Setelah sebulan lebih menggunakan Samsung Galaxy Z Flip3 5G, kiranya cukup untuk menuliskan reviewnya yang lebih dalam.
Walau dulu sempat memegang versi pertama Galaxy Flip dan membuat review video awalnya, tetapi baru kali ini saya menggunakannya sebagai daily driver, sehingga review kali ini kiranya bisa berbagi insight lebih dalam.
Daya pikat pertama dari Galaxy Z Flip3 pasti ada di desain. Mereka pengguna lama ponsel sebelum zaman smartphone, biasanya pernah merasakan ponsel lipat, yang dirasa ringkas, menyalakan dan menjawab telepon tinggal dibuka lipatannya, tanpa perlu menekan tombol on-off.
Negara maju seperti Korea dan Jepang, sampai sekarang masih senang dengan desain smartphone lipat, walau banyak negara sudah meninggalkannya.
Dan kini desain lipat yang kompak kembali lagi dengan segala kebaruan dan teknologinya, kalau dulu memang terpisah antara bagian layar di atas dan keypad di bawah, sekarang layar utuh tanpa terpisah, dan benar menyambung dalam lipatan. Teknologi layar fleksibel yang menandakan babak berikutnya, bentuk dan fungsi baru dari smartphone, tablet, laptop, PC, dan TV.
Desain kompak ini memberi pengalaman baru bagi mereka yang terbiasa menggunakan smartphone candybar yang jamak sekarang dan semakin besar ukurannya. Galaxy Z Flip3 akan terasa ringan, ringkas, kompak dan mudah dikantungi.
Selain layar lipat 6.7 inci dengan panel Dynamic AMOLED 2X, di bagian depan saat ditutup ada layar Super AMOLED 1.9 inci yang disebut dengan istilah cover screen.
Layar yang tidak terlalu besar ini, yang tidak memenuhi area cover saat dilipat, malah membuatnya jadi penuh kejutan dengan apa yang bisa dilakukannya.
Pembahasan panjang lebar mengenai fungsi layar cover screen dan keunggulan layar lipat, sudah saya buatkan dalam artikel tersendiri yang bisa dibaca di Link Ini
Engineering Marvel
Dengan tebal hanya 6.9 mm saat dibuka, smartphone ini terasa tipis, dan ringan dengan berat hanya 183g. Saat dilipat, ujung lipatan pertemuan dua frame menjadi 15.9mm, tetap nyaman di kantongi
Bahan frame ini dibuat dari Armour aluminum, sebutan dari Samsung. Perkiraan saya ini adalah aluminum kelas 7, atau sering disebut aircraft alloy, kuat, ringan, dan tahan terhadap panas.
Samsung menjanjikan armor aluminum ini bisa melindungi smartphone dengan lebih kokoh dan baik. Memang salah satu concern terbesar dari smartphone lipat bagi banyak orang adalah, apakah smartphone lipat itu kokoh atau sekuat smartphone biasa. Jadi dari sisi build quality dan penggunaan bahan, Samsung harus bisa memberikan keyakinan bagi penggunanya.
Cover screen atau body penutup dilapisi kaca terkuat sekarang Gorilla Glass Victus, dan lensa kameranya menjadi smartphone pertama yang menggunakan Gorilla Glass DX/DX+.
Gorilla Glass DX/DX+ ini selain tahan gores, juga lebih bening, agar cahaya bisa masuk lebih banyak, dan lebih tidak reflektif untuk menghindari hasil foto ghosting atau berbayang.
Setelah frame dan lapisan kaca dianggap cukup kokoh, Samsung mencoba mewujudkan fitur ketahanan yang belum pernah dicoba di smartphone lipat, yaitu ketahanan terhadap air.
Untuk smartphone candybar, fitur ketahanan air ini cenderung lebih mudah karena tidak ada part yang bergerak, tetapi pada smartphone lipat, ada bagian engsel yang bergerak yang butuh celah, dan ini pasti kemasukkan air.
Pada smartphone lipat, engsel ini tidak hanya bagian berdiri sendiri, tetapi di dalamnya terdapat konektor fleksibel yang menghubungkan bagian atas dan bawah smartphone, dan konektor ini tidak boleh terkena air pada bagian ujung sambungannya.
Jadi berbeda dengan fitur ketahanan air biasa, pada Galaxy Z Flip ini, air dibiarkan masuk ke bagian engsel, karena tidak bisa dicegah. Sementara bagian atas dan bawah semuanya sudah di seal untuk tahan air seperti smartphone flagship candybar Samsung yang lain.
(Untuk mereka yang tertarik lebih dalam memahami bagaimana device bisa dibuat tahan terhadap air, saya pernah menulisnya lebih dalam di Link ini
Karena bagian engsel Galaxy Z Flip3 bisa kemasukkan air maka Samsung membuat bagian engsel dengan material metal anti karat, yang masih di finishing dengan pelapis gemuk tahan lama, agar tidak korosif saat terkena air.
Untuk konektor flexibel agar ujung sambungannya tidak terkena air, digunakan karet dan CIPD, Cured In Place Gasket, lapisan seperti busa keras yang memang sering digunakan untuk menyatukan dua bagian part device agar menyatu, dan mencegah air masuk pada celahnya.
Dengan cara ini maka Galaxy Z Flip3 bisa memiliki sertifikasi tahan air IPx8, dengan percobaan laboratorium direndam dengan kedalaman 1.5 meter selama 30 menit pada air tawar.
Engsel yang kokoh dan ketahanan terhadap air ini memberi rasa kepercayaan lain, saat kita membuka lipatannya. Gerakan engsel yang lancar tapi tidak enteng, karena fungsi free stop nya, memberikan rasa percaya akan kokohnya unit dibanding engsel yang enteng. Makanya engsel ini sulit untuk dibuka satu tangan, harus 2 tangan.
Kemampuan tahan air ini semakin meyakinkan pilihan armor aluminum adalah tepat. Memang alloy bukan bahan metal terkeras, masih kalah dengan stainless steel, tetapi alloy menang di ringan, dan kemampuan tahan terhadap korosif. Tahan terhadap air dan tidak membuatnya berkarat ini, memang menjadi pilihan tepat, mengapa para engineer Samsung memilihnya.
Frame aluminum di Galaxy Z Flip3 sengaja dibuat rata permukaannya. Satu sisi panjangnya di bagian kiri tidak terdapat tombol apa-apa, hanya SIM tray saja, dan sisi kanan terdapat fingerprint sensor sekaligus tombol on off, dan tombol volume.
Pemilihan desain frame rata ini, bukan melengkung , dan tidak ada tombol di satu sisi bukan tanpa dasar. Saat menonton film, dengan sedikit menekuknya, smartphone bisa berdiri sendiri tanpa sandaran.
Yang menjadi concern adalah ketebalannya yang tipis karena alasan saat dilipat agar tidak menjadi terlalu tebal. Dengan desain yang tipis ini berarti ada yang harus dikorbankan, dan harus dicari solusinya. Ini art-nya merancang smartphone untuk para engineer saat berkolaborasi dengan tim desain.
Pertama saat teardown, terlihat Galaxy Z Flip3 tidak mempunyai pembuang panas yang umum digunakan smartphone kelas flagship seperti vacuum chamber atau heat pipe. Device ini hanya mengandalkan graphite dan graphene pad, untuk menyerap dan menyebar panas dengan cepat.
Penggunaan Graphite pad ini terutama di bagian smartphone atas, dimana cover screen dan kamera berada, dan graphene berwarna hitam di bagian bawah. Graphene memang dikenal sekarang ini sebagai salah satu absorber panas terbaik.
Utamanya graphite dan graphene pad ini menghadap ke bagian layar untuk menyebar dan membuang panas, sementara bagian stack RAM dan SoC juga ditutupi graphene untuk membuang panas ke body bagian belakang atas.
Desain pembuang panas Samsung ini cukup mengejutkan, karena SoC Snapdragon 888 yang digunakan, GPU nya bisa dipompa dengan daya yang lebih besar dan menghasilkan panas yang tinggi, yang terkadang membuat smartphone dengan vacuum chamber saja kewalahan dan overheat.
Tetapi dalam stress test yang saya lakukan dan selama digunakan, Galaxy Z Flip3 tidak pernah overheat, walau bisa terasa ada panas di bawah cover screen, tetapi tidak sampai membuat device tidak nyaman dipegang.
Desain yang kompak dan terbagi dua bagian atas dan bawah, walaupun ketika dibuka sama ukurannya dengan smartphone candybar lain, tetapi secara engineering sangat berbeda, karena berarti batasan ruang penempatan komponen hanya setengahnya, tidak bisa menyambung seperti device dengan format candy bar. Jadi harus ditentukan mana komponen yang harus berada di bagian atas dan mana komponen di bagian bawah. Tidak bisa melewati bagian tengah seperti pada candybar.
Ini alasan mengapa lensa kamera utama hanya 2 buah saja, dan tidak bisa menggunakan folding lens untuk optical zoom yang besar seperti pada Galaxy S21 Ultra, karena komponen ini terlalu tebal dan makan tempat.
Kemudian baterai harus dibagi dua. Kita berharap memang baterai smartphone sekarang memang memiliki baterai dengan kapasitas besar, di atas 4000 mAh lah setidaknya, tetapi karena keterbatasan desain lipat dan tipisnya device, kita harus puas dengan baterai 3300 mAh di Galaxy Z Flip3. Bagian atas diletakkan baterai yang lebih kecil 930mAh, dan bagian bawah baterai yang lebih besar 2370mAh, sehingga total 3300 mAh
Serunya dengan kapasitas baterai terbatas ini, Samsung harus tetap bisa menggunakan chipset Snapdragon 888 secara optimal, dan mengolah firmware dan hardware agar bisa optimal menghemat penggunaan energi.
Pada layar kekinian yang sekarang “diminta” bisa memiliki refresh rate 120Hz untuk standar flagship, Samsung tidak bisa mengkorting kemampuan fitur ini, walau fitur ini dikenal memakai energi lebih banyak. Untuk mengatasinya pada layar fleksibel ini Samsung menggunakan backplane LTPO low-temperature polycrystalline oxide yang Samsung namakan HOP-hybrid oxide and polycrystalline silicon.
Backplane ini yang bertanggung jawab terhadap refresh rate yang mengurangi penggunaan energi. Jadi saat kita bermain game atau scrolling refresh rate bisa sampai 120Hz, tetapi saat menonton Netflix akan menjadi 24Hz, saat membaca web bisa sampai 10Hz saja.
Jadi refresh rate dinamis sesuai apa yang ditampilkan di layar.
Beberapa smartphone lain juga mengatakan bisa mengatur refresh rate, tapi dilakukan dengan software yang sudah ditentukan, tidak bisa sesuai dengan semua aplikasi, karena bukan backplane hardware yang digunakan.
Kalau kita pasang petunjuk refresh rate, kita akan melihat layar Dynamic AMOLED 2x Samsung ini memang terbaik, saat scrolling terlihat refresh rate naik ke 120Hz, dan saat berhenti langsung turun ke 60Hz. Dan begitu jari bergerak lagi scrolling, langsung naik lagi ke 120Hz.
Yang mengherankan saat kita memasang petunjuk FPS, refresh rate ini bisa matching dengan FPS, jadi Samsung selain me-refresh, juga merender dengan kecepatan yang sama, saat layar refresh rate 120Hz, Samsung merender FPS nya juga 120FPS. Ini yang membuat gerakan layar terasa sangat smooth like butter.
Samsung juga menyadari, para pengguna harus diberi kepastian bahwa layar lipat fleksibel tidak berkurang kemampuannya dibanding dengan flagship Samsung lainnya, hingga memberi teknologi HDR10+ dengan peak kecerahan layar hingga 1200 nits.
Kecerahan ini selain memudahkan layar device untuk tetap bisa terlihat di bawah sinar matahari, juga dengan HDR10+ akan bisa dinikmati sebagai layar yang nyaman untuk menonton film, apalagi Galaxy Z Flip3 ini memiliki dual stereo speaker yang lantang dan didukung Dolby Atmos.
Untuk hal esensial yang memang harus dibawa oleh device flagship, Samsung tetap berusaha menghadirkannya dan mencari cara lain untuk menghemat daya.
Layar lipat Galaxy Z Flip3 sudah menggunakan UTG atau ultra thin glass. Tetapi UTG ini karena tipis, masih harus diberi lapisan PET (Polyethylene terephthalate), yang sekarang di klaim Samsung 80% lebih kuat. Pada saat kita beli, kita tidak perlu pusing memikirkan anti gores, karena Samsung juga sudah memasangnya dari pabrik.
Walau UTG berupa kaca lebih tahan gores, tetap pelapis dengan bahan PET tetap lebih lunak, sehingga kalau sengaja ditekan dengan kuku atau benda tajam, akan gores.
Apa yang membuat layar fleksibel Galaxy Z Flip3 ini kokoh dan bisa diandalkan walau sering di buka tutup?. Di balik layar ini ada plat metal yang bergerak bersama layar. Plat metal ini yang menjadikan layar rata dan kokoh.
Teknologi layar ini sudah pernah saya bahas panjang lebar dan bisa di Baca di sini
Cara lainnya Samsung menghemat baterai di Galaxy Z Flip3 adalah dengan AI, melalui setting Adaptive Battery.
Kita tidak bicara fitur power saving yang hampir semua smartphone punya, karena fitur tersebut banyak membatasi pemakaian.
Adaptive battery membutuhkan waktu beberapa hari untuk mempelajari kebiasaan kita menggunakan smartphone, dari berapa lama penggunaan, jam berapa saja, aplikasi apa yang sering dibuka, dan lain sebagainya, kemudian dari kebiasaan tersebut mengatur kapan penggunaan optimal chipset, kapan bisa dikurangi kecepatannya, kapan membuat aplikasi yang tidak digunakan masuk ke deep sleep, tidak loading sendiri dan running di background.
Dengan baterai “hanya” 3300 mAh, setting refresh rate 120Hz, terhubung dengan bluetooth ke smartwatch, rata-rata Galaxy Z Flip3 ini bisa memberikan screen on time selama 4 jam lebih – 6 jam lebih.
Dulu screen on time selama 5 jam bisa dikatakan cukup, sekarang ini saat pandemi dimana kegiatan membuka smartphone semakin lama, seringkali sore hari harus men-charge kembali device ini.
Saya sebenarnya berharap Samsung membenamkan fast charging 25w seperti pada Galaxy S21 Ultra dan beberapa smartphone lain. Walaupun angka 25w ini terasa kecil dibanding device-device sekarang yang berkejaran charging tercepat, efisiensinya dengan PPS (Programmable Power Supply) bisa mendekati 40w di brand lain.
Tapi karena tipis dan tidak mau membebani device dengan panas berlebih akibat fast charging, Samsung hanya membenamkan kemampuan fast charging di 15w.
Akibatnya walau baterai Galaxy S21 Ultra 5000 mAh jauh lebih besar dibanding Galaxy Z Flip3, kecepatan chargingnya lebih cepat S21 Ultra dengan charger 25w.
Saat baterai mencapai kapasitas sisa 15%, akan ada peringatan untuk kita memilih menjalankan power saving di Galaxy Z Flip3 atau abaikan. Charging dari 15% sampai full 100% ini membutuhkan waktu 1 jam 15 menit.
Walau baterainya tidak besar, Galaxy Z Flip3 tidak kehilangan fungsi wireless power sharing, jadi selain device bisa di charging secara wireless, device juga bisa men-charge device lain yang memiliki teknologi yang sama, baik itu seperti TWS, Smartwatch, bahkan smartphone lain secara nirkabel, tinggal diletakkan di atas Galaxy Z Flip3.
Pada seri ini juga, buat kita yang sangat concern dengan ketahanan umur baterai, Samsung menempatkan fitur baru, protect battery, Kalau fitur ini dinyalakan, saat charging, baterai tidak akan di push full hingga 100%, tetapi dibatasi hingga 85% saja.
Memang menurut riset, saat trickle charging untuk mencapai baterai full 100%, dibutuhkan daya khusus dari charger. Ini seperti kita memasukkan pasir ke dalam kaleng, dan menepuk-nepuk memadatkannya biar bisa isinya benar2 full.
Kondisi ini membuat baterai yang selalu di push akan berpengaruh terhadap umurnya. Jadi untuk mereka yang biasa menggunakan device cukup lama, tahunan, boleh mengaktifkan fungsi ini.
Kali ini saya juga impresif dengan kecepatan membaca fingerprint buatan goodix yang digunakan. Biasanya Samsung, mungkin karena algoritma kehati-hatian, memiliki pembacaan fingerprint yang sepersekian detik lebih lambat dibanding smartphone brand lain.
Tapi kali ini pembacaan sidik jarinya blazing fast. Saya sendiri mengalami di beberapa brand yang menggunakan sidik jari di samping, yang penampangnya kecil, hanya berhasil meng-input satu sidik jari, ketika input yang kedua, selalu gagal. Tetapi di Galaxy Z Flip3 ini inputnya bagus, dan diberitahu kalau kita menginput di area sidik jari yang sama untuk menggesernya, agar bisa mendata keseluruhan sidik jari.
Untuk mereka yang ingin setiap membuka lipatan layar langsung unlock, bisa mengaktifkan pembacaan biometrik wajah. Kita juga bisa mengaktifkan double tap layar untuk menyalakan dan mematikan layar, ini fungsi yang memang terasa berguna, lebih cepat dibanding harus menekan tombol power.
Setelah beberapa lama menggunakan Galaxy Z Flip3, pemikiran pertama yang mengatakan device ini lebih ringkih dari smartphone biasa, harus lebih berhati-hati, pupus. Akhirnya device ini rasanya sama saja, sturdy mirip dengan device candybar Samsung yang lain, apalagi ketika kita sudah melengkapinya dengan casing original seperti silicone with ring, sehingga tidak terasa licin, menjadikannya sekokoh smartphone biasa, dan punya kelebihan, bisa dilipat.
Performa
Kalau di flagship seri S atau Note, Samsung sering menggunakan 2 macam SoC atau prosesor, tetapi untuk Fold dan Flip tidak.
Kali ini Galaxy Z Fold3 dan Galaxy Z Flip3, di seluruh belahan dunia menggunakan SoC yang sama, Snapdragon 888, SoC flagship dengan fabrikasi 5nm yang bisa dikatakan terbaik tahun ini.
Dari awal tahun 2021 mulai diperkenalkan dalam device-device flagship, SoC Snapdragon 888 ini menunjukkan performa yang sangat mumpuni. Walau sudah sering dibahas, saya mencatatnya sekali lagi, octacore Snapdragon 888 terbagi dalam 3 cluster CPU dengan 3 macam CPU berbeda
1 inti Cortex-X1 @2.84GHz, super cepat
3 inti Cortex-A78 @2.42GHz, cepat
4 inti Cortex-A55 @1.80GHz, efisien
Yang berbeda kali ini kehadiran Cortex-X1, dimana biasanya walau bisa terbagi 3 atau 2 cluster, tetapi biasanya hanya terdapat 2 macam CPU. Kehadiran Cortex-X1 ini seperti booster, untuk mem-push kinerja prosesor lebih cepat meng-handle aplikasi yang berat.
Bagian terpenting lain yang patut mendapat perhatian di Snapdragon 888 adalah chipset grafisnya, Adreno 660 yang berjalan di clock 840MHz. Chip grafis ini bisa di push dengan daya lebih dari biasanya di atas 4w, sehingga menghasilkan kinerja rendering yang lebih cepat dengan FPS yang lebih tinggi, tetapi efek sampingnya menghasilkan panas yang lebih tinggi.
Makanya kita sebut Galaxy Z Flip3 ini cukup aneh cara membuang panasnya bisa hanya mengandalkan graphite dan graphene pad, tanpa overheating.
Ada yang mengira kalau kinerja Snapdragon 888 di Galaxy Z Flip3 dikurangi untuk menghindari overheat. Tetapi dari hasil test uji benchmark, hasilnya sama dengan device-device lain yang tidak “cheat” hasil benchmark.
Misalnya, dari AnTuTu v9 didapat angka 742rb an. Skor ini bukan skor tertinggi yang bisa dicapai Snapdragon 888, tetapi ini adalah skor rata-rata dari device yang mengatur software heat management-nya dengan melakukan throttling saat suhu sudah panas berlebih.
Jadi bisa dipastikan Samsung di Galaxy Z Flip3 ini selain mengantisipasi panas dengan thermal pad, juga dengan manajemen software.
Untuk hasil kinerja CPU berdasarkan benchmark Geekbench 5, didapat hasil single core 1048 dan multicore 3100.
Ini juga skor CPU yang moderate untuk kinerja Snapdragon 888. Pada setting baterai, kita bisa menyalakan fungsi Enhanced Processing. Dengan fungsi ini, kinerja chipset akan lebih optimal, tetapi lebih memakan banyak energi baterai. Fungsi ini tidak berlaku untuk bermain game.
Pengujian GPU yang mensimulasi permainan game lewat 3DMark, pada Wild Life didapat skor 5550, skor yang menandakan device ini powerful untuk bisa melibas game-game dengan rendering berat yang sekarang ini ada.
Dan pengujian overheating bisa dilakukan dengan stress test wild life, yang akan jalan terus menerus looping benchmark sebanyak 20 kali, sekaligus mensimulasi bermain game dengan waktu lama.
Saya melakukan uji ini beberapa kali untuk melihat apakah benar Galaxy Z Flip3 mampu tidak overheating selama test walau tidak punya pembuang panas khusus. Ternyata memang device ini bertahan, selain dengan padnya, juga manajemen panas yang ketat, yang terlihat dari hasil FPS yang turun pada loop tertentu.
Test pada game PUBG dengan setting rata kanan, tanpa bantuan app lain seperti GFX Tools, stabil di 41 FPS, naik turun paling 1 FPS saja, game berjalan lancar, tidak hiccups, juga tidak overheat. Jadi untuk para penggemar game, device ini memang tetap flagship yang sanggup dibawa bermain game berat.
Melengkapi kemampuan sang naga, Snapdragon 888, Galaxy Z Flip3 dilengkapi RAM 8GB yang sudah bertipe LPDDR5. Apakah 8GB untuk sebuah flagship cukup? Karena sekarang mid-range smartphone pun sudah membawa jumlah RAM yang sama 8GB.
Pertama tipe RAM di mid range smartphone beda, dari sisi kecepatan, biasanya masih LPDDR4.
Kemudian 8GB RAM sebenarnya sudah sangat besar dan mencukupi untuk multi tasking yang lancar. Dari rata-rata penggunaan, manajemen RAM rata-rata terlihat menggunakan 5GB lebih RAM untuk running apps, jadi dari 8GB ini masih ada sisa sekitar 2GB lebih, jumlah yang sangat cukup untuk eksekusi app berat sekalipun. Karena prinsip besaran RAM sampai sekarang tetap sama, terlalu banyak RAM yang tidak digunakan adalah waste RAM.
Satu lagi pemikiran 8GB RAM ini sangat cukup, supaya aplikasi yang terbuka di belakang tidak terlalu over atau banyak, mengingat RAM itu semakin besar seperti ruangan yang menggunakan lampu semakin banyak, tetapi saklarnya cuma 1, jadi sekali nyala, nyala semua, tidak per bagian. Terlalu banyak aplikasi running di belakang yang tidak digunakan ber-impact kepada baterai, dan Galaxy Z Flip3 memiliki kapasitas baterai yang harus lebih dihemat.
Tetapi bagi mereka yang tetap berharap RAM smartphone flagship harus lebih besar, kabar baiknya, setelah update firmware terbaru, Samsung memberikan fitur RAM Plus, menambahkan kapasitas RAM yang “dipinjam” dari internal storage sebesar 4GB. Dengan hadirnya virtual RAM ini maka total RAM yang dipunya Galaxy Z Flip3 sebesar 12GB.
RAM Plus ini akan dengan pintar memilah aplikasi2 mana yang bukan dinamik atau terus menerus diperlukan, tidak high demand, sehingga bisa ditaruh di virtual RAM ini. Jadi secara keseluruhan kecepatan loading aplikasi akan lebih cepat dibanding saat kekurangan RAM dan aplikasi yang sudah otomatis ditutup, kemudian dibuka lagi.
Untuk internal storage sendiri ada 2 pilihan 128GB dan 256GB, sudah bertipe UFS 3.1. Semua penyimpanan mengandalkan internal storage, karena tidak ada lagi slot untuk memory card. Memang sekarang ini untuk smartphone flagship, kecepatan internal storage nya sudah meninggalkan jauh memory seperti SD card, sehingga kehadiran SD card akan jadi bottleneck. Kemudian juga sekarang sudah era penyimpanan backup di cloud. Lagipula dari pengalaman penggunaan, keberadaan sd card selain tidak secure untuk isinya dilihat saat device hilang, juga lebih banyak mengalami kerusakan dibanding internal storage yang lebih tahan lama.
Jadi untuk 3 part utama SoC, RAM, dan internal storage pada Galaxy Z Flip3, sudah menggunakan part yang memang diperuntukkan untuk flagship device.
Kesimpulannya dari kinerja Snapdragon 888 di Galaxy Z Flip3 ini, bagi para pengguna kasual dan mereka yang sekaligus juga senang bermain game, device ini tetap bisa menawarkan performa yang mumpuni.
Kinerja smartphone sekarang tidak lepas dari koneksi data, dan diharapkan smarphone baru sekarang, apalagi kelas flagship, sudah memiliki koneksi 5G.
Galaxy Z Flip3, hanya memiliki 1 slot SIM. Buat saya pribadi tidak masalah, karena saya tidak punya apalagi memelihara banyak nomor.
Tetapi banyak orang yang mengandalkan satu smartphone dengan dual SIM.
Untuk bisa “dua” SIM, kita bisa menggunakan eSIM, SIM tanpa kartu fisik. Sayangnya saat ini di Indonesia baru Smartfren yang mengimplementasikannya. Indosat sedang ujicoba, dan Telkomsel saya yakin punya teknologinya, tapi masih menunggu.
Saya mengisi Galaxy Z Flip3 dengan dual SIM ini, satu SIM yang saya gunakan sehari-hari, dan satu lagi sengaja membeli Smartfren yang tidak perlu diisi pulsa selama satu tahun dengan bawaan data 90GB. Proses pengisian eSIM sangat mudah, hanya scan QR Code, setelah nomor masuk, tinggal mendaftar data SIM dengan KTP dan KK ke 4444.
Sama seperti biasa kita memiliki smartphone dual SIM, tidak ada bedanya, kita bisa memilih SIM mana yang digunakan untuk data, untuk SMS, untuk telepon, dll.
Untuk frekuensi 5G sendiri Galaxy Z Flip3 ini sudah lengkap, untuk operator di Indonesia yang sudah implementasi 5G, seperti Telkomsel di N40, Indosat dan XL di N1 dan N3.
Ini daftar frekuensi lengkapnya
- 5G TDD Sub6
N38(2600), N40(2300), N41(2500), N77(3700), N78(3500) - 5G FDD Sub6
N1(2100), N3(1800), N5(850), N7(2600), N8(900), N20(800), N28(700), N66(AWS-3)
Kamera
Galaxy Z Flip3 dilengkapi 2 buah kamera utama.
Yang pertama kamera wide 12MP, F1.8, OIS dan autofocus.
Kamera kedua ultra-wide 12MP, F2.2, OIS, autofocus
Walaupun tidak memiliki lensa telephoto, lensa utamanya tetap bisa digunakan untuk zoom hingga 10x, dan walaupun ini digital zoom, hasilnya masih lumayan.
Berbeda dengan kebanyakan kamera sekarang yang menonjol keluar, lensa kamera Galaxy Z Flip3 rata, sehingga saat diletakkan di meja, dalam kondisi terbuka tidak wobble atau bergoyang.
Hasil kameranya bagus di atas rata-rata. Tetapi memang dibanding seri S21 Ultra Samsung, kameranya masih kalah bagus. Tetapi untuk keperluan sehari-hari, bahkan membuat konten sudah sangat cukup, apalagi kemampuan videonya yg tidak ada di kamera lain, seperti bisa mengambil gambar video landscape walau posisinya potrait.
Fungsi auto framing yang bisa mengatur fokus saat kita berpindah tempat atau teman-teman ikut bergabung terasa istimewa.
Posisi lensa kamera utama di kanan bawah ini dengan smartphone yang bisa dilipat, memungkinkan kita mengambil gambar dari sudut dan posisi yang lebih bebas.
Kemudahan akses menjalankan kamera untuk foto dan video tanpa membuka lipatan melalui cover screen juga memberi kemudahan tersendiri.
Untuk hasil foto, detail yang bisa ditangkap bagus, apalagi saat cahaya cukup. Warna-warna yang dihasilkan juga pop up, dengan HDR yang baik.
Foto potraitnya juga baik, cukup rapi memisahkan objek dengan background yang bisa dipilih tingkat blur dan tipe blurnya setelah foto diambil. Yang saya sayangi pada foto potrait ini tidak ada telephoto menjadi 2x, mendekati setting kamera DSLR banyak menggunakan lensa 50mm, membuat objek tidak banyak distorsi.
Untuk foto mode night atau malam hari, sensor akan mendeteksi seberapa gelap objek dan ambien di sekitar smartphone kemudian menentukan lama pembukaan rana. Jadi lama pengambilan gambar, mengharuskan tangan kita diusahakan tidak bergerak selama 2 detik atau bahkan 5-6 detik untuk objek sangat gelap.
Saat pengambilan gambar malam hari sebenarnya Galaxy Z Flip3 mengambil beberapa gambar dengan exposure berbeda kemudian AI menyatukan membuat gambar lebih tajam dan mereduksi noise. Hasilnya foto malam hari yang terang, seringkali lebih terang dari kemampuan mata kita melihat pada malam hari dan tanpa noise yang mengganggu.
Galaxy Z Flip3 ini ternyata menarik untuk foto makanan. Memang ada mode khusus untuk food, tetapi contoh di bawah ini tidak menggunakan mode tersebut. Foto makanan yg menarik walau objeknya tidak glamour, menurut saya adalah foto yang menggugah selera, tampak enak.
Mereka yang mempunyai piaraan pasti akan selalu senang mengambil momen lucu piaraannya. Bahkan foto kucing dan anjing, termasuk foto yang paling banyak tampil di sosial media.
Binatang piaraan ini agak gampang-gampang sulit untuk diabadikan, karena tidak mau duduk diam dan bergaya.
Karakter yang saya tangkap dari kamera Galaxy Z Flip3 ini adalah detail yang bagus dari binatang, seperti mata dan bulu-bulunya, tidak dibuat sharpening berlebiih sehingga terlihat kasar dan kaku.
Kemampuan video sekarang ini mendapat tempat yang sangat cukup dari banyak vendor, termasuk Samsung, dan membenamkan banyak fitur video di Galaxy Z Flip3, seperti directors cut yang bisa berpindah instan saat merekam dari satu lensa wide ke lensa ultra-wide, video potrait dengan kemampuan membuat background blur, dan pro video, dimana semua setting bisa dilakukan manual termasuk zoom in dan out yang halus.
Super steady untuk gambar rekaman yang stabil juga sudah menjadi bagian yang umum. Tidak lupa karena layar lipat bisa memudahkan device mengambil gambar, maka hyperlapse atau slow motion kemungkinan menjadi fitur yang akan lebih banyak digunakan para kreator, karena tidak perlu lagi men-set tripod untuk melakukannya.
Galaxy Z Flip3 ini memiliki kemampuan mengambil video hingga 4K 60FPS.
Kamera depannya sendiri 10MP dengan F2.4. Kamera depan ini juga sanggup mengambil video 4K 60fps, jadi para kreator konten bisa memanfaatkannya untuk vlogging atau membuat konten yang lebih serius.
Kamera depan ini juga bisa mengambil foto potrait, night photo, hingga portrait video yang bisa membuat background blur saat merekam.
Tidak lupa menu tambahan yang biasanya disuka kaum wanita, seperti membuat wajah lebih tirus, menghaluskan kulit, dll, tetap ada menunya di device ini.
Penutup
Pertama menggunakan Galaxy Z Flip3 ini saya tidak banyak berekspektasi akan menemukan banyak keseruan di device ini. Tetapi setelah menggunakan dan melihat lebih dalam, saya tidak ragu menyebut device kotak bedak ini sebagai engineering marvel, device yang dirancang sangat lebih dengan inovasi-inovasi baru.
Dari kemampuannya yang serius hingga banyak bagian yang fun, sambil digunakan bisa banyak ditemukan di device ini, seperti bagaimana membuat gambar bergerak di cover screen, wallpaper yang berbeda dengan device tanpa engsel, bagaimana cara mudah foto overhead diambil dengan bantuan engsel lipatnya, bagaimana bisa merekam video bergerak seperti menggunakan slider dll.
Walaupun panjang lebar saya menceritakan Galaxy Z Flip3 ini, pengalamannya tidak akan sebaik mencobanya langsung. Setiap orang bisa menemukan hal-hal yang menarik bagi mereka.
Jadi buat mereka yang mungkin bosan berganti device hanya naik dari sisi spesifikasi saja, sedikit lebih kencang, sedikit lebih baik kameranya, mungkin bisa mencoba berganti ke device ini, semoga menemukan pengalaman yang baru.
Salam Lipat !
- Artikel ini pertama di post untuk Samsung Member di Link ini. Aplikasi Samsung Member bisa di download di Sini