkan diatas dan dibawah, plus menghadap ke depan. Sayangnya speaker ini ketika di set untuk volume yang cukup keras, akan terasa memberikan getaran/vibrasi berlebih kepada body device. Suara yang dihasilkan cukup lantang, tidak pecah, tetapi jika dibandingkan kualitas suaranya dengan pencetus dual speaker dengan posisi di depan, HTC, kualitas suara yang dihasilkan Xperia Z5 belum sejernih dan sedalam HTC.
Â
Add on Software
Beberapa software khusus untuk lini smartphone Sony tersedia di Xperia Z5. Sebagai perusahaan yang memproduksi banyak film-film blockbuster, Sony juga menyediakan aplikasi untuk menonton film produksinya. Dengan aplikasi  Previlege Plus , pemilik Xperia Z5 yang dikategorikan sebagai Gold ticket, mempunyai kesempatan untuk mendownload 3 film secara gratis. Sayangnya walau layar Xperia Z5 sudah full HD 1080p, film yang bisa di download masih resolusi 720p. Untuk film-film lain produksi selain Sony, bisa menggunakan aplikasi PS Video yang juga tersedia, dengan membayar biaya sewa film.
Tidak ketinggalan tentu saja aplikasi PSN Playstation, yang memungkinkan Xperia Z5 menjadi perpanjangan dari konsol game Playstation, untuk memainkan game-game Playstation diatas Xperia Z5 via WiFi.
Aplikasi lain yang disediakan termasuk:
TrackID, seperti aplikasi Shazam atau Soundhound, yang bisa mendengarkan dan memberitahu lagu apa yang sedang diputar sumber lain.
News From Socialife, situs kompilasi berita seperti Flipboard.
Aplikasi untuk memilih tema yang memiliki banyak tema movie, sesuai film garapan dari Sony.
Xperia Lounge, aplikasi berisi info tentang lini smartphone Xperia, tips and tricks, dan voucher promo.
Movie Creator, untuk membuat klip dengan iringan musik dari potongan foto-foto yang kita ambil.
Live Screen Streaming, mirip periscope atau live broadcast, untuk menyiarkan siaran langsung dari kamera.
Â
Konklusi
Tahun 2015 ini memang tidak mudah untuk perebutan kursi nomor 1 pertarungan smartphone. Setiap vendor menaikkan standar inovasi apa yang terbaik tahun ini dan memasang strategi yang baru. Belum lagi smartphone-smartphone dari Tiongkok sekarang berusaha masuk ke arena yang sama. Irama pertandingan tidak lagi moderat, tetapi ditabuh dengan cepat. Perubahan teknologi  tidak bisa lagi sedikit-sedikit seperti tahun-tahun sebelumnya, terkadang harus radikal untuk menarik perhatian, karena semakin banyaknya pilihan.
Sudah cukup lama semenjak Xperia Z diperkenalkan di awal tahun 2013, hampir 3 tahun, dan Sony terlihat masih setia dengan cara dan strategi yang lama. Memang disetiap update terdapat perubahan-perubahan, tetapi perubahan ini sifatnya lebih evolusi dibanding revolusi.
Xperia Z5 device yang bagus, tetapi harus diakui banyak yang masih bisa dikerjakan oleh para engineer Sony untuk membuatnya lebih bagus, karena sepertinya device ini masih setengah matang.
Kameranya bagus, tetapi waktu loading dan savingnya masih harus diperbaiki. Konsistensi hasil kamera juga perlu di tunning, agar karakternya bisa tetap, yang sepertinya menjadi tanggung jawab algoritma dari menu superior auto. Â
Sony sudah pada jalur yang tepat untuk membuat kameranya menjadi superior dan sangat diperhitungkan, dan untuk ini masih diperlukan usaha lebih all out, tidak bisa lagi perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan kecil, karena tahun depan kompetitor pasti akan memajukan sektor kamera ini kepada inovasi yang lebih baru. Jika itu terjadi, maka Sony akan menjadi brand yang berusaha mengejar lagi ketinggalan, dibanding sebagai brand yang menetapkan standar baru.
Fitur AR pada kamera menarik, tetapi kemungkinan lebih sekedar fun bagi keluarga yang memiliki anak-anak, dan kontribusinya kepada kinerja prosesor yang membuat device sangat panas dan lag, kemungkinan harus diperbaiki disisi software.
Setiap desain yang baik, harus memiliki karakter desain, supaya setiap dilakukan perubahan, orang tetap mengenalinya sebagai milik brand tertentu. Di sisi ini, desain Sony memang berbeda dan memiliki ciri khusus dibanding kompetitor, tetapi desainnya yang sama mulai membosankan. Sepertinya jika terus dipertahankan, konsumen akan menganggap tidak ada perubahan berarti yang dikerjakan Sony. If ain’t broke don’t  fix it sepertinya bukan mantera yang cocok sekarang ini, sudah banyak brand yang tumbang karena menganut paham ini, dan Sony sekarang membutuhkan segala usaha untuk tampil lebih fresh, lebih baru, yang menyiratkan perubahan.
Bagaimanapun untuk penggemar setia Sony, atau mereka yang penasaran dengan smartphone Sony, Xperia Z5 tetap sebuah device hi-end yang baik, well build, dan tetap menyenangkan untuk dipakai sehari-hari, ditambah fitur tahan airnya cocok untuk mereka yang ingin fitur perlindungan ekstra. Xperia Z5 sekarang ini tetap menjadi pilihan terbaik, dari jajaran Xperia yang ada.
Â