Samsung Galaxy A70, Menyimpan Banyak Kejutan.

Semenjak awal tahun 2019, Samsung mengubah cara bermain di industri smartphone-nya. Membuat kategori seri M yang baru, dan memperbesar cakupan lini seri A, dengan melebur seri J ke dalamnya.

Galaxy A Series

Bukan hanya perampingan seri, tetapi Samsung benar-benar mengubah standar smartphone di seri mid-range nya, dengan harga yang kompetitif, dan spesifikasi yang bagus dikelasnya.

Saya pikir memang persaingan smartphone di kategori ini sangat berat, kalau Samsung tidak berganti taktik, bisa kehilangan pasar di seri ini karena persaingan dengan brand China yang semakin masif dan berharga lebih terjangkau.


Saat boleh ngintip pertama kali smartphone Galaxy A70 ini menjelang peluncurannya di Bangkok, saya langsung tertarik dengan warna birunya, warna biru yg berbeda dengan kebanyakan warna biru smartphone yang sudah ada. 

Preview Galaxy A70 dan A80, Bangkok

Paduan dengan frame berwarna biru tua memberinya aksen yg semakin menarik.

Dibalik Desain “Sederhana”

Secara desain mungkin banyak yg berpikir, ah desain smartphone sekarang mirip2 saja, apalagi desain Galaxy A70 terlihat simple sederhana. Tetapi di bagian desain ini saya malah melihat kekuatan dari Galaxy A70 yang mungkin tidak disadari banyak orang.

Sama seperti spesifikasi bagus hardware diatas kertas lebih bermakna jika diikuti dengan performa yang benar handal, demikian juga desain smartphone, tidak melulu hanya bagus dilihat, blink-blink, dan menarik perhatian, tetapi harus nyaman digenggam dan digunakan.

Mungkin kita sering membaca atau mendengar, pengguna smartphone mengatakan, mantap di genggam, tanpa menjelaskan lebih lanjut maksud dari mantap.

Kadang kesan mantap ini saat pertama digenggam, karena device terasa solid tidak ringkih, tetapi sering juga karena bobotnya berat. 

Padahal ketika bobot terlalu berat, nantinya smartphone ini melelahkan untuk dipegang, padahal kita sekarang ini semakin berlama-lama memegang smartphone, apalagi ketika sudah asik menonton Youtube atau streaming film.

Galaxy A70, front

Hampir semua smartphone saat ini sudah dibuat dengan kualitas baik, nah kadang asumsi mantap digenggam ini juga bisa di dapat dari ketebalan smartphone, karena persepsi kita memang biasanya demikian, lebih tebal lebih kuat. Sebenarnya smartphone yang dibuat cukup tipis dan tidak ringkih yang memiliki pencapaian desain yang lebih tinggi, ini menunjukan komponen dalamnya lebih tertata dengan baik.

Sama seperti cara kita melipat baju dan mengatur tumpukannya di dalam koper saat akan bepergian, semakin cermat semakin banyak barang yang muat ke dalamnya.

Galaxy A70 terlihat tipis, tebalnya hanya 7.9 mm di bagian tengah, dan dari bagian sisi terlihat lebih tipis lagi.

Galaxy A70, tebal 7.9 mm.

Body melengkung membuat smartphone mudah diangkat karena menyisakan celah di bagian pinggir.

Walau terasa tidak berbeda jauh, dalam sisi tebal, misal dibanding Redmi Note 7 yang pada spesifikasi tebalnya 8.1 mm atau Vivo V15 di 8.5 mm, yg berarti berbeda hanya 0.2 mm dan 0.6 mm saja, tetapi yang membedakan ketebalan pada Galaxy A70 sudah termasuk kamera yang tidak bump atau menonjol, sementara pada Redmi Note 7 dan Vivo V15, terlihat ada ketebalan tambahan dari bagian kamera yang menonjol, yang kalau ditotal menjadikan smartphone ini menjadi tebal mendekati 1 cm atau bahkan lebih.

Beberapa desain kamera “terpaksa” menonjol / bump

Kita lihat juga misal dengan Oppo Reno 10 yang kameranya rata tidak menonjol, tetapi menghasilkan ketebalan 9 mm, dimana beda 1 mm pada ketebalan smartphone ini menjadi perbedaan yang banyak.

Kamera yang menonjol apakah mengganggu? Tergantung harapan si pengguna, apakah terganggu saat diletakkan di meja, lensa kamera yg menonjol yang akan menjadi tumpuan berat smartphone dan gesekan, juga efek “wobble” atau mudah bergoyang, dan bagi mereka yang menggunakan aplikasi seperti water pass, kondisi ini agak merepotkan.

Walau terlihat seperti kaca, bahan casing Galaxy A70 ini sebenarnya polikarbonat, atau bahasa awamnya plastik. Samsung menyebutnya 3D Glastic, glass plastic, racikan ini sebenarnya pengolahan lebih jauh bahan polikarbonat sehingga tampilannya seperti kaca.

3D Glasstic

Bahan glasstic ini menarik karena menyatukan kelebihan yang baik dari kedua bahan, dan cukup mengubah banyak pandangan saya tentang bagaimana posisi bahan ini pada smartphone modern sekarang. 

Misal secara tampilan bahan glasstic yg menyerupai kaca ini tetap terlihat mewah, tidak seperti plastik yang terlihat murah, dan dalam benak kita juga dianggap tidak seganteng kaca.

Walau bahan kaca sekarang sudah semakin kuat misal dengan gorilla glass yang sudah sampai seri ke-6, bagaimanapun saat jatuh ada kemungkinan tetap pecah atau retak, sementara plastik tidak.

Kemudian bahan glasstic ini tidak licin, atau selicin kaca, dengan bentuk melengkung yang membuat permukaannya banyak bersentuhan dengan tangan, berat yang ringan, membuat Galaxy A70 nyaman dipegang tanpa takut jatuh.

Nah sebagai perbandingan untuk device harga terjangkau, memakai bahan kaca dan gorilla glass tentu keren, tetapi bahan gorilla glass untuk dibuat melengkung biayanya mahal, maka kemungkinan kita mendapati device terjangkau dengan body kaca belakang gorilla glass, kemungkinan hanya datar atau rata saja. Tidak bisa ikut melengkung seperti pada seri-seri hi-end.

Sementara dengan glasstic, selain bisa dibuat ringan dan tipis, bentuk lengkung ini bisa dicapai. Tentu saja ada kelemahan juga yang diturunkan dari bahan plastik, ketahanan goresnya tidak sebaik kaca. Tetapi pengolahan “glass-plastic” ini di seri Galaxy A Samsung, saya alami lebih tahan gores dibanding beberapa brand lain yang menggunakan bahan body plastik blink-blink. Banyak orang berpikir untuk lebih tahan gores akan melengkapinya dengan casing tambahan saja, tetapi ketika saya cek harga penggantian back casing glasstic ini hanya kisaran 300 ribu rupiah, saya pikir untuk bertahan saja “naked”, menikmati ketipisan dan warna aslinya yang selalu berubah-ubah tergantung ambien cahaya.

Sebagai tambahan Galaxy A70 untuk pasar Indonesia, tersedia dalam 3 warna, Hitam, Biru dan Putih, menggunakan teknologi pewarnaan prism atau prisma seperti teknologi pewarnaan pada smartphone hi-end Galaxy S10. 

Warna Galaxy A70, Hitam, Biru, dan Putih

Finishing ini menggunakan ratusan lapisan ketebalan micron yang berbeda intensitas reflektif, sehingga tergantung intensitas cahaya yang dipantulkan akan menghasilkan warna seperti pelangi. Efek ini paling jelas untuk warna hitam.

Galaxy A70 menjadi smartphone Samsung di Indonesia yang saat ini berukuran layar paling besar, 6.7 inci, ukuran yang sama besarnya dengan layar  Galaxy S10 5G.

Walaupun terdengar ukurannya terasa sangat besar, aslinya hampir tidak beda dengan menggunakan Galaxy S10 plus. 

Layar Super AMOLED 6.7″ Galaxy A70

Layar besar dengan panel Super AMOLED ini nyaman di mata dengan reproduksi warna yang bagus. Menyenangkan untuk digunakan menonton film, apalagi perbandingan layarnya 20:9, sehingga digunakan memutar film2 Hollywood yg biasanya memiliki rasio 21:9, hanya menyisakan sedikit bar hitam, atau malah jika di crop to fit untuk tampilan layar penuh, hanya memotong sedikit bagian saja. 

Resolusi yang diusung Full HD+, 1080 x 2400 pixel, dengan kecerahan yang sangat cukup untuk bisa terbaca dengan baik di bawah sinar matahari sekalipun.

Pada layar ini juga tersemat optical  fingerprint sensor di dalam layar buatan perusahaan Egistec, menjadi salah satu pilihan biometric security selain pengenalan wajah.

In-diplay Fingerprint Sensor

Fingerprint ini bekerja dengan baik, cukup cepat, walau tidak secepat in-display fingerprint smartphone terbaru lain, tetapi bisa diandalkan.

Untuk pengenalan wajah yang bisa bekerja berbarengan dengan fingerprint, kecepatannya bisa diandalkan, juga bisa mengenali wajah pada saat smartphone dalam posisi landscape. Akan ada notif sinar bergerak diseputaran kamera saat proses unlock ini bekerja.

Sidik jari dan pengenalan wajah ini tidak hanya untuk unlock saja, tetapi juga bisa digunakan untuk aplikasi yg mendukung, dan password di web, diantaranya mobile banking.

Dapur Pacu

Galaxy A70 menggunakan SoC atau prosesor Snapdragon 675 buatan Qualcomm. Ini yang sering ditanya pengguna smartphone di Indonesia, kapan Samsung menggunakan Qualcomm, karena produk dari Qualcomm ini dikenal luas, sementara kebanyakan smartphone Samsung menggunakan SoC buatan Samsung sendiri, Exynos.

Secara pabrikan, Snapdragon 675 ini, SoC-nya rancangan Qualcomm, dan diproduksi oleh pabrik chip Samsung. 

Keberadaan Snapdragon 675 ini sering membingungkan calon pengguna, karena mid-range prosesor ini dikeluarkan saat pabrikan smartphone mulai menggunakan Snapdragon seri 710.

Secara angka kode prosesor, angka 710 terdengar lebih baru dibanding 675, tetapi sebenarnya sebaliknya.

Snapdragon 710 walau dibuat dengan fabrikasi 10 nm, dibuat dari turunan arsitektur Snapdragon 845, SoC tertinggi Qualcomm tahun lalu, 2018, dengan CPU Kryo 360.

Sementara Snapdragon 675 dibuat dengan fabrikasi 11 nm, tapi dari turunan arsitektur Snapdragon 855 tahun 2019 ini, dengan CPU Kryo 460.

Perbandingan Snapdragon 675 dan Snapdragon 710

Secara efisiensi daya dan kecepatan, Snapdragon 675 ini lebih unggul.

SoC ini memiliki octacore CPU, yang terbagi 2 cluster, 2 inti berkecepatan tinggi Kryo 460 (cortex a-76) 2GHz, dan 6 inti Kryo 460 (cortex a-55) 1.7Ghz untuk kinerja CPU yang efisien.

Mid-range prosesor sekarang memang sudah sangat cepat, Snapdragon 675 ini dalam CPU single core benchmark mendapat skor 2332, ini lebih cepat dari kinerja hi-end smartphone 2 tahun lalu seperti Galaxy S8, dan dalam kinerja multicore tidak terpaut jauh di angka 5800 dengan 6400.

Benchmark CPU, Geekbench 4, Galaxy A70

Saat digunakan sehari-hari memang walau Galaxy A70 ini masuk ranah smartphone mid-range, tetapi pengalaman gesit dan lancarnya sudah hampir mirip smartphone hi-end. Untuk mereka pengguna casual smartphone, kinerja smartphone ini bisa menjadi pertimbangan yang serius.

Benchmark AnTuTu Galaxy A70

Snapdragon 675 ini menjadi penerus Snapdragon 660, salah satu prosesor bagus yang dari tahun lalu dan hingga sekarang masih banyak digunakan smartphone mid-range.

3D Mark Galaxy A70

Kalau kita mengukurnya hanya berdasarkan benchmark, mungkin angka-angka hasil Snapdragon 660 tidak kalah kencang, tetapi Snapdragon 675 yang lebih baru ini jauh lebih efisien dalam penggunaan daya, jadi selain kencang, juga irit baterai.

Alasan lain Snapdragon 675 lebih baik adalah di kemampuan ISP untuk mengolah hasil foto yang lebih bertenaga dan lebih baik, juga kemampuan AI yang lebih mumpuni.

Saya percaya Snapdragon 675 ini akan meneruskan estafet keberhasilan prosesor mid-range Snapdragon 660.

Baterai besar dan super fast charging

Walau Samsung termasuk smartphone yang pertama menerapkan fast charging bersama Qualcomm, base on Quick Charging 2.0, 15 watt, tetapi bertahun-tahun kecepatan fast charging Samsung  ini tidak di-update, sehingga terlihat tertinggal dengan brand China lain yang agresif mengembangkan charging cepat dengan berbagai teknologi.

Galaxy A70 ini membawa angin segar untuk penggemar Samsung, karena di seri ini update fast charging terjadi, menjadi super fast charging 25 watt. Walau bukan angka watt tertinggi tetapi ini langkah yang baik, apalagi update ini terjadi diseri mid-range yang selama ini menjadi kelas-2 untuk teknologi-teknologi baru, sementara di Samsung teknologi charging yang lebih cepat ini belum dimiliki smartphone hi-end nya.

Charger super fast charging 25 watt ini sudah disertakan bersama smartphone Galaxy A70, tidak lagi menggunakan usb standar, tetapi kedua ujungnya sudah usb-c. Kedepan memang usb-c ini akan menjadi standar semua device.

Kabel USB C to C ini diperlukan, karena pada USB C ada 1 buah pin yang akan digunakan sebagai jalur “negosiasi” dimana antara charger dan smartphone saling berhubungan untuk mengetahui berapa daya yang sedang dibutuhkan. Pin ini tidak ada pada USB yang lama.

Kalau dulu charger Samsung menggunakan teknologi quik charging dari Qualcomm, sekarang ini charger-nya sudah menggunakan sistem Power Delivery atau PD

Charger Galaxy A70, USB-C to USB-C

Yang menarik yang belum saya temukan di charger smartphone lain adalah dua sistem power delivery output, PDO dan PPS.

Charger 25 Watt, Galaxy A70
Pembesaran dari spesifikasi charger, teknologi PDO dan PPS

PPS atau Programmable Power Suply ini yang menjadikannya charger ini berbeda. Secara detail PDO dan PPS mungkin akan saya buatkan penjelasan tersendiri, tetapi mari kini saya jelaskan sedikit tentang PPS.

Standar awal charger adalah 5 volt. Kemudian fast charging memungkinkan voltage atau tegangan ini dinaikkan angkanya untuk mendapat daya yang lebih besar, karena daya dalam fisika adalah hasil perkalian tegangan dengan arus. Daya (watt) = Tegangan (V) x Arus (A)

Prinsip charging yang optimal adalah smartphone bisa menampung berapa besar daya, dan charger memberikan sesuai yang diminta. Ini sering diistilahkan sebagai handshake atau jabat tangan.

Kebutuhan daya ini bisa berbeda-beda setiap waktu, misal sambil charging smartphone ternyata ada di tempat yang sinyalnya buruk, sehingga butuh mengeluarkan daya besar untuk mendapat sinyal. 

Atau sambil charging, kita mau tetap menggunakan smartphone. Ini akan membuat smartphone dengan pintar mempertimbangkan berapa besar daya yang bisa diterima dari charging, salah satunya untuk menjaga panas jangan sampai berlebih, panas dari proses charging dan panas dari kerja prosesor.

Nah charger tanpa PPS, bisa saja memberikan daya yang berbeda dari yang dibutuhkan, misalnya baterai smartphone sedang bisa menampung daya 18,5 watt sekarang, tetapi charger memberinya 25 watt, maka kelebihan daya akibat tegangan berlebih ini akan dibuang menjadi panas, dan kita tahu panas berlebih tidak baik untuk umur dan daya tahan baterai.

PPS ini dengan kemampuan variable voltage-nya akan berusaha memberikan daya sesuai yang dibutuhkan smartphone, agar tidak terjadi kelebihan daya yang dibuang menjadi panas, sehingga baterai bisa tetap awet.
PPS Charger Samsung: 3.3- 5.9V = 3.0A / 3.3 – 11.0V = 2.25A

Galaxy A70 juga menjadi smartphone Samsung dengan kapasitas baterai terbesar saat ini, 4500 mAh. Kapasitas baterai termasuk urusan utama bagi banyak orang saat memilih smartphone. 

Baterai sebesar ini dikombinasi dengan SoC atau prosesor hemat daya, layar super AMOLED yang hemat, menjadikan smartphone ini tahan untuk digunakan bahkan lebih dari sehari.

Screen On Time 9 Jam sisa baterai 17

Selama penggunaan, setiap malam, baterainya masih sisa sangat cukup untuk baru di charge keesokan harinya. Screen on time nya untuk menembus 6 jam lebih sangat mudah, terkadang untuk aktivitas banyak menonton video dan browsing, mudah menembus 8, 9, atau 10 jam lebih kalau mau dibiarkan hingga baterai tersisa lebih sedikit.

Kamera

Walau mid-range phone sekarang kebanyakan setidaknya sudah memiliki dual camera, Samsung lebih banyak menggunakan triple camera di seri A, termasuk di Galaxy A70. Salah satu kekuatan dari triple camera adalah kehadiran lensa ultra-wide.

3 baris lensa ini:

5 MP depth camera untuk efek bokeh

32 MP tetra-cell kamera utama dengan bukaan besar aperture f/1.7

8 MP ultra wide 123 derajat kamera

Masih jarang smartphone mid-range brand lain menggunakan lensa super lebar, apalagi 123 derajat. Kalaupun ada biasanya di 117 derajat atau kurang.

Angka 123 derajat ini kabarnya dipilih untuk menyesuaikan dengan kemampuan mata manusia yang bisa melihat field of view 120 derajat.

Dalam perkembangannya me-mastering lensa ultra lebar ini, saya lihat Samsung cukup cepat, dari seri A7 yang masih banyak distorsi lengkung pada bagian ujung, sekarang sudah semakin baik.

Lensa ultra lebar ini berguna untuk objek-objek pada ruang sempit, seperti foto di kamar, atau foto beramai-ramai di ruang terbatas. Lensa ultra lebar ini juga bagus untuk foto-foto arsitektur saat berjalan-jalan.

Lensa Standar (wide) Galaxy A70
Lensa Ultra-wide Galaxy A70

Seringkali distorsi pada bagian pojok yang dihasilkan lensa ultra-lebar membuat foto malah menjadi menarik dan tidak biasa.

Lensa kamera utama 32 MP dari Galaxy A70 banyak yang tidak sadar kalau sebenarnya menggunakan teknologi tetracell, menggabungkan beberapa pixel sensor kamera berdekatan untuk menghasilkan ukuran sensor lebih besar. Hasil standar fotonya 12 MP. 

Jika kita inginkan, tinggal memilih pada menu, pilihan 3:4H, untuk mendapatkan hasil kamera 32 MP. Karena prosesor yang digunakan sudah menunjang, hasil 32 MP ini bisa mendapatkan detail yang lebih baik untuk di lokasi yang cukup cahaya, misalnya dalam contoh ini tulisan yang lebih terbaca dibanding 12 MP.

Maksimum Pembesaran 12 MP
Maksimum Pembesaran 32MP

Untuk foto di area yang kurang cahaya atau untuk  lebih menghemat ukuran file foto yang disimpan, lebih cocok menggunakan 12 MP standar.

Samsung memberikan bukaan lebar f/1.7pada main camera, agar hasil foto malam harinya tetap bagus.

Pada seri A sekarang ini memang hasil kamera Samsung mid-range sudah bisa diandalkan, bersaing dengan banyak mid-range yang sekarang mengandalkan algoritma foto malam dengan bantuan AI.

Memang Galaxy A70 tidak memiliki fitur khusus seperti night mode, tetapi kita bisa memanfaatkan kemampuan AI nya untuk memproses lebih foto malam hari yang sudah diambil, untuk menghasilkan foto yang lebih terang jika diinginkan, dengan satu kali tap saja dibagian edit dengan menekan icon tongkat magic.

Foto Malam Standar
AI enhance edit

Jadi secara hasil untuk foto low light bisa dikatakan A70 ini bagus di kelasnya, walau belum sehebat detail smartphone hi-end seperti seri S.

Edit foto dengan AI sekali tap ini selain untuk foto malam, juga bisa menghasilkan foto yang lebih pop-up warnanya seperti contoh di bawah ini:

Hasil foto standar
Hasil AI Edit yang lebih pop-up dalam warna

Karena Snapdragon 675 memiliki DSP untuk AI yang bertenaga, scene optimizer atau pengenalan objek foto juga cukup agresif pada Galaxy A70, cepat mengenali suasana malam hari, objek foto seperti makanan, gedung, dan lain sebagainya, untuk memberikan hasil post processing foto yang lebih sesuai.

Hasil kamera Galaxy A70 warnanya sangat natural. Ini bisa jadi pertimbangan subjektif untuk pengguna, karena ada sebagian yang suka dengan warna apa adanya seperti yang dilihat mata, ada yang lebih suka warna-warna dibuat lebih pop-up.

Warna foto natural seperti ini cocok untuk mereka yang banyak foto produk yang membutuhkan ketepatan warna.

Hasil Foto Galaxy A70 warnanya Natural
Warna hasil foto Galaxy A70, yang mirip dengan warna benda asli

Menu dan fitur kamera di Galaxy A70, bahkan hampir seluruh menu, mirip dengan yang dipunya Galaxy S series, dari live focus dengan efek background, AR emoji yang baru, termasuk kemampuan membuat 4K video dan video gerakan lambat atau super slo-mo.

Kamera ultra-wide juga bisa digunakan untuk mendapatkan video dan foto panorama yang lebih luas cakupannya, hanya karena bukaannya f/2.2 mode ini lebih cocok pada video atau foto yang berlimpah cahaya.

Mari kita lihat beberapa contoh hasil fotonya tanpa di edit. Untuk melihat hasil foto yang lebih banyak dan dalam ukuran asli, bisa dilihat di link ini

Untuk kamera depan, juga menggunakan kamera 32 MP dengan bukaan F22. Pada kamera selfie ini juga memiliki fitur live focus dan 2 cakupan foto, standar untuk foto sendiri, dan lebih lebar untuk we-fie.

Penutup

Saat ini, Galaxy A70 menjadi seri tertinggi dari seri A yang sudah di-release resmi di Indonesia, saat release dibanderol seharga 5.799.

Tetapi semenjak diluncurkan banyak promo diberikan untuk seri ini, bahkan bonus dengan merchandise original grup girlsband Korea terkenal, Blackpink yang menjadi brand ambassadornya.

Secara produk yang sekarang banyak dinilai dari beberapa fitur unggulan seperti layar minim bezel, spek bagus, baterai besar, fast charging, dan kamera mumpuni, Galaxy A70 memiliki semuanya.

Untuk kelas Samsung harganya juga termasuk menarik.

Jika kita pengguna smartphone yang tidak mengharuskan menggunakan flagship phone, Galaxy A70 ini menurut saya sangat baik untuk menjadi pilihan, ini produk midrange Samsung terbaik sampai saat ini.

Oh ya, satu yang paling sering ditanya dan dianggap kekurangan di seri A70 ini adalah ketidakhadiran NFC, karena fitur ini sedang banyak diperlukan orang kota untuk memeriksa e-money atau kartu flash yang sekarang banyak digunakan untuk pembayaran tol dan transportasi umum.

Jadi saya ceritakan kisah dibalik ketidakhadiran NFC ini bukan karena Samsung Indonesia tidak peka akan kebutuhan yang diminta konsumennya, tetapi ternyata spesifikasi ini tidak diputuskan oleh team Indonesia saja, melainkan konsensus dengan beberapa negara Asia Tenggara lain, seperti Filipina, Thailand, Vietnam dan lain-lain. Ternyata negara-negara lain tersebut tidak merasa membutuhkan kehadiran NFC, sehingga akhirnya NFC ini ditiadakan di semua pasar negara tersebut. Kalau menginginkan Galaxy A70 yang lengkap dengan NFC, HongKong menjadi salah satu negara yang memilikinya.

Letak NFC pada Galaxy A70 Hongkong

Tetapi kabarnya team Samsung Indonesia next time akan berjuang lebih agar fitur seperti ini hadir untuk Indonesia.

Stay fun, stay happy, see ya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.