Artikel ini pertama saya tulis untuk BukaReview (BukaLapak) , yang bisa di baca di sini: http://bit.ly/BukareviewXGadtorade2
——————-
Tahun 2018 segera berakhir, dan tahun ini jika kita melihat ke belakang, persaingan smartphone sangat menarik. Di kategori smartphone hi-end, banyak brand berusaha mendesak ke atas, dimana selama ini kategori hi-end smartphone global lebih banyak dikuasai brand Apple dan Samsung.
Banyak ide-ide baru tahun 2018 ini dari sisi desain dan teknologi. Obsesi menghasilkan smartphone tanpa bezel tebal yang dimulai dengan kehadiran notch atau dahi, dengan cepat beralih ke notch yang semakin kecil, bahkan hilang digantikan dengan pop up camera, baik yang digerakkan motor maupun digeser.
Ide lain muncul dengan membuat dua bagian layar di depan dan belakang, sehingga tidak perlu menyediakan kamera selfie dibagian depan yang bisa menghilangkan lubang kamera, dan menggunakan kamera utama untuk selfie dengan bantuan layar kedua.
Teknologi kamera smartphone juga berkembang semakin baik dengan kehadiran AI dan pemanfaatan multiple camera, di tahun ini kita melihat dual camera menjadi umum bahkan hingga quad camera atau 4 buah lensa kamera.
Berbanding terbalik, smartphone flagship Google malah tetap menggunakan satu buah kamera saja, dan tetap berhasil menghasilkan foto yang memukau dengan algoritma AI yang hebat.
Di tahun ini kita juga melihat angka RAM seperti diobral, beberapa smartphone baru hadir dengan RAM sudah menyentuh kapasitas 10 GB, dan internal memory sudah 512 GB, bahkan ada brand yang membuat smartphone dengan kapasitas penyimpanan 1 TB.
Kinerja smartphone pun semakin meningkat. Kita melihat persaingan dari banyak brand, bahkan penggunaan chipset rancangan dari vendor sendiri saling bersaing, seperti Huawei dengan Kirin, dan Samsung dengan Exynos, selain brand-brand yang menggunakan prosesor Qualcomm.
Selain persaingan teknologi di tingkat hi-end, perang vendor juga sangat sengit di mid-end, kita menemukan banyak smartphone berspesifikasi dan berdesain bagus, tetapi dengan harga sangat kompetitif di level ini.
Entah berapa ratus model smartphone masuk resmi untuk Indonesia di tahun 2018 ini, karena pasar kita yang berkembang dengan baik. Saat ini Indonesia menjadi negara keempat dengan penduduk terbanyak yang sedang tinggi adopsinya terhadap smartphone.
Dalam artikel ini saya mencoba memilih 5 smartphone favorit yang masuk resmi ke Indonesia dan sempat saya test lebih mendalam.
Saya menyadari pilihan atau pertimbangan setiap orang saat memilih smartphone bisa berbeda-beda bobotnya, ada yang mementingkan kamera, ada yang lebih terpincut desain, ada yang terobsesi terhadap spesifikasi gahar, baterai yang kuat, harga murah, dan lain sebagainya.
Untuk itu ada beberapa alternatif yang juga saya sarankan dari pilihan-pilihan tersebut.
Karena tidak sempat mencoba semua smartphone yang masuk resmi ke Indonesia di tahun ini, bisa saja membuat pilihan saya berbeda, atau smartphone favorit pembaca tidak termasuk di dalamnya. Tetapi setidaknya ini beberapa pilihan saya yang kiranya bisa menambah insight bagi para pembaca.
1. Samsung Galaxy Note 9
Untuk smartphone hi-end, pilihan saya jatuh ke seri ini. Alasannya sederhana, smartphone ini memiliki fitur terlengkap yang tidak didapatkan dari seri hi-end smartphone lain yang masuk ke Indonesia.
Prosesor kencang dilengkapi pipa pendingin, RAM besar, Internal storage besar, baterai besar, layar besar resolusi tinggi, dual camera dual aperture, sensor lengkap, charging cepat, wireless charging, tahan air, dan lain sebagainya.
Beberapa smartphone lain memiliki fitur yang sangat bagus, tetapi tidak merata semua bagus di sisi lainnya, misal kamera bagus, tetapi tidak di bagian lain.
Galaxy Note 9 ini bisa dikatakan hampir di semua sisi eksekusinya bagus. Dari bahan body yang bagus, kualitas layar Super AMOLED terbaik, baterai tahan lama, prosesor kencang, kamera bagus di semua kondisi, suara bagus, fitur keamanan bagus, dan lain sebagainya.
Hadirnya S-pen atau digital pen dan kemampuan DeX yang membuatnya bisa menjadi desktop PC, membuat fiturnya semakin lengkap dan sulit didapat di smartphone lain.
Sejak kehadirannya di Indonesia, saya menjadikan device ini sebagai daily driver karena saya menganggap bisa mengakomodir berbagai keperluan saya, dari bekerja hingga hiburan.
Kehadiran S-pen sulit digantikan device lain, ketika banyak ide muncul dengan cepat saya bisa menuliskannya di screen-off memo. S-pen juga membantu untuk mengedit video di smartphone dengan lebih presisi dan baik, karena ujungnya yang runcing dibanding menggunakan jari, sekaligus bisa menjadi remote untuk mengambil foto dan presentasi.
Layar Galaxy Note 9 terkalibrasi dengan baik, sehingga bisa menghadirkan warna-warna film seperti di bioskop bahkan film dengan teknologi gambar HDR, dan tata suara dolby atmos dari kedua speaker stereonya membuat hiburan menonton film-film Netflix di device ini sulit tergantikan.
Pada device ini saya banyak mengambil foto dan video, walaupun bukan smartphone dengan skor kamera DxOmark tertinggi, hasil fotonya sangat bagus di segala suasana termasuk low light yang terkontrol, dan internal memory nya yang sangat besar dan cepat, membuat saya tidak pernah ragu untuk mengambil lebih banyak foto dan video, bahkan dibawa masuk ke dalam air, device dengan rating IP68 ini bisa menambah angle foto dari sisi lain.
Karena device ini saya agak jarang membuka laptop dan lebih banyak menggunakan kemampuan DeX nya untuk terhubung dengan layar besar menjadi desktop. Bahkan saya menulis artikel ini menggunakan kemampuan DeX.
Sebagai bonus, sesekali saya menggunakannya untuk mengakses kemampuan VR, Virtual Reality dengan bantuan Gear VR untuk menonton dan bermain dengan konten 3D.
Sebagai alternatif device flagship selain Note 9, untuk mereka yang menempatkan hasil kamera di atas segalanya, Huawei P20 pro layak untuk dilirik. Low Light foto dengan AI 4 detiknya menawarkan hasil yang memukau. Daya tahan baterainya juga bagus.
Saya tidak menggunakan device ini sebagai daily driver karena prosesornya masih konfigurasi tahun lalu, cepat sekali panas saat digunakan bermain game berat.
2. Vivo V11 Pro
Dari sisi desain dan warna, device ini sangat cantik. Mereka yang menyukai layar hampir tanpa bezel, akan mudah menyukai device ini, tampilan notch-nya yang kecil tidak akan terasa mengganggu. Dengan desain bezel tipis ini, layar besar yang harusnya masuk ukuran phablet 6.4 inci, terasa tetap kompak di tangan.
Smartphone Vivo V11 Pro ini sudah dilengkapi dengan layar Super AMOLED yang cerah dan menampilkan warna-warna yang pop up, mudah membuat banyak orang betah melihatnya. Di bawah layarnya terdapat under display fingerprint, ini smartphone pertama yang masuk ke Indonesia dengan teknologi fingerprint baru.
Selain biometric security berupa fingerprint di bawah layar, sedikit di atas notch ini berjejalan banyak sensor, termasuk infrared flood untuk membantu mengenali wajah dalam kondisi low light atau gelap untuk face unlock. Kinerja face unlock ini juga sangat cepat.
Walau bukan menggunakan prosesor mobile tercepat, Snapdragon 660 AIE yang didukung Vivo cukup memberikan tenaga untuk menjalankan banyak aplikasi termasuk multitasking, RAM 6 GB yang disertakannya sangat-sangat cukup.
Baterai 3400 mAh V11 Pro, dengan perpaduan chipset yang lebih hemat daya ini cukup memberikan tenaga seharian penuh dari pagi hingga malam tanpa perlu kuatir kehabisan daya. Ketika kehabisan daya, device ini sudah mendukung teknologi charging cepat, hanya membutuhkan waktu 1 jam lebih untuk mengisi baterainya kembali penuh.
Dua kamera utama yang diusung Vivo V11 pro menghasilkan warna-warna yang pop up dan matang. Hampir jarang dibutuhkan untuk mengedit hasil fotonya untuk lebih kaya warna saat dipamerkan di media sosial, karena post processingnya yang memberikan hasil foto yang sudah “matang”.
Foto potrait atau bokehnya juga cukup bagus, termasuk kamera untuk selfienya. Mudah diminati banyak orang Asia yang foto selfienya ingin terlihat dengan kulit lebih cerah dan halus. Fitur selfie dengan HDR, membuat foto selfie yang biasanya menghasilkan background yang terlalu kontras terang, bisa diatasi dan bagian background bisa disajikan dengan baik.
Rekan-rekan saya pemakai iPhone, mudah menyukai device ini karena UI Funtouch OS khas Vivo dan gesturenya mirip dengan iOS, dengan selisih harga yang jauh.
Saat diluncurkan device ini dibanderol 4.99 juta rupiah, harga yang pantas untuk device mid-end yang banyak menggunakan komponen hardware yang bagus.
Alternatif dari Vivo V11 Pro yang cukup mendekati, Asus Zenfone 5. Smartphone ini juga memiliki desain dengan layar penuh, notch, layar dan kamera yang baik, tetapi menggunakan prosesor satu seri di bawah Snapdragon 660 yaitu SD 636.
3. Pocophone F1
Untuk para gamer yang suka bermain game berat di smartphone, tetapi tidak memiliki dana yang berlebih, Pocophone F1 ini akan menjadi device bertenaga dengan harga paling bersahabat tahun 2018 ini.
Pocophone F1 ini masih bagian dari sub brand Xiaomi, fokusnya membuat device dengan chipset kelas atas, membuang bagian-bagian yang dianggap tidak terlalu banyak dibutuhkan konsumen, dan menjadikannya device bertenaga dengan harga kompak.
Menggunakan prosesor Snapdragon 845 yang memiliki chip grafis adreno 630 yang paling bertenaga, device ini walau bukan ditujukan khusus menjadi gaming device, bisa menjadi pilihan yang sangat baik pula untuk para gamer di smartphone yang serius.
Tersedianya pipa pendingin membuat device dengan harga terjangkau ini memiliki kelebihan lain untuk bersaing dengan device-device gaming yang lebih mahal.
Secara bahan dan desain, device ini memang tidak terlalu istimewa, belum se-level device papan atas, masih menggunakan body polikarbonat, layar LCD yang standar. Tetapi harap diingat fokus dari device ini adalah memberikan performa tinggi seperti smartphone hi-end tetapi dengan harga yang terjangkau.
Kamera dengan dua lensa yang dibawa Pocophone F1 juga tidak mengecewakan, walau belum sebagus kamera dari hi-end Xiaomi seperti Mi Mix 3, tetapi bisa menangkap banyak momen dengan baik, dengan kualitas yang cukup untuk banyak orang.
Baterai yang dibenamkan pada device ini juga berukuran besar, 4000 mAh dan mendukung charging cepat dari Qualcomm, QC 3.0. Pada kelengkapan bawaannya, charger yang disertakan juga sudah mendukung QC 3.0.
Dengan manajemen baterai yang ketat ala Xiaomi, device ini bisa bertahan seharian dari pagi hingga malam walau menggunakan prosesor kelas atas yang lebih butuh banyak daya. Daya yang besar ini juga memberikan waktu yang lebih leluasa untuk para penggemar game untuk bermain lebih lama.
Waktu smartphone Pocophone F1 ini diluncurkan resmi di Indonesia dengan harga hanya 4.5 juta rupiah, kehadirannya cukup men-disrupsi pasar. Tetapi Pocophone F1 memang sesuai dengan rencana pembuatnya, menghadirkan smarphone dengan performa hi-end, membuang banyak fitur yang dianggap tidak terlalu utama, dan harga yang lebih terjangkau.
Sebagai alternatif, untuk mengejar performa yang sama bisa melirik Asus Zenfone 5z, tetapi dengan harga yang jauh lebih tinggi. Jika kecepatan bukan hal yang utama, Xiaomi Mi A2 dengan OS original androidone bisa menjadi pilihan bagi mereka yang mencari device mid-end dengan kamera bagus.
4. Galaxy A7 (2018)
Tahun ini serbuan yang besar dari berbagai brand kepada Samsung untuk merebut posisi nomor satunya. Serbuan terbesar bukan di smatphone hi-end, melainkan di mid-end. Device dengan spesifikasi bagus dan harga murah menjadi resep untuk mendongkel brand petahana ini.
Menjelang akhir tahun, kita mendengar Samsung berganti strategi, biasanya teknologi baru diturunkan kepada smartphone hi-end kemudian baru ke smartphone di bawahnya. Kali ini tidak, Samsung malah langsung menurunkan teknologi baru ke smartphone mid-end, Galaxy A7 dan A9 menjadi buktinya, satu mengusung kamera utama dengan 3 lensa, dan satu lagi bahkan dengan 4 lensa.
Untuk bersaing dengan banyak brand yang menghadirkan smartphone dengan harga terjangkau, saya melihat Galaxy A7 (2018) menjadi mid-end terbaik yang diluncurkan Samsung tahun ini.
Secara desain warna body Galaxy A7, sudah mengikuti trend dengan warna-warna berani yang disukai milenial. Layarnya super AMOLED, yang sampai sekarang masih menjadi layar yang paling nyaman dilihat dengan warna dan kontras yang kaya, chipset di dalamnya yang cukup bertenaga dan hemat baterai, baterai yang kuat untuk digunakan seharian, dan tentu saja kehadiran 3 lensa di kamera utama.
Perpaduan 3 lensa di kamera belakang, selain kamera utama dengan bukaan besar f/1.7 yang tetap bisa digunakan di kondisi temaram, dipadu dengan lensa super wide 120 derajat yang bisa menangkap area foto yang jauh lebih luas, dan sebuah lensa tambahan untuk efek bokeh atau background blur.
Kehadiran lensa super wide ini memberikan kemampuan kamera yang lebih lengkap, untuk foto-foto arsitektur, foto grup besar dalam jarak area foto terbatas, bahkan interior di ruangan sempit. Distorsi yang terjadi di bagian ujung karena lebarnya lensa, bisa dibetulkan dengan sekali klik jika diinginkan, tetapi sebagian orang yang kreatif malah menghasilkan foto-foto yang menarik dengan sedikit distorsi ini.
Lensa pendukung untuk mendapatkan foto bokeh, juga dilengkapi berbagai fitur seperti pengaturan level blur hingga memimik pencahayaan di studio untuk foto potrait.
Ketiga lensa kamera ini bisa menghasilkan foto-foto yang bagus untuk kelas mid-range smartphone dan sudah didukung kemampuan AI yang sekarang sedang menjadi trend.
Kamera selfie 24 MP yang diusungnya juga menghasilkan foto selfie yang bagus, lengkap dengan background blur dan wide selfie, sesuai dengan karakter orang Asia yang ingin menghasilkan foto-foto dengan beautifikasi, tidak kalah dengan brand-brand yang selalu menonjolkan kemampuan foto selfie.
Perubahan yang mencolok juga terlihat dari pilihan RAM dan ROM yang ditawarkan, biasanya Samsung sedikit hemat dengan menawarkan RAM dan ROM yang dianggap cukup, tetapi sekarang untuk produk mid-endnya juga tersedia RAM/ROM 6/128 GB.
Layar bagus dengan resolusi memanjang dan tata suara dolby atmos yang diturunkan dari Samsung hi-end, menjadi tambahan menarik untuk smartphone mid-end Samsung ini, apalagi UI Samsung Experience 9 yang dibenamkan membuat menu-menu dan fitur-fitur terlihat mudah digunakan dan dipahami. Sebelum smartphone hi-end Samsung mengadopsi gesture untuk menggantikan tombol home, back, dan recent apps, Galaxy A7 ini sudah mengadopsinya lebih dahulu.
Yang juga tidak biasa adalah penetapan harga, kalau melihat kebiasaan Samsung, smartphone dengan konfigurasi ini biasanya akan dibanderol 5 atau 6 juta rupiah, tetapi Samsung kali ini membanderol semua kemampuan baru ini dengan harga sangat bersaing 4.5 jt, bahkan melakukan banyak promo hingga sekarang yang membuat harganya lebih terjangkau lagi.
Dengan keseimbangan spesifikasi dan harga ini, menurut saya Galaxy A7 menjadi sangat menarik, mengingat dari sisi brand Samsung yang kuat dan layanan purna jual yang bagus.
Alternatif pilihan lain
Xiaomi Mi 8 Lite juga memiliki desain body mengkilap dengan warna menarik seperti aurora blue, prosesor SD 660 yang di-tuning dengan baik. Walau belum memiliki lensa dengan 3 kamera seperti A7, dual kamera di Mi 8 Lite juga menghasilkan foto yang bagus untuk di kelasnya, daya tahan baterai yang baik, dengan harga terjangkau.
5. Nokia 6.1 Plus
Nokia is back, itu yang mulai ramai kita dengar sekarang ini. Tahun 2018 ini brand smartphone Nokia yang sekarang dipegang oleh HMD global mengalami pertumbuhan pesat hingga 700% secara global.
Mantan brand nomor satu ini sempat terkubur karena sempat lambat berubah, dan sekarang kembali dengan formula smartphone yang sepertinya tepat, menggunakan android asli seperti device Google, android one yang membuatnya cepat update ke OS terbaru.
Kemudian Nokia bergaya seperti brand Tiongkok, dengan menghadirkan smartphone dengan spesifikasi bagus tetapi ramah di kantong.
Kekuatan Nokia pertama adalah OS android one, Nokia berjanji semua devicenya akan mendukung plain OS dari Google ini, dan Nokia paling melakukan sedikit modifikasi pada aplikasi kamera. Nokia berjanji setiap device Nokia akan upgrade minimal 2 OS android besar, jadi kalau saat di release Nokia 6.1 Plus ini menggunakan Oreo, akan mendapat update sampai android Q. Nokia juga menjanjikan security update setiap bulan selama 3 tahun, security update ini update yang sebenarnya kecil, tapi krusial untuk keamanan smartphone android, menambal lubang-lubang yang mungkin ada dan menjadi celah keamanan.
Nokia 6.1 Plus hadir dengan chipset mid-range Qualcomm yang paling bersinar tahun ini, Snapdragon 636, chipset ini cukup bertenaga, sekaligus sangat irit daya. Dengan baterai “hanya” 3060 mAh chipset ini membantu Nokia 6.1 plus untuk mudah bertahan seharian dari pagi hingga malam tanpa harus di charge.
Nokia dengan cepat memenuhi janjinya soal update OS, Nokia 6.1 Plus saat dipasarkan di Indonesia baru mendukung android OS Oreo, dan sudah tersedia OS android 9.0 Pie beta, yang kemudian dalam waktu tidak lama, hanya sekitar satu bulan sudah mendapat update full android Pie.
Dengan android Pie ini selain tampilan yang lebih baru, terdapat gesture yang menggantikan icon home, back, dan recent apps lama yang membuat smartphone terasa lebih baru.
Satu fitur yang menarik di android Pie adalah adaptive battery, dengan bantuan AI, setiap orang yang penggunaan smartphone-nya pasti berbeda akan diperhatikan oleh algoritma AI dan diberikan setting baterai yang paling awet sesuai kebiasaannya.
Nokia 6.1 plus juga sudah mendukung format smartphone dengan layar penuh dan sedikit notch, dan layar LCD Nokia senantiasa bisa menampilkan warna-warna yang lebih kaya, tidak mute.
Dari sisi kamera, dual kamera yang didukung Nokai 6.1 plus bisa mengasilkan bokeh yang bagus saat cahaya mencukupi, tetapi memang harus diakui smartphone ini akan kehilangan kekuatan kameranya saat kondisi low light.
Untuk memperkuat sisi kameranya, Nokia senantiasa menyertakan fitur Bothie, dimana kedua kamera depan dan belakang bisa dinyalakan berbarengan dalam satu layar, yang cocok untuk melakukan vlogging atau live streaming.
Saat diluncurkan harga Nokia cukup bersahabat 3.4 juta rupiah, dimana harganya sekarang sepertinya di banyak tempat lebih terjangkau lagi.
Alternatif pilihan dari Nokia 6.1 Plus adalah Mi A2 Lite. Smartphone dari Xiaomi ini juga menawarkan device dengan OS pure android, android one. Device ini diperkenalkan secara global di Madrid, Spanyol bersamaan dengan kakaknya Mi A2.
Mi A2 Lite mendukung prosesor Snapdragon 625 dengan baterai besar 4000 mAh.