The Samsung Way
Tahun 1987, tampuk pimpinan Samsung diwarisi oleh Chairman Lee (Lee Kun Hee), saat itu brand Samsung praktis tidak terdengar di luar Korea. Samsung lebih dianggap sebagai perusahaan OEM, pembuat produk kelas dua yang murah, jauh di bawah produk-produk dari perusahaan raksasa Jepang seperti Sony, Toshiba dan Matsushita.
Chairman Lee ingin mengubah paradigma tersebut dan membuat Samsung menjadi produk kelas dunia, dan memproyeksikan 20 tahun ke depan, Samsung harus menjadi perusahaan kelas dunia terdepan.
Bukan perjalanan yang mudah tentu saja.
Tahun 1993, Chairman Lee mengadakan pertemuan dengan para petinggi dan rekanan Samsung di Los Angeles. Sebelum pertemuan di mulai, ia berjalan-jalan di pusat penjualan elektronik, untuk melihat bagaimana produk Samsung dipajang. Ternyata produk Samsung dibiarkan berada di pojok, berdebu, dan tidak dilirik pembeli. Kemudian ia membandingkannya dengan produk Toshiba buatan Jepang, secara kasat mata ia langsung bisa membedakan bagaimana secara tampak luar saja produk Jepang terlihat lebih berkualitas.
Produk ini tidak layak menyandang nama Samsung! kata Chairman Lee, Bagaimana mungkin nama Samsung ada pada produk yang berdebu di toko-toko, sebagian bahkan rusak dan tidak berfungsi. Ini penipuan terhadap pemegang saham kita, kepada para pekerja kita, kepada rakyat Korea dan kepada negara.
Samsung yang lama sudah berakhir di tahun 1986, kita harus memiliki rasa kritis 15 tahun ke depan. Sekarang waktunya bukan hanya berkata kita akan melakukan yang lebih baik, tetapi benar melakukannya, atau kita akan mati. Kita tertinggal, kita harus menghilangkan mindset kalau kita adalah nomor dua, kalau kita tidak menjadi nomor satu, kita tidak akan bertahan.
Beberapa hari kemudian saat menyaksikan program siaran in-house television network milik Samsung, Chairman Lee dikejutkan ketika melihat karyawan di bagian produksi, hanya dengan tangan memotong asal tutup mesin cuci Samsung agar bisa menutup rapat. Di situ ia menyadari, problem Samsung lebih besar, bukan hanya pada masalah kualitas produk, tetapi juga mengakar pada sikap para pekerjanya.
Chairman Lee mengumpulkan para eksekutif dan manager, kemudian memberi kuliah yang selanjutnya akan dikenal sebagai The New Management Initiative, yang terus disebarkan kepada seluruh karyawan Samsung, berisi bagaimana proses transformasi menjadi perusahaan yang berkualitas secara pola pikir, sistem dan praktek. Dalam 3 bulan ia memberikan 48 kuliah selama 350 jam yang jika dicatat akan menjadi 8500 halaman buku.
Jalan belum langsung mulus.
Pada tahun 1995, Samsung membagikan 2000 telepon nirkabel kepada para pekerja sebagai hadiah Tahun Baru (Lunar New Year). Beberapa pekerja ternyata mengeluh akan kualitas suara yang dihasilkan telepon tersebut, dan keluhan ini kemudian terdengar oleh Chairman Lee.
Apakah kualitas produk telepon kita masih sangat rendah sampai saat ini? Apakah kalian tidak khawatir dengan apa yang mungkin dipikirkan pelanggan? Bagaimana kalian bisa menerima uang mereka dan menjual mereka produk yang cacat?
Kemudian Chairman Lee memerintahkan menarik semua produk tersebut dari pasar, dan memerintahkan mencari solusinya. Hasilnya terkumpul lebih dari 100.000 unit, yang kemudian dikumpulkan di halaman pabrik Samsung di Gumi.
9 Maret 1995, 2000 karyawan beserta manager dan eksekutif turut dikumpulkan disana, mengenakan pengikat kepala dengan tulisan Pentingkan Kualitas. Banner-banner dipasang dengan deklarasi, Kualitas harus menjadi karakter dan kebanggaan-ku
Di tengah mereka, menggunung produk recall yang terdiri dari telepon nirkabel, mesin fax dan telepon mobil bernilai sekitar 20 juta dollar, yang kemudian diperintahkan untuk dibakar, sebagai peringatan dan komitmen untuk tidak lagi membuat barang berkualitas buruk, tanpa kompromi.
(Disadur dari buku The Samsung Way, transformational management strategies from the world leader in innovation and design, karya Jaeyong Song & Kyungmook Lee)
20 Tahun Kemudian
Kemudian kita menyaksikan menjadi apa perusahaan Samsung saat ini. Perusahaan elektronik terbesar di dunia, sesuai cita-cita Chairman Lee. Di setiap rumah kemungkinan ada produk berlabel Samsung sekarang. Televisi, mesin cuci, kulkas, video player, dll, dibeli bukan lagi karena harganya lebih murah, tetapi banyak orang percaya akan kualitas nya.
1 dari 5 smartphone yang digunakan orang-orang di seluruh dunia, kemungkinan besar ber-merek Samsung. Di Indonesia sendiri kemungkinan hampir 1 dari 2 pengguna Smartphone hi-end, salah satunya ber-merek Samsung. Smartphone brand ini digunakan oleh jajaran pekerja dan petinggi papan atas, hingga ibu rumah tangga, anak-anak, bahkan pemilik warung di pinggir jalan.
Beberapa tahun lalu kita mungkin ingat, betapa handphone Samsung hanya dianggap kelas-2, saat itu handphone adalah Nokia. Saat orang ingin membelinya, sering diejek bahwa itu adalah brand mesin cuci. Tak lama kemudian, tahun 2012, Samsung berhasil merebut posisi Nokia sebagai sebagai perusahaan mobile phone teratas.
Saat negara Indonesia demam dan menjadi Blackberry Nation, android mulai hadir perlahan di Indonesia. Saya pun sempat mentertawakan teman yang membeli Samsung Spica, sebagai alternatif smartphone android dari Samsung, dengan harga yang lebih terjangkau. Saat itu produk smartphone terbaik android adalah HTC, Motorola, dan Sony.
Sekarang balik saya yang sering ditertawakan teman pengguna Samsung Spica, karena sering menggunakan smartphone Samsung.
Sebenarnya sebagai penyuka teknologi, inovasi adalah pilihan utama, brand adalah preferensi berikutnya. Banyak orang tergerak untuk mencoba banyak brand karena tergerak untuk mencoba inovasi yang baru. Itu sebabnya persaingan diantara vendor android sangat agresif, sebentar-sebentar muncul ide baru. Setiap ada produk baru, biasanya ada saja komentar teknologi ini punya si itu, si anu sudah duluan punya, dan orang-orang sibuk membandingkan mana yang dianggap lebih baik.
Dari sekian banyak brand smartphone yang hebat-hebat, dan karena pekerjaan dan hobi saya mengikuti perkembangannya, saya memperoleh kesempatan untuk lebih dalam dan lebih dekat mengamati apa yang mereka buat dan kembangkan. Samsung menjadi salah satu brand yang menarik untuk diamati sepak terjangnya.
Mungkin tidak banyak yang tahu dan mengira, saat Samsung mulai merilis seri Galaxy di Indonesia, saya menjadi bagian di dalamnya. Ini buktinya ð
Saya bukan staf Samsung tentu saja, tetapi saat itu smartphone android mulai bermunculan di Indonesia, saya senantiasa bertugas untuk menjelaskan sudah sampai dimana teknologi android dan apa masa depannya. Banyak yang sering iseng bercanda mengatakan dari semua staf Samsung yang berada di foto di panggung tersebut, tinggal sisa saya yang masih bicara tentang smartphone Samsung sampai saat ini.
Samsung menurut saya brand yang memakan banyak asam garam dalam karir smartphone nya.
Saat awal memulai, cibiran sebagai peniru iPhone tidak pernah lepas, bahkan sampai saat ini banyak orang yang kudet (kurang update) menganggap hal ini masih berlaku. Keputusannya mengembangkan layar AMOLED tidak lepas juga dari cemoohan sebagai layar dangdut, karena warna-warna yang dihasilkannya begitu pop up. Brand Korea saat itu, bukan dianggap penantang serius brand yang sudah lebih dahulu mature dari Amerika, Taiwan dan Jepang.
Ketika Galaxy S2 launching di Indonesia, dan ribuan orang mengular mengantri semalaman dan stok nya sold out dalam sekejap, orang-orang mulai ingin tahu lebih jauh sepak terjangnya. Kemudian tahun-tahun berikutnya orang mulai menunggu apa yang dibuat Samsung untuk flagship-nya tahun depan.
Kampanyenya yang bertajuk Next Big Thing is Here , yang kebanyakan mengolok-olok apple, mencuri banyak perhatian sekaligus membuat gap yang semakin lebar antar fanboy android dan iOS. Sebagian kagum dengan strategi ini, sebagian mencibir, karena bagaimanapun apple adalah brand yang dianggap paling beken. Memang di Amerika, saling sentil antar produk pada iklan di perbolehkan.
Ketika Samsung pertama merelease seri Galaxy Note, sebuah device dengan layar yang besar dan memiliki stylus, semua media papan atas mentertawakannya. Mereka bilang hanya orang bodoh yang mau menggunakan smartphone sedemikian besar, dan langkah lebih bodoh lagi kembali menggunakan stylus, karena menurut referensi mereka, seperti apa yang dikatakan Steve Jobs, stylus repot untuk dikeluarkan dan dimasukkan kembali, mudah hilang, dan jari adalah alat input terbaik.
Saat Galaxy S4 diluncurkan dengan gaya teater Broadway, banyak media kembali mengecam dan mengatakan bahwa launching Samsung gayanya berlebihan. Begitu banyak fitur smartphone diceritakan dalam cerita panggung Broadway, dan mereka memberi predikat baru untuk Samsung, full of gimmicks, fitur yang menarik tetapi tidak banyak berguna. Tetapi dunia ternyata berbeda pandang dan terpana, menjawab telepon tanpa harus menyentuh layar, bertukar foto dan playlist lagu hanya dengan menyentuhkan smartphone, membaca pesan hanya dengan hovering jari di atas layar, mengontrol televisi hanya lewat smartphone, dan membuat tahun 2013 menjadi salah satu tahun landmark terbaik Samsung sebagai pembuat smartphone android terdepan. Jika kita menyaksikan lagi iklan Galaxy S4, kita mungkin kembali akan mengatakan iklan ini sangat menarik sekaligus sedikit “kurang ajar” iklan Galaxy S4
Apa yang dahulu ditertawakan, dikecam atau dicibir media, anehnya senantiasa seringkali menjadi produk yang sukses. Galaxy Note menjadi era awal, dimana semua brand smartphone akhirnya bergerak untuk membuat smartphone dengan layar besar, dan akhirnya termasuk Apple dengan seri plus nya.
Ketika menghadiri devcon Blackberry di Singapura, saya sempat kaget, MRT yang dulu diisi oleh pengguna iPhone, sekarang setengahnya pengguna Galaxy Note, padahal Singapore sering mendapat julukan iPhone nation.
Di tengah-tengah Times Square New York, di jantung Amerika sendiri, saya melihat banyak sekali orang berfoto-foto dengan Galaxy S6edge, karena divice ini mudah dilihat dan dibedakan karena kacanya yang lengkung, begitu juga di kereta bawah tanah, selain iPhone banyak penumpang menggunakan produk Samsung.
Samsung yang dulu dianggap peniru Apple, sekarang inovasi teknologi smartphoneya-nya sering dikatakan sudah sejajar bahkan sedang dikejar Apple, dan hampir bisa dikatakan di dalam setiap produk Apple, ada Samsung inside, entah chip memory, entah chip prosesor, dll. Tetapi hubungan keduanya memang cukup aneh, saling terkait, tetapi juga saling ribut soal paten yang sampai saat ini masih belum tuntas.
Layar AMOLED yang dulu dibilang dangdut, sekarang dikatakan menjadi layar smartphone terbaik dan menjadi layar masa depan yang kemungkinan akan semakin banyak digunakan berbagai smartphone, dan stylus yang dicemooh itu, sekarang menjadi alat bantu yang paling bermanfaat untuk para penggunanya, dan memiliki penggemar setia yang sering dikatakan sebagai kaum Noters and guess what, saat iPhone 7 di release, banyak yang menunggu sebuah bocoran sungguh terealisasi, yang mengatakan kalau iPhone 7 bisa ditulisi dengan apple pencil
Sekali lagi, jalan mulus bisa saja licin..
The Giant on Your Path
Setelah membuat dunia heboh dengan layar melengkung lewat Galaxy Note4 edge, disambung dengan perubahan radikal pada desain di Galaxy S6edge, R&D Samsung memperlihatkan kekuatan inovasinya yang cukup membuat gap dengan brand lain. Produk flagship berikutnya Galaxy S7 dan S7edge mendapat award dimana-mana, dan kehadiran Galaxy Note7 memperlihatkan kombinasi desain dan fitur baru, yang membuat perbedaan flagship antar brand menjadi semakin terlihat jelas, Samsung semakin advance.
Penjualan perdana Galaxy Note7 di seluruh dunia sangat menggembirakan, bahkan kita mendengar PO di Indonesia sendiri habis hanya dalam hitungan 3 hari, walaupun device ini bisa dikatakan hadir dengan harga premium.
Tetapi perayaan kegembiraan tidak berlangsung lama, produk Galaxy Note7 memiliki cacat pada baterai, yang kemudian diakui oleh Samsung yang segera mengadakan recall besar-besaran. Walau ditenggarai hanya kurang dari 1% produk yang menghadapi ancaman ini, tetapi 2.5 juta unit di berbagai negara di tarik, dan penjualan di negara yang baru bersiap-siap menjual ditahan, termasuk di Indonesia.
Samsung mobile chief D.J. Koh menyadari, kerugian Samsung dengan mengadakan recall ini akan heart breaking.. , media memperkirakan recall ini akan membutuhkan biaya sekitar $1 Miliar atau sekitar 13 triliun rupiah. Tetapi kemudian kerugian tidak hanya berupa ongkos untuk recall, diiringi dengan turunnya harga saham Samsung, yang mencapai angka ratusan triliun rupiah.
Mengapa Samsung mau mengadakan recall ?, padahal semua smartphone dan device lain dengan baterai Lithium ion memang memiliki potensi untuk meledak. Jauh sebelum Samsung peristiwa smartphone dan device meledak karena proses thermal runaway pada baterai sudah banyak dialami. Misal Acer, Lenovo, Dell , Sony, Toshiba, pernah me-recall laptopnya antara tahun 2006-2010 karena kesalahan baterai. Bukan hanya device, baterai lithium-ion yang sama juga pernah membuat terbakar mobil listrik sekelas Tesla, bahkan pesawat Boeing. Bahkan apple saja mengalami sejak dulu pada produksi iPod nano, bahkan sekarang juga pada iPhone terbaru.
Kita tidak memiliki alternatif sekarang ini untuk baterai, lithium-ion walau memiliki potensi untuk terbakar jika tertekan, sobek, atau tertusuk, masih pilihan terbaik, karena ukuran yang kompak dan daya tampung daya yang besar.
Dengan recall semua mata tertuju kepada Samsung, bukan hanya kerugian materiil, seperti biasa berbagai komentar dan ejekan pasti harus ditanggung, dari mulai ribut antar fanboy, dan orang yang tidak mengerti sekalipun mengejek. Meme dan video tentang Samsung sebagai bom waktu bertebaran di mana-mana. Resiko berikutnya adalah ancaman kepercayaan terhadap brand.
Mungkin karena Samsung ingat dan pernah mengalami peristiwa seperti ini dulu, langkah recall dianggap terbaik untuk menjaga reputasi dan kepercayaan yang sudah susah payah di bangun. Dari hanya pabrik OEM kelas dua, menjadi industri elektronik nomor satu di dunia. Ingat janji mereka akan menjaga kualitas dan kata-kata Chairman Lee Bagaimana kalian bisa menerima uang mereka dan menjual mereka produk yang cacat? Maka proses recall pun berlangsung.
Selama proses recall diumumkan dan mulai disiapkan, tiba-tiba laporan tentang smartphone Samsung Galaxy Note7 terbakar menjadi liar, cerita-cerita lain bertebaran, dari hanya unit yang terbakar, sampai menyebabkan mobil dan rumah terbakar, walau akhirnya diketahui sebagian dari laporan tersebut termasuk mobil dan rumah yang terbakar tidak terbukti disebabkan oleh Samsung Note7.
Sama seperti yg sering orang alami ketika sedang menderita, sering saja ada cobaan susulan, demikian juga dialami Samsung. Dimulai dengan FAA (Federal Aviation Administration) merekomendasikan pelarangan Galaxy Note7 untuk dinyalakan di pesawat, merembet ke berbagai penerbangan dunia bahkan Indonesia, untuk tidak membawa device ini di dalam penerbangan. Mereka yang sering bepergian dengan pesawat terbang manjadi khawatir dengan pelarangan ini.
Walau belum sempat diedarkan di Indonesia, tetapi ternyata hype peristiwa smartphone Samsung terbakar juga terjadi di Indonesia. Bermula dari laporan seorang ibu di FB, walau bukan Galaxy Note7, tetapi sebuah Galaxy A3 lama (2015) terbakar, ramai di re-share puluhan ribu kali di sosial media yang kemudian naik menjadi konsumsi media.
Kesalahan pertama sepertinya dibebankan kepada jawaban teknisi Samsung di service center, yang kemudian dianggap sebagai jawaban perwakilan resmi Samsung, sehingga memulai proses bully di media sosial, bahwa Samsung Indonesia arogan. Padahal sebelum men-judge, kita harusnya mendengar cerita dari ke-dua belah pihak. Saya pun bertanya-tanya, kok tidak ada pembelaan dari sisi Samsung, bercerita bagaimana detailnya dari sisi mereka, tiba-tiba tidak lama kemudian masalah selesai yang diketahui dari tulisan berikutnya di FB, si Ibu yang membuat laporan di media sosial bercerita sudah berhasil ditemui pihak yang berkompeten dari Samsung, dan merasa puas atas penanganan, titik.
Kemudian saya melihat kembali setiap jawaban Samsung tentang musibah kebakaran Galaxy Note7 yang berupa laporan palsu, mereka tidak pernah memberikan detail yang memojokkan pelapor. Hanya mengatakan tidak disebabkan oleh device Samsung, titik.
Saya lihat lagi ke belakang, apakah Samsung yang tentunya dengan inovasi sebanyak sekarang memiliki juga banyak paten, pernah menyerang perusahaan lain dengan masalah paten?. Ternyata tidak. Hanya defend ketika diserang dan bertahan atau memberikan bukti dengan serangan balik, kepada perusahaan sekelas, tetapi tidak kepada konsumennya.
Jadi kita tidak pernah tahu ada masalah apa dengan Galaxy A3 sampai bisa terbakar pas di tengah ramainya cerita tentang Galaxy Note7 terbakar. Tetapi saya ingin share analisa saya disini. Mohon diingat ini hanya sekedar analisa dengan data terbatas. Jadi kesalahan analisa sangat mungkin terjadi, anggap saja kita saling berbagi membuka wawasan.
Gambar unit A3 terbakar saya ambil langsung dari FB pelapor. Gambar pembanding saya ambil dari internet, satu dari situs ifixit, satu lagi dari capture screen cara mengganti layar dari youtube.
Perhatikan label yang saya tambahkan. Pertama label B, dari foto yg diambil dari situs ifixit dan dari youtube, kedua baterai memiliki tulisan Samsung bla bla bla dan tanggal produksi. Tulisannya cukup banyak, tetapi tulisan ini tidak tersisa 1 huruf pun pada Galaxy A3 yang terbakar, walaupun layer putih pembungkus baterai masih tetap eksis.
Kemudian lihat label A. Pada gambar dari ifixit dan youtube, kedua device ini baru aja dibuka lewat pengangkatan layar, dan baut yang diberi label A, tidak ada sticker penutup. Pada device yang terbakar, baut ini ada sticker penutup. Siapa yang sering memberikan sticker penutup pada baut? Kalau anda pernah membeli laptop, smartphone, di toko-toko, ada kemungkinan ketika dus dibuka, mereka memberikan sticker pada baut di laptop atau pada martphone yang tutup baterainya bisa dibuka, sebagai tanda segel garansi bahwa jika suatu saat anda balik komplain, sticker itu sebagai pertanda memang dibeli dari toko tersebut, dan unit yang di komplain belum pernah dibongkar, karena biasanya stickernya akan rusak ketika diangkat atau ketika obeng bertemu baut. Siapa lagi yang menggunakan sticker ini? Tukang service. Baik service resmi maupun tidak resmi sering menambahkan sticker pada barang yang selesai di service, sebagai tanda bahwa barang tersebut pernah mereka service dan pemilik tidak pernah mencoba membukanya kembali kepada service lain saat klaim garansi terbatas.
Samsung Galaxy A3, tidak memiliki baterai removeable yang tutupnya bisa dibuka. Untuk mengakses baterai, harus membuka layar dengan dipanaskan dan dicongkel. Jadi untuk toko memberikan sticker rasanya mustahil, karena harus membongkar smartphone. Yang memungkinkan memberi sticker pada baut A adalah tukang service. Jadi menurut pengamatan saya, kemungkinan device Galaxy A yang dipermasalahkan terbakar ini adalah device yang pernah di service, mungkin saja service untuk mengganti baterai, karena baterainya berbeda tidak memiliki tulisan di atasnya. Mungkin saja kinerja baterainya sudah tidak baik sehingga diganti, karena device ini berumur hampir 2 tahun lalu (di launching Desember 2014).
Satu yang menguatkan dugaan, kalau kita telusuri foto-foto smartphone dengan internal battery terbakar, misal Galaxy Note7, tidak ditemukan device yang gosong sekalipun dengan layar terlepas, paling jauh terbuka. Sedangkan pada FB si Ibu pelapor, terlihat bagian layar terpisah. Ini menurut saya dimungkinkan karena saat dipasang kembali, tempat service yang sepertinya tidak resmi ini tidak memiliki lem yang proper sesuai standar pabrik untuk merekatkan layar pada body kembali dengan baik dan kuat. Mungkin juga si Ibu pelapor membeli Galaxy A3 tersebut sebagai barang second hand, dan tidak menyadari, kalau Galaxy A3 nya pernah di service.
Tetapi sekali lagi, ini hanya analisa dan pengamatan saya pribadi dengan dasar dan asumsi yang besar, karena keterbatasan data. Anda sepikiran dengan saya atau tidak, tidak masalah, toh Samsung sendiri tidak meributkannya dan sudah menyelesaikannya ð
Kembali ke cerita Galaxy Note 7 recall..
Proses recall dan penggantian berlangsung cukup baik, dikabarkan 90% pembeli Galaxy Note7 di Amerika tetap bertahan menggunakannya dengan melakukan recall ke unit yang sudah aman, 3% berpindah ke produk Samsung yang lain seperti Galaxy S7, dan 7% nya pindah ke brand lain.
Di Korea sendiri sama, 90% dikabarkan tetap memilih menggunakan Galaxy Note7 pengganti. Malah 45 ribu Galaxy Note7 laku saat penjualan kembali dilakukan di Korea.
Nilai saham yang sempat terjun bebas dan membuat Samsung rugi ratusan triliun, tiba-tiba bounce back, bahkan mencapai harga yang lebih tinggi dari sebelum recall Galaxy Note7. Diperkirakan malah revenue Samsung kwartal ke-3 akan lebih baik dari kwartal ke-2 2016. Ini sepertinya dimungkinkan karena Samsung electronic bukan memproduksi smartphone saja, tetapi juga memproduksi berbagai macam chip, termasuk chip prosesor Exynos, dan layar, dimana bisnis ini sedang bergerak naik. Ini menunjukkan kuatnya perusahaan Samsung yang lengkap dengan penunjangnya, karena selain pembuat smartphone, divisi part yang penting seperti layar, chip, dan baterai mereka miliki sendiri, dimana brand lain kebanyakan masih harus membuatnya ke pabrikan lain.
Seperti di film action atau horor, seringkali ending yang mulai terlihat baik sebenarnya belum ending yang sesungguhnya..demikian juga cerita kita tentang Samsung Galaxy Note 7 ini.
Dikabarkan unit pengganti Galaxy Note 7 yang dianggap safe dan ditandai dengan icon baterai hijau kembali terbakar. Ini pukulan lebih keras untuk Samsung dan terlebih lagi peristiwanya terjadi di pesawat terbang, dimana peristiwa ini dari awal paling ditakuti, terbakar di penerbangan. Tidak ada korban jiwa dan kepanikan berlebih, karena pesawat baru akan berangkat, tetapi keringat dingin mungkin terjadi pada pihak Samsung, apalagi keesokannya tanpa menunggu hasil penyelidikan lebih lanjut oleh fire department dan UPSC (US Consumer Product Safety Commission), media-media IT ternama di Amerika seperti satu suara mendesak para operator dan Samsung untuk menghentikan penjualan Galaxy Note 7. Media-media yang sebelumnya memberi review Galaxy Note 7 dengan pujian tinggi, kini berbalik arah 180 derajat, menghujat dan menekan, bahkan mempengaruhi pembacanya untuk berhenti menggunakan Galaxy Note7 apalagi membelinya. Sejauh yang saya ingat, tidak pernah media-media IT Amerika bersatu padu, satu suara, menyuarakan ide yang sama, hentikan Samsung, dan mengambil keputusan saat semua masih butuh waktu untuk diselidiki.
Seperti sudah diduga polanya, besoknya berturut-turut keluar lagi laporan-laporan bahwa Smartphone Samsung pengganti yang dianggap safe, terbakar lagi, di America, Taiwan bahkan Korea sendiri. Tentu saja berita ini segera menjadi berita global, termasuk diberitakan ulang oleh media-media di Indonesia. Seperti biasa, berita bernada negatif senantiasa menarik untuk terus digoreng karena menghasilkan lebih banyak hit klik dibanding berita positif.
Amerika adalah pasar penting untuk Samsung, daya belinya kuat dan penduduknya ke-3 terbanyak di dunia. Operator satu demi satu sepakat, untuk berhenti menjual produk Samsung Galaxy Note7, padahal operator Verizon baru saja back order karena kehabisan stock dalam sekejap ketika Samsung Galaxy Note 7 yang safe mulai dijual lagi di Amerika. Mereka sepakat para pengguna Galaxy Note7 boleh menukarkan devicenya dengan device lain atau me-refund nya.
Saya hanya tergelitik, menduga-duga mengapa media IT begitu cepat berubah, satu suara, dan memberikan keputusan yang sama, hentikan Samsung. Bahkan mereka giat meng-update berita tentang Samsung walau saat weekend dimana biasanya mereka libur. Bahkan berita tentang mobil yang terbakar, yang sudah di klarifikasi oleh fire department mereka sendiri, bukan Galaxy Note7 penyebabnya, tetap mereka bawa-bawa.
Untuk itu saya mengajak lagi melihat kejadian berdasarkan apa yang mereka beritakan. Sekali lagi karena data yang terbatas anggap saja ini hanya asumsi, mencoba melihat dari sisi lain. Saya tidak berkata bahwa Galaxy Note7 safe tidak benar terbakar, apalagi menaikkan isu konspirasi, tapi hanya mencoba melihat dari sisi lain.
Gambar di atas saya kumpulkan dari 3 nara sumber berita IT tentang kejadian kebakaran di penerbangan Southwest, dari ComputerWorld, TheVerge dan Android Central. ComputerWorld bilang, bahwa Brian Green sang pemilik Note7 yang terbakar, mengambil langsung foto dari devicenya yang terbakar di lantai pesawat, dan TheVerge memuat foto device tersebut yang dikirim sendiri oleh Brian Green. TheVerge pada berita yang sama menceritakan kalau temannya Brian kembali ke pesawat dan melihat bekas karpet terbakar tembus sampai ke lantai pesawat. Android Central menambahkan, bekas terbakar mencapai panjang 3 feet atau hampir 1 meter. Dan sekarang mohon perhatikan foto Galaxy Note 7 yang terbakar di lorong pesawat di atas karpet yang di foto sendiri oleh Brian Green. Lihat karpetnya apakah ada bekas terbakar sepanjang hampir 1 meter? Atau ada bekas terbakar di sekelilingnya? Atau menembus ke bawah?
Saya masih memiliki lagi foto “aneh” tentang Galaxy Note7 safe yang terbakar di Taiwan. Tapi tulisan ini rasanya sudah sangat panjang, biarlah pihak yang lebih kompeten yang menjelaskannya, toh saya juga hanya bisa berasumsi berdasarkan data yang tidak lengkap.
Apakah Samsung sudah demikian menakutkan untuk banyak pihak sehingga harus di tahan lajunya? Atau ini hanya karma jelek untuk Samsung, karena iklannya yang iseng sering mengusik pihak lain?
Tapi apa yang kita bisa petik dan belajar dari Samsung adalah kegigihan, tidak mudah menyerah dan mau senantiasa mengimbangi. Mungkin sebagian mata melihatnya sebagai peniru atau ikut-ikutan, tetapi saya melihatnya sebagai kegigihan. Saat HTC mengeluarkan fitur blinkfeed untuk berita, Samsung berusaha mengimbanginya dengan Newsfeed dari Flipboard, walaupun sebenarnya Samsung sudah lebih besar dari HTC saat itu. Saat Google punya ok google, dan Apple punya Siri, Samsung berusaha membuat S-Voice, walau hasilnya masih jauh. Saat Google punya android pay dan Apple punya Apple Pay, Samsung me-release Samsung Pay. Saat Google punya play music, dan Apple punya iTunes yang sekarang menjadi Apple Music, Samsung punya Milk Music, walau sekarang layanannya harus ditutup. Tidak semua yang dikejar Samsung berhasil, tetapi Samsung mencoba untuk tidak tertinggal. Saat Google punya Pixel dengan asisten AI (artificial intelligence) Samsung membeli ViV dari kreator pembuat SIRI.
Apakah Samsung dan Galaxy Note7 akhirnya harus menyerah dengan semua tekanan ini? Kita tidak tahu dan masih menunggu bersama akhir ceritanya. Hari ini, Samsung secara resmi sudah mengumumkan kalau sekali lagi penjualan Galaxy Note 7 dihentikan, dan pemiliknya boleh me-refund. Beritanya bisa dibaca disini
Galaxy Note 7 sendiri device yang sangat bagus, bahkan setelah iPhone 7 dan Google Pixel keluar, Galaxy Note 7 masih bisa dikatakan lebih komplit, kameranya sangat bagus, kualitas layarnya terbaik dan mendukung HDR, desainnya sangat menarik dengan kaca lengkung gorilla glass 5 yang belum dimiliki brand lain saat ini, tahan air IP68, iris scanner, fast charging dan wireless charging, dan mighty s-pen presisi yang tidak dipunyai oleh brand lain walau menyandang nama Note. Jika anda tertaril lebih jauh tentang Galaxy Note 7, hands on nya bisa dibaca di artikel ini
Tahun 1995 Samsung pernah melewati raksasa pertamanya. Setelah itu masih banyak hambatan lain yang berhasil juga dilewati sampai saat ini. Entahlah dengan raksasa yang sekarang, apakah keberuntungan Samsung akan berulang, setiap ditertawai atau dikecam media, malah akan melonjak ke tahap baru?
Mari kita duduk, ngopi, dan belajar bagaimana Samsung melewati The Giant on His Path.