Beberapa tahun lalu di acara Google, saya bertemu dengan seorang staff Google Eropa, seorang pemuda kulit putih. Mengobrol-lah kita, dan saya bertanya apa tugasnya di Google? Kata dia, tugasnya adalah mengganti hard drives yang rusak di data center Google. Setiap hari dia mendatangi rak hard drives, mengganti yang rusak dengan hard drive baru.
Kemudian saya tanya, seberapa banyak kah hard drives yang rusak sehingga perlu petugas khusus? Jawabnya: a lot.
Penyimpanan data digital sangat krusial di era teknologi ini, jika kita perhatikan, kapasitas penyimpanan smartphone semakin besar, demikian juga laptop dan PC kita, apalagi di era internet yang mengandalkan banyak pertukaran data.
Banyak dari kita mengira, perusahaan raksasa seperti Amazon, mengandalkan penghasilan utamanya dari penjualan online, dan Microsoft dari operating system. Ternyata tidak, Amazon memiliki cloud computing dan Microsoft memiliki Azure, yang keduanya banyak digunakan perusahaan-perusahaan kelas dunia, yang berarti mereka memiliki penyimpanan data digital yang sangat masif.
Dalam beberapa tahun ke depan, saat 5G network sudah menjadi umum dengan kecepatan yang sangat tinggi, kita tidak akan merasakan lagi beda kecepatan menyimpan dan mengambil data kita dari hard drive di laptop, atau lewat cloud storage.
Dengan semakin dibutuhkan penyimpanan data digital yang semakin besar, maka kebutuhan akan hard drives akan semakin mendorongnya untuk mencapai teknologi penyimpanan yang secara ukuran semakin kecil, tetapi secara kapasitas semakin besar, dan tentunya harus semakin cepat.
Karena kebutuhan kapasitas yang besar, mereka yang membeli PC atau notebook, sering bingung, apakah menggunakan hard disk atau SSD. Masalah utamanya, walau SSD menawarkan kecepatan yang lebih, tetapi hard disk secara harga jauh lebih murah.
Mari kita lihat lebih jauh perbedaan hard disk dan SSD.
Hard disk
Komponen hard disk tidak bisa dipisahkan dari bagian yang selalu bergerak, ada spindle motor yang berputar memutar piringan disk, ada head di ujung actuator arm yg bergerak membaca permukaan disk.
Kecepatan baca tulis hard disk bergantung dengan kecepatan putarnya, yang ditandai dengan RPM (Revolutions per Minute), makanya sering kita temukan hard disk dengan kecepatan 5400 RPM, atau 7200 RPM, dan sedikit jarang yang 10.000 RPM. Semakin cepat putarannya biasanya harganya juga semakin mahal.
Karena komponen yang berputar terus ini, hard disk menghabiskan lebih banyak daya, dan menghasilkan panas. Selain itu juga hard disk mengeluarkan suara lebih kencang seperti dengung dan getaran ketika berputar.
Kelemahan lainnya selain bobotnya yang lebih berat, juga tidak tahan terhadap guncangan atau jatuh yang bisa mempengaruhi komponen di dalamnya, bahkan menjadikan data rusak. Karena terus bergerak, hard disk juga lama kelamaan “melemah” atau lebih mudah rusak.
SSD (Solid State Drive)
Tidak ada komponen yang bergerak di SSD, sehingga ukurannya menjadi lebih kecil, lebih tahan terhadap impact, lebih hemat daya dan sedikit menghasilkan panas.
3 bagian terpenting dari SSD, Nand Flash (tempat data disimpan), Controller, dan DRAM.
Controller dan DRAM ini juga berpengaruh terhadap kecepatan SSD.
Walaupun jauh lebih cepat dibanding hard disk, SSD sampai saat ini masih lebih mahal dibanding hard disk, walau harganya sudah jauh lebih bersahabat. Saat ini kira-kira harga SSD sudah 1/7 kali lebih rendah dibanding 5 tahun yang lalu.
SSD menjadi lebih mahal karena bahan chip yang terbuat dari silikon dan proses litografi pencetakannya lebih rumit, setiap nanometer sangat berharga.
Untuk bisa sampai kepada harga yang lebih bersahabat, harus bisa dibuat chip yang bisa menampung data lebih banyak dalam area yang sama yang akan kita bahas di bawah.
Ketika data dan waktu menjadi jauh lebih berharga sekarang, sudah saatnya banyak PC dan Laptop selayaknya beralih ke SSD, karena jika diakumulasi saja, dalam satu tahun menunggu booting operating system setiap menyalakan PC atau Laptop dengan hard disk dibanding SSD, akan ada jumlah perbedaan waktu yang sangat signifikan untuk kegiatan lain, belum lagi dari kecepatan loading aplikasi, unzip, baca tulis data, dan lain sebagainya.
Belum lama ini, Seagate merelease SSD BarraCuda SATA 6Gb/s, kapasitasnya dari 250 GB, 500 GB, 1 TB, dan 2 TB.
Dalam review kali ini kapasitas SSD Seagate Barracuda yang di test adalah 500 GB, dengan kecepatan maks 560 MB/s untuk Seq Read dan 535 MB/s untuk Seq Write.
SSD ini memiliki form factor 2.5 inci dengan ketebalan 7mm. Bisa digunakan untuk PC maupun laptop yang menggunakan port SATA untuk storagenya, atau dengan tambahan HDD enclosure bisa kita jadikan eksternal storage baik untuk komputer maupun smartphone / tablet.
Harganya di pasaran, menunjukkan harga SSD yang sudah semakin terjangkau, di bawah 1.5 Jt Rupiah, harga yang lebih terjangkau ini dimungkinkan karena SSD ini menggunakan 3D TLC NAND Flash memory dari Toshiba.
Pertama SSD mulai diperkenalkan, kapasitasnya terbatas dan harganya mahal karena menggunakan SLC, atau Single Level Cell. Kemudian berkembang dengan MLC atau Multi Level Cell, ini seperti kita membangun rumah pada ukuran tanah yang sama, agar jatuh per meter perseginya lebih murah, dalam area tanah yang terbatas sebisa mungkin kita membangun rumah yang lebih luas.
SLC itu seperti membangun rumah satu tingkat, dan pada MLC seperti membangun rumah 2 tingkat pada area tanah yang sama, sehingga didapat harga rumah per meter persegi yang lebih murah.
Nah pada 3D TLC, pada ukuran silicon chip yang sama dibenamkan 3 level cell sehingga didapat kapasitas 3 kali lebih besar dibanding SLC pada ukuran tersebut, sehingga harga per GB SSD bisa didapat lebih murah. Ini seperti di kota besar dimana harga tanah mahal, maka bangunan dibuat vertikal seperti apartemen atau gedung bertingkat, agar didapat harga per meter persegi area bangunan yang lebih terjangkau.
Cara menyimpan data digital ke SSD NAND Flash adalah dengan menerapkan arus dengan voltage yang sesuai pada gate transistor agar elektron bisa berpindah melewati barrier yang disebut proses tunneling.
Pada SLC proses ini lebih sederhana, karena hanya dibutuhkan 2 macam voltage, high or low. Pada TLC proses ini lebih rumit karena membutuhkan 8 macam voltage, sehingga diperkirakan umur NAND flash TLC-nya tidak selama SLC.
Memang walaupun tidak memiliki bagian yang bergerak seperti hard disk, SSD juga tetap memiliki umur pakai. Untuk itu biasanya pabrikan akan menyertakan data MTBF (Mean Time Between Failure), dan SSD Seagate Barracuda ini memiliki 1.8 juta jam. Walau angka ini kalau dikonversi menjadi tahun berarti 205 tahun, tetapi bukan semudah itu perhitungan daya tahannya.
Acuan lain yang lebih tepat adalah write endurance TBW (Terabytes Written) di angka 249 TB, yang berarti SSD akan fail bila sudah ditulis sedemikian besar data baru, yang kira-kira jika dalam sehari kita menulis sekitar 135 GB data baru ke SSD 500GB tersebut, dalam 5 tahun masa garansi yang disediakan, SSD itu baru akan fail. Tetapi jika kita tidak menulis data sebesar itu setiap hari, ya SSD akan bertahan jauh lebih lama.
Rata-rata penggunaan setiap orang menulis data pada storage setiap hari, jauh di bawah angka tersebut, jadi daya tahan SSD ini tidak perlu diragukan untuk penggunaan sehari-hari dalam waktu yang lama.
Untuk mengetahui seberapa cepat peningkatan yang kita dapatkan jika mengganti dari hard disk ke SSD ini dilakukan test pada laptop Windows 10 dengan aplikasi crystal mark.
Karena laptop yang disoba sudah menggunakan SSD mSATA, maka digunakan hdd/ssd enclosure untuk membandingkannya dengan portable hard disk.
Ini hasil Crystal Disk Mark Seagate BarraCuda SSD
Dan ini hasil uji coba dengan portable hard disk Seagate
Walau dari hasil Seq Read dan Write hasilnya terlihat tidak jauh berbeda hanya sekitar 2 kali lipat, tetapi hasil di 4K terlihat perbedaan yang jauh puluhan lipat.
Kecepatan seq Read dan Write berguna untuk memberi perkiraan kecepatan kita memindahkan atau mengcopy data, misal dari PC atau Laptop ke portable HDD / SSD.
Data kecepatan 4K ini berguna sebagai acuan ketika kita menjadikan HDD / SSD sebagain main storage sistem operasi, karena saat kita gunakan, hard drives ini akan melakukan banyak multitasking menulis dan membaca dari berbagai aplikasi dan berbagai tipe file yang ukurannya beragam dan kecil-kecil, ditulis dan dibaca dari berbagai alamat di HDD, tidak lagi satu task yang berurutan (Sequential).
Data ini memberikan kita pandangan, jika kita mengganti hard disk di dalam PC atau Laptop dengan SSD, ini cara yang bisa dibilang tercepat untuk menaikkan kinerja dari device yang sama.
Khusus untuk pengguna PC yang masih menggunakan HDD, biasanya pada motherboard diberikan 2 atau lebih port SATA, kita bisa dengan mudah meng-cloning data dan system di main hard disk ke SSD, kemudian menjadikan SSD sebagai main storage dan menjadikan HDD sebagaik backup storage untuk mendapatkan kinerja yang lebih baik.
Dalam cara yang sederhana untuk mengetahui seberapa cepat file bisa disalin ke Seagate Barracuda SSD ini, dilakukan copy data sebuah file sebesar 2.63 GB dari laptop lewat USB 3.0, hanya membutuhkan waktu 17 detik.
Karena saya banyak bekerja juga dengan smartphone, saya berpikir SSD dengan enclosure selain menjadikan portable SSD untuk PC/Laptop juga bisa digunakan untuk smartphone.
Ini didasari kinerja baca tulis SSD yang cepat, kapasitas besar, dan biasanya harganya akan lebih murah dibanding menggunakan flashdisk OTG dengan ukuran yang sama, walau flashdisk sedikit lebih ringkas dalam ukuran. Tergantung enclosure yang kita pilih, harganya juga tidak terlalu mahal, bahkan saya mencoba hanya dengan enclosure biasa seharga 70 ribu Rupiah.
Uji coba dilakukan sederhana saja, mengcopy sebuah file dengan besar 2.25 GB dari internal storage smartphone (Galaxy Note 9) ke Seagate SSD, dibutukan waktu 61 detik.
Kecepatan ini sedikit lebih lambat dibanding menggunakan PC, sepertinya bukan karena kecepatan SSD nya sendiri, tetapi bottleneck dari converter dan enclosurenya.
Storage besar mungkin untuk smartphone kita selain untuk backup, biasanya kita menyimpan file-file besar untuk digunakan di smartphone, misalnya film. File film 1080p sekarang sudah diatas 2 GB.
Saya mencoba memutar film dari Seagate Barracuda SSD ini dengan kecerahan layar tetap, 200 nits, di Galaxy Note 9, dan mencatat dalam waktu 20 menit menghabiskan berapa banyak daya. Hasilnya 5% daya baterai berkurang.
Untuk memberikan gambaran penggunaan daya SSD memang lebih irit, percobaan juga dilakukan dengan portable HDD, hasilnya dalam pemutaran 20 menit video, smartphone kehilangan hampir 10% daya, yang berarti 2x lipat lebih banyak.
Beberapa gambaran di atas kiranya bisa memberikan pemahaman, apakah sudah saatnya kini kita meninggalkan teknologi hard disk dengan komponen yang banyak bergerak dan menggunakan lebih banyak daya, berganti kepada teknologi yang lebih baru, SSD, dimana harganya sekarang sudah lebih terjangkau.