Galaxy A50s, mid-range Samsung terbaik?

Galaxy A50s

(Artikel ini sebenarnya sudah dibuat cukup lama, pertama ditujukan untuk video, tetapi karena ingin melihat lebih jauh performa Exynos 9611 dan berkutat dengan angka-angka, akhirnya direlease sebagai tulisan)

Galaxy A50 termasuk salah satu seri Galaxy A yang penjualannya dikabarkan sangat bagus di Indonesia juga global.

Setelah kurang lebih 6 bulan, sekarang keluar penerusnya Galaxy A50s, dengan tambahan huruf s dibelakangnya.

Secara bentuk dan ukuran fisik, keduanya hampir tidak ada bedanya. Yang menjadi pembeda hanya pola prism baru yang ditambahkan di bagian belakang body, Samsung menyebutnya dengan nama Prism Crush.

Secara desain, smartphone ini memang menarik, karena ukurannya cukup, tidak terlalu besar atau terlalu kecil, ringan, dan tipis.

Dari sisi desain yang menarik diperhatikan adalah tebal smartphone yang tipis dan rata, walau menggunakan baterai besar dan kamera mega pixel besar, tebalnya hanya 7.7 mm dan berat 169 gr saja. 

Walau body polycarbonat atau plastik, dan Samsung sering menyebutnya glastic, plastik mengkilap seperti kaca, membuatnya tipis dan ringan patut diapresiasi, karena sebagian besar smartphone dalam kategori mid-range ini walau mungkin ganteng dengan bahan kaca, tetapi biasanya kameranya menonjol cukup keluar dari body, sehingga wobble atau bergoyang saat diletakkan di permukaan rata. Rata-rata di produk Samsung, jarang sekali ada kamera yang menonjol berlebih, termasuk di Galaxy A50s ini.

Pertama kali hanya melihat spesifikasi saat awal diumumkan, terasa perbedaannya tidak banyak antara Galaxy A50s yang baru dengan Galaxy A50 sebelumnya. Tetapi setelah menggunakannya beberapa saat, smartphone Galaxy A50s ini menambahkan cukup banyak hal yang menarik dibanding A50 sebelumnya.

Untuk mereka yang sudah menggunakan Galaxy A50 sebelumnya, saya harap tidak banyak merasa, “wah saya kecepatan beli”, karena Galaxy A50 yang awal juga sudah menjadi mid-range smartphone yang sangat bagus. 

Mungkin saja beberapa fitur by software yang akan saya ceritakan ini, siapa tau akan di-update untuk Galaxy A50 agar tidak terlalu jauh perbedaannya.

Perbedaan Galaxy A50 dan A50s menyangkut hardware dan software, ini beberapa diantaranya.

NFC

Perangkat Near Field Communication ini sempat ramai ditanyakan saat Galaxy A 2019 diperkenalkan, karena absen. Sementara di seri-seri sebelumnya NFC ini banyak tersedia.

Keberadaannya sekarang banyak dicari, terutama orang-orang di kota besar, untuk membaca dan mengisi kartu e-Money, dan beberapa fungsi payment lain yang mengandalkan NFC.

Ketika NFC banyak tersedia di smartphone, keberadaan e-Money dan payment yang menggunakannya belum ada.

Kemudian banyak smartphone tidak lagi dilengkapi NFC karena banyak sistem pembayaran, terutama yang diadopsi masif dari Tiongkok, malah menggunakan QRcode.

Saat jalan tol, commuter, MRT, dan banyak sistem pembayaran atau pengisian dana  menggunakan NFC, permintaan smartphone yang memiliki NFC pun meningkat, terutama untuk smartphone mid-end, karena smartphone hi-end biasanya sudah memilikinya.

Di Galaxy A50 sebelumnya, NFC ini juga absen kehadirannya dan banyak disayangkan oleh pengguna, bahkan banyak berkata seberapa mahal sih sebenarnya part NFC ini sehingga dihilangkan.

NFC hadir di Galaxy A50s

Sebenarnya bukan alasan harga yang membuat NFC ini sebelumnya tidak hadir untuk Galaxy seri A 2019 awal di Indonesia, tetapi karena spesifikasi smartphone ini hasil konsensus dari beberapa negara di Asia yang akan menjualnya. Jadi selain Indonesia, harus mendengarkan pendapat negara lain seperti Filipina, Vietnam, Malaysia, dan lain-lain, dimana kebanyakan dari mereka merasa tidak membutuhkan NFC.

Bagusnya setelah pengalaman di Galaxy A50, sepertinya team Samsung Indonesia berhasil meyakinkan Samsung pusat, kalau NFC ini sangat dibutuhkan di Indonesia, dan kini hadir di Galaxy A50s.

Perbedaan kedua antara Galaxy A50 dan A50s ada di prosesor atau SoC.

SoC Exynos 9611

Galaxy A50 menggunakan SoC Exynos 9610, sementara A50s Exynos 9611.

Perbedaan angka kode SoC ini kecil, dan kalau melihat spesifikasinya hampir tidak ketahuan dimana bedanya.

SoC atau System on Chip ini, merupakan gabungan dari berbagai komponen chip yang masing-masing memiliki fungsi khusus, menjadi sebuat chip yang terintegrasi, seperti CPU, GPU, ISP, DNS, dan lain sebagainya.

Tidak ada perbedaan arsitektur CPU antara Exynos 9610 dan 9611, keduanya terbagi dalam 2 cluster big.LITTLE octacore processor, dengan :

4 inti Cortex-A73 untuk kinerja berat dengan clock speed 2.3 GHz , dan

4 inti Cortex-A53 untuk kinerja hemat daya berkecepatan 1.7 GHz.

Yang membuatnya berbeda ada di sisi GPU , atau chip grafis.

Walaupun sama-sama menggunakan GPU Mali-G72 MP3, kecepatannya berbeda sedikit.

Exynos 9610 yang digunakan Galaxy A50 berkecepatan 950 MHz, sementara

Exynos 9611 yang digunakan Galaxy A50s berkecepatan 1050 MHz, naik sedikit 100 MHz yang nanti akan kita lihat seberapa jauh impact nya.

Perbedaan kedua yang tidak banyak diketahui adalah NPU, atau Neural Processing Unit.

Pada Exynos 9611 yang lebih baru, chip yang sering dikatakan bertanggung jawab terhadap proses AI atau artificial intelligence atau machine learning ini sekarang memiliki blok terpisah.

NPU ini yang nanti banyak bertanggungjawab terhadap pengenalan objek di kamera Galaxy A50s, juga mendorong kinerja pada Game Booster.

Untuk mengetahui seberapa jauh peningkatan penggunaan SoC yang berbeda ini, kita langsung lihat hasil testnya dalam beberapa benchmark yang populer.

AnTuTu versi 7

Galaxy A50s dengan Exynos 9611 mendapat skor 159.150 sementara

Galaxy A50 dengan Exynos 9610 mendapat skor 141.197.

Di sisi perolehan angka CPU dan GPU lebih besar sedikit di Exynos 9611, tetapi tidak signifikan.

Yang berbeda cukup jauh di Memory, Exynos 9611 3x lipat angkanya. Tetapi mungkin saja ini karena perbedaan spesifikasi perangkat yang di test dimana

Galaxy A50s dengan RAM 6BG dan internal storage 128 GB, sementara

Galaxy A50 masih dengan RAM 4GB dan internal 64GB

Beralih ke benchmark yang lebih menekankan kinerja CPU, atau prosesor yang bertanggung jawab dengan proses aritmatika, digunakan benchmark Geekbench versi 4

Secara teori harusnya hasil benchmark kedua perangkat ini mirip. Dan memang skornya menyatakan demikian, Exynos 9611 skornya 1680/5256 sementara Exynos 9610 di 1724/5471, perbedaannya sangat sedikit, malah lebih tinggi baik hasil single core dan multi core dari Exynos 9610, yang angka selisihnya bisa diabaikan.

Di-benchmark berikutnya kita akan fokus dengan performa grafis atau GPU. Apa yang ditampilkan di layar adalah hasil olahan atau rendering dari GPU.

3DMark & GFXBench

Hasil dari Sling Shot Extreme dan Sling Shot Extreme Unlimited dari 3 test baik OpenGL ES3.1 dan Vulkan, membuktikan kenaikan clockspeed GPU di Exynos 9611 walau hanya naik 100 MHz, tapi cukup berdampak dan memperlihatkan kinerja yang lebih bagus dibanding Exynos 9610 di Galaxy A50.

Uji grafis yang lebih berpusat kepada kemampuan rendering GPU saat bermain game, lewat kemampuan rendering Frame Per Second, GFXbench, semakin membuktikan kalau GPU di Exynos 9611 memang lebih perkasa dengan rendering FPS yang lebih tinggi, bahkan di tingkat game berat.

Rata-rata perbedaan FPS nya sebenarnya tidak besar 1-2 FPS saja antara Exynos 9611 dengan 9610, tapi ini menunjukkan clock GPU yang lebih tinggi sedikit Exynos 9611 di Galaxy A50s memang memberikan hasil lebih.

Default Setting Graphic High dari PUBG

Memang saat Galaxy A50 keluar, banyak yang cukup terkejut karena game berat seperti PUBG, memberikan setting High secara default untuk Exynos 9610, dan di A50s begitu juga. Sementara SoC sekelas dengan arsitektur yang sama dari Snapdragon atau Mediatek berbasis Arm Cortex A73 dan A53, hanya mendapatkan settingan Medium seperti Snapdragon 660 atau Mediatek P70

Sulit rasanya membayangkan GPU standar bawaan Arm, Mali G-72 yang digunakan Exynos 9611 sanggup melawan GPU perkasa dari Adreno milik Snapdragon, bahkan Adreno 612 yang dibawa Snapdragon 675. 

Tapi hasil benchmark 3D Mark membuktikan Exynos 9611 memiliki performa yang lebih baik di sisi GPU dibanding Snapdragon 675 sekalipun, termasuk sub-category GPU di benchmark AnTuTu. Weird.

Ini sepertinya yang menyebabkan game berat PUBG bisa memberikan default setting High untuk Galaxy A50s (dan A50).

Bisa dikatakan Exynos 9611 ini menjadi SoC mid-range terbaik dari pabrikan in-house Samsung di tahun ini, cocok untuk mereka yang ingin menggunakan device mid-range yang mumpuni, bahkan untuk bermain game lebih.

Khusus untuk game juga didukung fitur game booster, untuk kinerja yang lebih optimal saat mengenali aplikasi game sedang berjalan.

Bisa jadi game booster ini yang juga turut menyumbang mengapa PUBG bisa memberikan setting High sebagai default, kemungkinan kernel nya mendukung big cores segera bekerja saat bermain game.

Kita kemungkinan akan masih melihat perangkat-perangkat seri A dan M dari Samsung mendatang yang masih akan menggunakan SoC yang memang bagus ini.

Kamera

Yang membedakan dari Galaxy A50 terdahulu, Galaxy A50s menjadi smartphone seri Galaxy A kedua yang menggunakan main camera resolusi tinggi 48MP, setelah Galaxy A80. Ini meningkat dari Galaxy A50 yang mengusung kamera 25MP.

Untuk Indonesia, sensor kamera yang digunakan buatan Sony, IMX582. 

Demikian juga untuk kamera selfie, dari 25 MP di Galaxy A50, naik ke 32 MP 

Selain itu ada lagi 2 lensa kamera melengkapi main camera, 5 MP kamera untuk depth focus (efek bokeh) dan 8 MP kamera dengan lensa lebar 123 derajat.

Kamera dengan MP besar memang akan menjadi trend dengan teknologi tetracell atau pixel binning, dimana saat cahaya cukup, sensor pixel yang kecil hanya 0.8 micron bisa mengambil foto full 48MP, dan saat cahaya kurang akan menyatukan 4 buah pixel menjadi 1 pixel besar untuk menangkap lebih cahaya, menjadikan ukuran foto 12 MP tapi dengan pixel berukuran 1.6 micron.

Saat Cahaya Cukup Setiap Pixel bekerja menampung cahaya sendiri2
Saat Low Light, 4 pixel bergabung menjadi 1 pixel besar

Secara default setting kamera utama akan 12 MP dengan tetracell. Karena sensor kamera yang digunakan adalah buatan Sony (IMX582), istilah yang sering diberikan Sony untuk teknologi pixel binning ini adalah quad bayer.

Yang agak berbeda pada Galaxy A50s ini dibanding smartphone lain yang menggunakan kamera resolusi besar seperti Xiaomi dan Vivo, Samsung tidak memanfaatkan resolusi besar ini untuk digital zoom 2x menggantikan lensa telephoto dengan icon telephoto 2x. Tentu saja tetap bisa dengan pinch to zoom hingga pembesaran digital zoom 4x. 

Jadi di menu kameranya kita hanya akan mendapati murni pembesaran 1x pada lensa 48 MP utamanya, dan 0.5x pada lensa 8 MP ultra-wide. Kemungkinan dengan pilihan ini Samsung mau tetap memisahkan mana pembesaran digital, dan mana yang memang asli secara optik.

Untuk mendapatkan foto full resolusi 48 MP, hanya bisa dilakukan di mode photo standar, dengan memilih rasio 3.4H, tidak bisa di mode lain. Kalau awal-awal 48 MP full ini seringkali membuat foto di low light berantakan, tetapi di Galaxy A50s ini walau kita paksakan untuk mengambil foto di low light, hasilnya masih cukup ok dengan detail yang tidak banyak hilang.

Contoh Hasil Foto 48MP full malam hari (resize)

Sepertinya kali ini pekerjaan ISP (Image Signal Processor) di Exynos 9611 yang mengolah data dari sensor kamera, dan algoritma sofware post proscessing-nya sudah semakin baik.

Seperti kebanyakan kamera smartphone mid-end yang sudah menyertakan night mode, foto untuk lebih terlihat jelas di malam hari atau kondisi low light, Galaxy A50s juga sudah menyertakannya dengan nama mode Night.

Yang berbeda dari cara Galaxy A50s membuat foto Night Mode, foto yang dihasilkan akan terlihat lebih dekat dibanding saat foto standar. Hal ini sepertinya karena untuk Night mode dilakukan cropping pada foto hasil pixel binning, ini terlihat dari resolusi foto yang berubah menjadi 8 MP bukan 12 MP. 

Cakupan Area Foto tanpa Night Mode
Cakupan Area Foto dengan Night Mode

Sepertinya hal ini dilakukan, karena saat mengambil foto malam hari, dibutuhkan bukaan rana yang lebih lama agar cahaya masuk lebih banyak untuk hasil foto yang lebih terang, tetapi tangan kita tentu bergerak. Akan ada notifikasi juga saat foto malam hari ini agar tangan kita lebih steady memegang smartphone.

Foto malam hari ini dalam satu tekanan rana akan mengambil beberapa foto sekaligus kemudian menggabungkannya untuk hasil foto yang lebih terang, jelas, dan lebih bebas blur.

Cropping ini dibutuhkan agar bagian ujung-ujung foto yang akan paling banyak terimbas blur karena pergerakan tangan tidak ikut terlihat atau “dibuang”.

Satu yang menjadi catatan lebih di Galaxy A50s ini hasil dari kamera ultra-wide nya. Untuk foto-foto landscape, dengan langit penuh awan, lensa ultra lebar ini bisa menjadikan hasil foto yang lebih dramatis, kaya dynamic range, dan warna-warna yang enak dilihat.

Lensa Ultra Wide membuat foto pemandangan lebih dramatis

Lensa selebar POV (point of view) mata manusia ini, menghasilkan area foto selebar apa yang mata kita lihat, dan di bagian ujung-ujung yang biasanya melengkung karena pengaruh optik, juga sekarang terlihat lebih natural.

Distorsi lengkung di ujung foto lensa ultra-wide otomatis terkoreksi

Galaxy A50s juga turut menandai kehadiran smartphone-smartphone mid-range masa kini yang memiliki kamera yang bisa dikatakan bagus, dimana sekitar 2 tahun lalu antara kamera smartphone mid-range dan flagship, beda kemampuan kameranya sangat jauh, tetapi sekarang tidak lagi.

Contoh2 foto real tanpa edit dan full resolusi dari kamera Galaxy A50s bisa dilihat di sini:

Hasil Foto dan Video Galaxy A50s

Untuk urusan video baik kamera depan dan kamera belakang Galaxy A50s sudah support perekaman 4K UHD 3840×2160.

Ada beberapa fitur yang dibawa dari flagship untuk mid-range ini, misalnya super steady camera, dengan mengaktifkan icon berlogo tangan, video yang direkam lebih diam walau kita merekam sambil bergerak.

Sebenarnya teknologi yang digunakan di steady video ini menggunakan kemampuan lensa ultra-lebar, bukan karena OIS (optical image stabilization). Dengan lensa lebar, algoritma software video bisa membuang bagian-bagian tepi gambar yang lebih shaky, dan AI akan memperkirakan arah gerak untuk diantisipasi saat perekaman.

Teknik ini akan bagus untuk merekam sambil berjalan-jalan, tetapi juga memiliki sedikit kekurangan. Misalnya untuk mengambil video detail sebuah benda, katakanlah handphone, tidak akan mendapat gambar sedetail video standar. Kemudian saat malam hari super-steady juga perekamannya tidak sebaik video standar.

Bagian lain yang diambil dari fitur flagship, AR doodle 3D, dimana di dalam video kita bisa menambahkan berbagai gambar dari goresan jari, yang saat direkam gambar-gambar tersebut seperti memiliki dimensi dan kedalaman, seperti “benda-benda” yang memang menggantung atau hadir dalam rekaman.

Kedua fitur di atas pertama kali diperkenalkan Samsung di flagship Galaxy Note10, dan sekarang dibawa juga ke mid-range.

Fitur Flagship

Selain fitur flagship juga dibawa ke kamera mid-range, Galaxy A50s juga membawa fitur flagship lain, edge panel, fitur panel kecil yang biasanya ada di layar lengkung Galaxy flagship. Fitur ini bisa untuk bermacam-macam shortcut, notifikasi, info, atau pengaturan cepat dari banyak kebutuhan, seperti meluncurkan 2 aplikasi sekaligus berbarengan, misal peta dengan spotify, sambil dipandu peta berkendara sekaligus mendengarkan lagu.

Info cuaca, jadwal, hingga kompas sampai penggaris, bisa ditambahkan di sana.

Bixby, asisten pintar Samsung memang sepertinya belum sefasih Google. Tetapi fitur ini bisa melakukan banyak kemampuan yang tidak bisa diakses lewat OK Google. Dengan Bixby kita bisa memiliki 2 personal asisten. Bixby dirancang untuk bisa mengatur lebih dalam fitur-fitur di smartphone Samsung, dan Galaxy A50s juga sudah menyertakannya, dari Bixby Voice, Vision, hingga Routines.

Bixby Voice ini seperti Google Assistant yang bisa kita panggil, tanya dan berikan perintah.Kelebihannya dibanding Google, bisa mengatur dengan cepat banyak settingan yang tidak bisa dilakukan Google, misalnya menjalankan power saving, menghapus sms terakhir, mengganti setting kecerahan layar, mute volume, dan lain sebagainya.

Bixby Vision untuk mengenali gambar, tulisan, QR code, barcode, dan lain sebagainya yang menggunakan kamera

Bixby Routines kemampuan Bixby yang ditambahkan belakangan dan banyak sekali gunanya. Fungsinya seperti IFTTT, if this than that, untuk melakukan setting sesuai kondisi. Misalkan ketika tersambung dengan WiFi di rumah, otomatis mematikan kunci layar, mengecilkan volume ringtone, dll.

Atau saat membuka kamera, volume langsung mute, sehingga ketika mengambil foto tidak terdengar klik kamera, setelah keluar dari aplikasi foto, volume kembali seperti biasa.

User Interface OneUI

User Interface OneUI yang sekarang digunakan untuk seluruh device Samsung, dan One UI ini interface yang sangat baik, dari sisi tampilan, struktur, hirarki, dan kesederhanaan, sehingga tanpa terasa device menjadi nyaman digunakan. Kalau dulu terasa device flagship nyaman digunakan karena UI nya yang bagus, sekarang demikian juga device mid-range. Ini yang kadang tidak dipikirkan dan dipertimbangkan banyak orang yang melihat device hanya dengan kemampuan hardware, seperti menilai mobil hanya dari CC mesin.

Ada satu kekurangan yang mungkin dirasakan juga oleh beberapa pengguna, long screenshot tidak bisa dilakukan di Galaxy A50s. Padahal fitur ini jalan di Galaxy A70, dan seharusnya tidak ada bagian kekurangan hardware yang bisa menghalangi fitur ini disematkan di Galaxy A50 series. 

Semoga fitur ini di One UI versi 2.0 dan OS Android 10 yang akan dijadwalkan update juga untuk Galaxy A50s, akan memperbaiki hal ini.

Salah satu menariknya device mid-end sekarang ini, memiliki SoC atau prosesor yang mumpuni yang hampir bisa menjalankan semua tugas dengan lancar, tetapi juga irit dalam penggunaan baterai. Dan mid-range seperti Galaxy A50s ini sudah dilengkapi baterai 4000 mAh, angka yang sangat cukup untuk digunakan seharian tanpa harus di charge. 

Angka 5000 dan 6000 mAh mungkin terasa menggoda, tetapi untuk kebanyakan orang 4000 mAh di smartphone mid-range akan cukup untuk seharian dari pergi pagi hingga malam, dan angka 4000 mAh ini bisa menyumbang ukuran device yang lebih tipis dan lebih ringan, yang memberikan kenyamanan yang lain.

Lubang jack 3.5 mm, USB-C, Mic, Speaker

Untuk charging, Galaxy A50s menggunakan port USB-C seperti kebanyakan device Samsung lain, dengan fast charging 15W. Untuk charging penuh dari 0% membutuhkan waktu di atas 1.5 jam.

Bagian terakhir yang pantas dibahas walau sudah menjadi kebiasaan Samsung adalah layar Super AMOLED nya. Setelah bertahun-tahun baru banyak brand mengikuti jejak Samsung memilih menggunakan layar AMOLED, yang sekarang bisa dipastikan sudah lebih matang dan terbukti memiliki banyak keunggulan dibanding LCD, diantaranya kontras yang jauh lebih tinggi, warna-warna yang lebih kaya, kecerahan yang tinggi dan lebih hemat daya. 

Kemungkinan ini sepertinya juga ditambah tidak hanya pabrikan Samsung yang mengembangkan layar AMOLED, tetapi beberapa pabrikan di China juga sudah mulai memproduksinya lebih masal.

Penggunaan layar Super AMOLED di Galaxy A50s menambah spesial device mid-range ini, karena masih banyak device mid-range yang belum menggunakan layar AMOLED, dan salah satu kelebihannya sekarang, untuk teknologi fingerprint di dalam layar, sementara ini hanya bisa digunakan di layar AMOLED.

Saat ini teknologi fingerprint di dalam layar yang trending, banyak dikejar pada titik berat kecepatan membuka, bukan pada titik berat security. Makanya banyak vendor meng-klaim bahwa in-display fingerprint nya bisa bereaksi dengan sangat cepat.

Samsung sendiri di sisi kecepatan sidik jari dalam layar, harus mengakui belum bisa membuka secepat smartphone-smartphone brand Tiongkok. Salah satu sebabnya sepertinya karena perbedaan hardware sensor optik fingerprint yang digunakan. Samsung menggunakan sensor Egistec buatan Taiwan, sementara brand lain banyak menggunakan sensor Goodix dari Tiongkok, yang memang sepertinya bekerja lebih cepat.

Sebenarnya perbedaan kecepatan keduanya di bawah satu detik, tetapi terkadang kecepatan ini dipertanyakan mengapa Samsung yang dianggap brand yang dari awal dikabarkan akan menjadi brand pertama yang menggunakan in-display fingerprint, kok kalah cepat performa unlock nya dibanding brand lain.

Memang selama perjalanan dari awal launching hingga sekarang, banyak perbaikan atau update software yang diterima Galaxy A50s, salah satunya memperbaiki kinerja fingerprint yang memang terasa semakin tepat dan cepat.

Rangkuman

Melihat laporan Counterpoint, sepertinya dunia sepakat, seri Galaxy A50 dan penerusnya A50s dianggap sebagai seri A yang seimbang antara kemampuan dan harga sehingga bisa masuk sebagai salah satu device Samsung yang paling laku di Q3 2019.

Ada 2 tipe Galaxy A50s yang dikeluarkan di Indonesia, RAM 4GB dengan internal 64GB yang dihargai 3,6 juta rupiah, dan tipe  RAM 6GB dengan internal 128GB seharga 4.4 jt rupiah.

Harga ini termasuk kompetitif mengingat apa yang dibawa brand Samsung di mid-range smartphone ini dengan kelengkapan yang bisa dikatakan lengkap:

Layar cukup besar 6.4 inci dengan panel Super AMOLED

In-display fingerprint

Device yang kompak, ringan dan tipis tanpa tonjolan kamera.

3 kamera utama dengan resolusi 48 MP, dan satu kamera selfie 32 MP yang performanya bagus

Performa SoC Exynos 9611 yang mumpuni di kelasnya, termasuk performa bermain game yang bagus.

Baterai 4000 mAh dengan fast charging dan USB-C.

Slot komplit 2 SIM-card dan memory card.

User Interface One UI yang bagus dengan beberapa fitur yang dibawa dari smartphone flagship Samsung.

Jadi bisa dikatakan di kelas mid-range ini, Galaxy A50s dipilih orang bukan karena faktor harga yang terjangkau, karena masih bermain di angka 3 juta lebih, tetapi dianggap pilihan yang mumpuni dari segi hardware, fitur, kamera, dan kemungkinan juga nama besar Samsung.

One reply on “Galaxy A50s, mid-range Samsung terbaik?”

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.