Samsung Galaxy Note8, The Story
Pembuka
Tahun 2017 ini tahun ke-7 seri Galaxy Note dari Samsung diperkenalkan dengan nama Galaxy Note8. Memang ada satu seri, seri ke-6, yang di skip oleh Samsung, supaya penamaan antara Galaxy Seri S dan seri Note sejalan. Sebab dahulunya dalam tahun yang sama, kedua flagship ini senantiasa berbeda angka, jika Galaxy S series keluar dengan angka 6, misal Galaxy S6, sementara seri Note akan satu angka di belakanganya, misal Galaxy Note5.
Samsung menganggap hal ini mungkin membuat konsumennya menjadi rancu, mengapa seri Note yang dikeluarkan lebih akhir dari seri S, malah ber-angka lebih rendah. Persaingan sengit antara brand di smartphone Android dengan kemajuan teknologi yang cepat, membuat sebuah flagship saja dirasa tidak cukup untuk bertahan satu tahun penuh. Beruntung bagi Samsung yang punya ide -yang saat pertama kali dicoba dianggap terlalu berani, bahkan dibilang gila oleh banyak pihak- membuat sebuah smartphone dengan layar “kebesaran” dan dilengkapi sebuah pena digital, disaat trend smartphone belum ke arah sana. Ternyata ide yang dianggap kelewatan ini menjadi hype yang baru dan diminati banyak pengguna smartphone. Akhirnya Samsung mempunya 2 buah flagship setiap tahun dengan kategori pengguna yang berbeda, satu Galaxy seri S yang biasa diperkenalkan di kwartal pertama, dan Galaxy seri Note yang diperkenalkan di kwartal ketiga setiap tahun.
Kalau dirunut sejak Galaxy Note seri pertama, banyak teknologi-teknologi baru smartphone disematkan Samsung pada seri Note (selain teknologi pena digital), diantaranya layar yang lebih tinggi resolusinya, RAM yang lebih besar, UI yang baru, bahan yang baru, dan lain sebagainya.
Sekarang di tahun ke-7, Galaxy Note8 diperkenalkan, dengan tata panggung yang spektakuler di New York. Mari kita lihat lebih dalam, teknologi dan fitur apa yang kali ini dibawa oleh seri Note yang baru.
Desain
Sebenarnya sejak tahun lalu, garis desain antaras seri S dan seri Note mulai serupa, seperti kita lihat pada Galaxy S7edge dengan Galaxy Note7 yang sekarang akan dikenal sebagai Galaxy Note FE. Demikian pula formula yang sama, pada Galaxy Note8, yang secara kasat mata akan membuat orang mengenalinya sebagai garis desain dari Galaxy S8, terutama karena pendekatan teknologi layar yang sama, infinity display, dengan ratio memanjang, layar kiri dan kanan yang melengkung, dan bezel kecil di atas dan di bagian bawah. Bedanya pada Galaxy S8 atau S8+ sudut-sudut dibuat lebih melengkung yang membuatnya manis, pada Galaxy Note8 bagian melengkung ini dibuat lebih mengotak dan tegas, membedakan karakter keduanya.
Saya menyukai pembedaan garis desain ini, menunjukkan karakter yang berbeda, kalau kita analogikan Galaxy S8 seperti mobil sport masa kini yang streamline penuh lengkungan aerodinamis, sementara Galaxy Note8 itu seperti mobil-mobil mewah papan atas, katakanlah Bentley atau Rolls-Royce, yang diantara lengkungan tetap senantiasa memperlihatkan tekukan-tekukan garis lurus yang tegas.
Galaxy Note8 sekarang ini menjadi smartphone Samsung dengan layar terbesar, 6.3” , hanya 0.1 inci lebih besar dibanding Galaxy S8+ yang berlayar 6.2”. Dalam bayangan banyak orang mungkin saja berpikir ini device berukuran jumbo yang sulit digenggam tangan. Pendapat itu ada benarnya jika saja Samsung masih menggunakan ratio layar gaya lama 16:9, dengan ratio yang baru 18.5:9 device tidak menjadi lebar tetapi lebih memanjang, sehingga keseluruhan bentuk smartphone tetap ramping. Ukuran genggaman smartphone senantiasa bergantung kepada lebar smartphone, dan faktor berikutnya ketebalan smartphone. Jika dibandingkan dengan Galaxy Note5 yang berlayar 5.7”, ternyata Galaxy Note8 malah lebih ramping 1.3 mm walau memiliki layar 0.6 inci lebih besar. Jika dibandingkan dengan Galaxy S8+, hampir tidak terlihat perbedaan lebarnya, hanya terlihat Galaxy Note8 lebih tinggi sekitar 3mm saja.
Hal yang terasa berbeda saat membandingkan menggenggam Galaxy Note 8 dengan Galaxy S8+ adalah pada bagian sisi frame metal. Walau keduanya ber-desain dual edge -lengkung layar dan bagian belakang sama- pada Galaxy S8+ bagian frame metal di sisi kedua lengkung layar dan bagian belakang ini tetap melengkung, sedangkan pada Galaxy Note8 lebih rata. Dengan kondisi frame metal yang rata, grip pada Galaxy Note8 terasa lebih solid, kasat, atau sering kita dengar dengan istilah firm.
Jika dibandingkan dengan desain Galaxy Note5 atau NoteFE, Galaxy Note8 ini memiliki lompatan desain, tetapi tentu saja banyak yang akan membandingkannya dengan Galaxy S8. Jika diperhatikan pada keempat bagian ujung layar, Galaxy S8 akan tampak lebih melengkung, sementara Note8 lebih sempit radiusnya.
Begitu juga pada sisi lengkung layar kiri dan kanan, Note8 terlihat lebih sedikit lengkungnya. Kombinasi kedua area yang lebih sedikit lengkung ini untuk memberikan area yang lebih maksimal untuk menulis dengan S-pen dan menjadikan screen to body ratio naik ke 83%, yang berarti luasan layar mencapai 83 persen dari keseluruhan permukaan smartphone.
Seperti Galaxy S8, bezel bagian atas Galaxy Note8 terdapat sederetan sensor seperti proximity dan ambient sensor, speaker, ditambah dua kamera, satu kamera depan dan satu kamera iris scanner beserta infra red untuk pembacaan iris. Kali ini pembacaan iris scanner terasa lebih jernih dan cepat, karena pada bagian software sudah di-update ke Samsung Experience 8.5, termasuk jika kita ingin menggunakan pemindai wajah. Pemindai wajah atau face recognition ini bukan kelas security yang dianggap tinggi oleh Samsung, sehingga tidak dapat digunakan untuk keperluan lain, seperti web sign-in, payment, dan secure folder. Untuk kepentingan security yang lebih tinggi hanya dapat digunakan pemindai sidik jari dan iris scanner.
Untuk urutan tombol, pada bagian kiri terdapat tombol volume + – , dengan sebuah tombol dedicated button Bixby, yang sekarang sudah bisa digunakan juga di Indonesia termasuk fitur Bixby voice. Lebih jauh tentang Bixby dan mengapa Samsung merasa perlu ada sebuah tombol dedicated, saya pernah menulisnya di link ini
Tombol power tetap di bagian sisi kanan, di sisi bawah terdapat port USB type-C, lubang speaker yang suaranya keras dan berkualitas baik, dan Samsung tetap percaya bahwa saat ini, kebanyakan dari kita masih membutuhkan sebuah jack earphone 3.5mm standar untuk tetap bisa menikmati musik, sekaligus charging secara bersamaan.
Tidak lagi ada tombol home button fisik di bezel bagian bawah yang tipis, semua tombol home button, recent apps, dan tombol back menjadi icon di atas layar yang bisa kita tentukan apakah ingin muncul terus atau otomatis bisa bersembunyi di semua aplikasi untuk memaksimalkan tampilan layar, dan baru muncul ketik kita swipe dari bezel ke atas layar. Untuk home button sendiri terdapat pressure sensor dibawahnya, sehingga akan mengenali apakah sedang kita tap atau tekan. Ketika kita tekan akan ada tactile feedback berupa getaran, memimik tombol asli. Pressure sensor home button ini bisa ditekan kapan saja untuk senantiasa kembali ke home dari aplikasi apa saja, walau icon nya tidak terlihat sekalipun. Presssure sensor home button juga berguna jika kita menggunakan iris scanner atau face recognition untuk meng-unlock dengan cepat smartphone, tanpa harus menekan power dan swipe.
Pada bagian belakang body tetap terbuat dari kaca Gorilla Glass 5, dimana dibawahnya terletak kumparan untuk wireless charging. Masih seperti Galaxy S8, di bagian sedikit ke atas, berjejer kamera, lampu blitz LED, heart-rate sensor dan fingerprint sensor. Kali ini kameranya tidak satu buah tetapi dua buah, dengan urutan yang sedikit berbeda, kamera, LED dan heart-rate sensor, baru fingerprint, setelah sebelumnya pada S8, lensa kamera dan fingerprint bersebelahan, sehingga ada kemungkinan jari mengotori lensa kamera.
Tetapi tentu saja dari sedemikian besar luas ruang di belakang, pasti akan ditanyakan mengapa peletakkan fingerprint sensor masih tetap sama seperti S8 yang sejajar dengan kamera, bukan dibagian bawah, yang lebih mudah terjangkau. Memang hal umum untuk banyak dari kita mudah untuk protes dan kesal duluan hanya dengan melihat dan berasumsi, terkadang melupakan kalau sebagai manusia kita sebenarnya sangat adaptif. Setelah kesulitan di percobaan awal, kemudian kita akan mulai terbiasa, dan tetap akan bisa mengakses fingerprint ini dengan cepat. Apalagi sekarang di sekeliling area kamera dan fingerprint sensor diberi border lebih menonjol dan memisahkan dengan jelas bagian kamera dan fingerprint sensor. Border ini juga berfungsi melindungi permukaan lensa kamera saat diletakkan di meja. Sama seperti di Galaxy S8 saat menggunakan casing yang memisahkan lubang kamera dan fingerprint sensor, membuat fingerprint ini teraba lebih mudah, demikian dengan border tersebut di Galaxy Note8.
Walau demikian, saya juga tetap penasaran, karena posisi fingerprint ini memang tidak umum, banyak dikomentari negatif oleh media saat di Galaxy S8, tetapi mengapa tetap di posisi yang sama di Note8 ? Kebetulan ada kesempatan bercakap-cakap dengan Jin Seo, SP Manager Global Product Planning dari Samsung HQ yang ternyata terlibat dari awal pembuatan Galaxy Note8. Ia menjelaskan Galaxy Note8 di dalamnya sangat padat dan kompak. Team berpikir menempatkan fingerprint terpisah terlalu menyita banyak tempat, yang lebih baik digunakan untuk part yang lain, lagipula secara desain mereka menginginkan desain yang lebih simple dan clean, sehingga akhirnya pilihan penempatan fingerprint tetap di sana.
Menurut saya, penjelasan Jin Seo benar, terutama untuk bisa menempatkan kapasitas baterai yang maksimal, karena pada Galaxy Note8, area baterai sudah terpotong oleh kebutuhan lubang untuk S-Pen. Jika harus menempatkan lagi di bagian tengah sebuah fingerprint sensor, tempat untuk baterai akan lebih tersita lagi. Kebetulan iFixit memindai x-ray Galaxy Note8, sehingga kita bisa melihat memang di bagian tengah tidak ada tempat lagi untuk meletakkan fingerprint sensor.
Mungkin Juga penempatan fingerprint “seadaanya” tersebut hanya sebuah transisi, sebab toh kita sudah mendengar bahwa ke-depan fingerprint akan diletakkan di bawah layar. Bisa jadi juga para desainer Samsung ini ingin “memaksa” pengguna menggunakan biometric security lain yang lebih baru, seperti iris scanner, daripada terpaku hanya dengan satu metode biometrik fingerprint. Memang dalam panduan desain kita bisa “memaksa” orang untuk lebih memilih menggunakan B daripada A, misalnya meletakkan pintu masuk rumah lebih jauh dari pintu pagar, membuat penghuni akan memilih masuk melewati pintu garasi.
Layar
Satu bagian paling krusial di smartphone sebenarnya adalah layar. Karena bagian ini yang senantiasa kita tatap. Sadar tidak sadar, sekarang ini sebagian besar pengguna smartphone menuntut baterai besar, yang sebenarnya berarti semakin lama setiap hari mereka menatap layar smartphone. Banyak pengguna smartphone baru sampai tahap melihat layar hanya dari sisi ukuran layar dan resolusi layar. Teknologi layar ini sebenarnya salah satu teknologi yang rumit, bukan hanya sekedar menampilkan gambar, tetapi di dalamnya banyak faktor lain, seperti standar warna apa yang bisa dihasilkan, apakah bisa menghasilkan warna sesuai objek aslinya, ketika memutar video/film, apa warnanya sesuai dengan keinginan pembuat film, apa bisa beradaptasi dengan pengaruh pencahayaan sekitar, dan banyak lagi faktor yang menentukan kualitas layar. Karena hal ini, walaupun sama ukuran layarnya, bisa jadi harga part layar antara brand A dan brand B bisa sangat berbeda.
Kalau kita perhatikan walau sekarang banyak flagship dari berbagai brand memiliki prosesor yang sama dan RAM yang besar, banyak yang memilih untuk menggunakan resolusi layar hanya full HD dan tidak begitu peduli dengan kalibrasi warna, hanya memerlukan tampil pop up. Hal ini dilakukan untuk menghindari menambah rumit dalam pengaturan software, juga demi penghematan harga.
Semenjak Galaxy S5 sebenarnya Samsung seperti sudah langganan mendapat predikat smartphone dengan layar terbaik berkat kegigihannya menyempurnakan teknologi layar AMOLED, sementara smartphone lain lebih memilih menggunakan LCD. Setelah itu hampir setahun 2 kali, setiap flagship smartphone Samsung keluar, displaymate melakukan test lab dan menganugerahi smartphone flagship Samsung dengan predikat smartphone dengan layar terbaik.
Ketika pertama menyalakan Galaxy Note8 dan melihat layarnya, saya menduga tidak berapa lama lagi displaymate akan mengeluarkan hasil test labnya dan mengatakan smartphone ini memiliki layar yang baik. Agak sulit membayangkan setelah beberapa lama menggunakan Galaxy S8, kualitas layar masih bisa ditingkatkan. Ketika mencobanya beberapa saat bekeliling kota NY saat siang hari panas terik, sebenarnya sudah terlihat bahwa layar Galaxy Note8 ini istimewa. Memang salah satu cara mencoba kualitas layar adalah di bawah sinar matahari. Biasanya di bawah sinar matahari banyak smartphone akan sulit dibaca layarnya, gambar yang ditampilkan pun menjadi wash out. Kita menyalakan smartphone di bawah sinar matahari biasanya untuk mengambil foto dan melihat peta. Ada 2 faktor utama yang membuat smartphone bisa mudah dibaca di bawah sinar matahari, pertama harus punya brightness yang cukup, dan kedua tingkat reflektif dari layarnya sendiri harus rendah agar tidak banyak memantulkan cahaya sinar matahari.
Benar saja sekarang ini hasil lab displaymate sudah keluar, dan menganugerahi Galaxy Note8 sebagai smartphone dengan kualitas terbaik saat ini, bahkan mendapat predikat Excellent A+. Salah satu hasil test lab displaymate yang menonjol di Galaxy Note8 adalah brightness nya 22% lebih terang dibandingkan Galaxy S8, dengan maksimum kecerahan 1240 nits atau cd/m2. Ini kira kira sama terang dengan kita menyalakan 1240 lilin bersamaaan dalam area 1M2. Sebagai perbandingan, kecerahan maksimum dari Galaxy S8 1020 nits dan Galaxy S7 875 nits. Kecerahan maksimum ini bisa didapat dengan setting kecerahan otomatis, dimana ketika sensor ambient menangkap bahwa cahaya sekitar sangat terang, akan terus mengimbanginya dengan meningkatkan kecerahan layar. Terus sebenarnya apa kegunaan layar smartphone sedemikian terang? Apakah hanya berguna supaya tetap terbaca jelas di bawah matahari?
Kecerahan yang tinggi ini dibutuhkan sebagai persyaratan untuk layar bisa menampilkan konten HDR (High Dynamic Range) sesuai standar UHD Alliance for Mobile Premium HDR yang berlaku, dimana salah satu syaratnya adalah kecerahan minimum 1000 nits. Sementara syarat lainnya minimal kedalaman warna 10-bit , color gamut dengan standar DCI-P3 minimal 90%, yang semuanya dapat dicapai oleh Galaxy Note8 bahkan dengan colour gamut DCI-P3 112%. Dengan dicapainya standar ini, smartphone Galaxy Note8 sanggup memutar film 4K UHD HDR premium.
Mungkin dari banyak pemilik S8 sekalipun -yang juga sudah support layar HDR- tidak sadar bahwa smartphonenya bisa menampilkan film yang tidak/sulit bisa diputar di smartphone lain dengan baik. Coba saja download sample film Life of Pi 4K HDR di link ini (Life of Pi) atau film Exodus di link ini (The Exodus) . Set layar dengan resolusi WQHD+ dan screen mode AMOLED Cinema, putar dengan aplikasi video bawaan smartphone Galaxy. Kita akan menyadari, selama ini warna hijau yang ditampilkan di Algae Island, pulau pemakan daging kemungkinan besar salah, dan warna keemasan jubah Firaun benar-benar nyata di Exodus. Jika smartphone tidak support layar HDR, tidak akan bisa memutar film tersebut, atau kalau bisa memutarnya akan menampilkan warna-warna yang wash-out.
Konten-konten 4K dan HDR sekarang mulai marak termasuk dilayanan video steraming seperti Netflix. Youtube dan Amazon juga sudah mempunyai layanan ini. Smartphone yang dianggap layanan tersebut sudah memiliki kemampuan yang cukup untuk menampilkan konten 4K dan HDR, bisa memutar film atau video dalam format HDR dengan kontras dan warna yang lebih dinamis, dan Galaxy Note8 termasuk di dalamnya. Sebenarnya hampir semua film Hollywood dibuat dengan konten HDR, hanya saja keterbatasan alat pemutar kita mengharuskan semua film ini di tone down. Intinya dengan standar layar yang sesuai, kita bisa menampilkan film dengan warna-warna dan kedalaman seperti yang dibuat susah payah oleh si pembuat film.
Apakah sedemikian penting warna-warna ini? Jika kita pernah mendengar bagaimana proses sebuah film dibuat, ada banyak bagian dari pekerja film yang salah satunya menentukan warna set. Ini meliputi warna latar, pernak-pernik, hingga baju yang digunakan pemain yang disesuaikan dengan suasana yang diinginkan dari film tersebut. Karena warna ini sama pentingnya dengan aransemen lagu, sinematografi, yang bisa membawa penontonya hanyut dalam suasana film tersebut. Contoh paling mudahnya film-film horor senantiasa bernuansa gelap, kelam, kusam, sehingga kita yang menonton merasa lebih tegang dan takut. Warna-warna pop-up untuk menggambarkan kegembiraan, warna kecoklatan untuk menggambarkan kenangan, dll. Karena kebutuhan ini makanya para pembuat film merasa warna yang ditampilkan layar sesuai dengan intensi mereka sangat penting.
Layar Galaxy Note8 yang memanjang dengan rasio 18.5:9 memang berbeda dengan kebanyakan smartphone yang masih menggunakan standar rasio layar 16:9. Kita akan mendengar Samsung akan mengatakan layar memanjang ini akan menampilkan konten lebih banyak dalam satu halaman sehingga kita tidak perlu terlalu banyak scroll (less scrolling), misalnya untuk membaca berita di website. Tetapi selain itu saya sangat menyukai layar memanjang ini untuk menonton konten video dan bermain game. Saat kita menonton film-film bioskop, kebanyakan film-film tersebut berformat memanjang, sehingga pada layar smartphone standar kita akan mendapatkan bar hitam besar di atas dan di bawah, dan ukuran gambar terasa kecil. Pada Galaxy Note8 film-film bioskop ini tampil prima, kebanyakan film bisokop yang menggunakan format 21:9 akan hanya menyisakan sedikit bar hitam kecil dibagian atas dan bawah, tetapi jika kita menginginkannya akan bisa memenuhi layar dengan mode crop to fit.
Pengalaman menonton dengan layar memanjang ini akan terasa berbeda sekali dengan layar standar 16:9, seperti kita menyukai menonton film di bioskop karena layarnya yang besar dan memanjang. Hal ini karena pada dasarnya mata kita memiliki FOV (Field of View) atau cakupan area pandang yang berbeda antara cakupan horisontal dan vertikal. Secara horisontal mata kita bisa melihat lebih luas, 210 derajat, dibanding vertikal yang hanya 150 derajat. Makanya kita mudah kagum ketika pergi ke pantai atau berdiri di atas gunung dengan pandangan lepas, karena mata kita bebas memandang horison yang memanjang tanpa hambatan seperi sehari-hari pandangan kita terkungkung dengan dinding ruangan dan gedung-gedung di sekitar kita.
Sementara ini memang konten-konten pada smartphone seperti aplikasi, game, bahkan youtube dibuat lebih banyak dengan rasio 16:9, tetapi bagusnya Samsung mempersiapkan hal ini dalam setting display, untuk bisa menyesuaikan konten tampil full screen, baik aplikasi maupun game. Bahkan saya lebih menyukai tampilan video youtube tampil full screen (crop to fit), karena terasa lebih sinematik, dibanding menyisakan bar hitam di kiri dan kanan.
Layar dalam format yang lebih panjang ini juga sekarang terasa lebih lega untuk menampilkan dua aplikasi secara bersamaan (split screen), dengan rasio 1:1 untuk setiap aplikasi, dan masih bisa di geser mana aplikasi yang porsi layarnya ingin lebih besar. Karena format yang lebih lega ini, di Galaxy Note8 diberikan satu fitur tambahan Apps Pair untuk bisa menjalankan 2 aplikasi bersamaan dalam satu klik. Misalnya saat berkendara, dalam satu klik kita bisa mengaktifkan aplikasi google map dan musik secara bersamaan, satu aplikasi untuk memandu jalan, satu aplikasi lagi langsung memutar lagu-lagu yang kita suka.
Bicara kualitas layar Super AMOLED di Galaxy Note8 bisa sangat panjang. Salah satu bagian mengapa Samsung di seri flagship nya senantiasa mendapat predikat layar terbaik adalah fitur layarnya yang sulit ditemui di smartphone lain, seperti kemampuannya mengubah resolusi secara instant dari WQHD+ (2960×1440) ke FHD+ (2220×1080), bahkan ke HD+ (1480×720), atau mengubah standar color gamut, dengan pilihan:
Basic, memimik rentang warna yang dihasilkan kebanyak layar monitor IPS LCD. Saat mengedit foto dan ingin ditampilkan sesuai dengan cakupan warna layar LCD, kita bisa menggunakan standar gamut ini.
AMOLED Cinema, menghasilkan warna sesuai color gamut DCI-P3 industri per-film an, untuk bisa menonton konten film dengan warna sesuai aslinya.
AMOLED Photo, menghasilkan warna sesuai kamera DSLR modern berstandar adobe RGB yang memiliki rentang warna lebih besar dibanding RGB standar.
Adaptive Display, secara otomatis menyesuaikan rentang warna, ketajaman, dan kontras pada layar, tergantung pencahayaan sekitar. Misal layar akan beradaptasi di lingkungan cafe yang memiliki banyak lampu bercahaya kuning, dan berubah lagi ketika berada di ruang belajar.
Kemampuan ini seperti kita memiliki banyak smartphone dengan beragam layar, dalam satu smartphone.
Untuk mereka yang merasa S-pen bukan pemikat untuk menggunakan seri Note, kualitas layar Galaxy Note8 ini sendiri dan apa yang bisa dilakukan dengannya, bisa menjadi pemikat yang kuat.
S-Pen
S-pen sendiri adalah pusat dari Galaxy Note series, pena digital yang disetiap seri Note fungsinya senantiasa bertambah. S-pen ini juga yang membedakan bobot nama Note dari Samsung dengan nama seri Note dari brand lain yang biasanya hanya menunjukkan ukuran layar phablet. Para noter’s sebelumnya yang sudah fasih menggunakan S-pen di Galaxy Note5 akan menemukan S-pen yang baru memiliki beberapa peningkatan signifikan, seperti pressure sensor yang sekarang 2x lipat lebih baik, di angka 4096, dan ujung pena yang 60% lebih kecil, menjadi hanya 0.7mm (sebelumnya 1.6mm), lebih mirip ujung pena yang tajam.
Dengan pressure sensor yang baru, kita seperti menggunakan pena atau pensil sungguhan, dimana garis akan terbentuk tipis dengan warna tipis jika tidak ditekan, dan akan lebih lebar dan jelas warnanya saat lebih ditekan. Seperti ujung pensil yang bisa kita gunakan bagian ujung dan bagian sisinya saat ditidurkan, demikian juga S-pen yang baru, sedikit direbahkan akan menghasilkan goresan yang berbeda. Seperti biasa layar bisa membedakan mana jari tangan dan mana ujung S-pen, sehingga seperti kita menulis di atas kertas sementara sebagian tangan ada di atas kertas, demikian juga tangan di atas layar saat kita menulis dengan S-pen tidak akan mengganggu atau membuat bekas/garis.
Dalam 7 tahun ini, dibanding Galaxy Note seri pertama, kepekaan S-pen sudah berlipat 16 kali nya, dan sekarang S-pen juga dibuat tahan air. Mengimbangi body Galaxy Note8 yang tahan air, S-pen yang tahan air dapat benar digunakan di dalam air untuk menulis atau mengganti input tangan. Mereka yang selama ini memiliki smartphone tahan air pasti menyadari, ketika smartphone dibawa ke dalam air, layar smartphone seperti disentuh banyak jari, bisa bergerak-gerak sendiri, dan kita tidak bisa melakukan touch input di dalam air. Dengan S-pen, ujung jari yang tidak bisa bekerja pada layar di dalam air bisa digantikan, selain bisa tetap menulis di atas layar, kita juga bisa men-tap layar untuk membuka aplikasi dan melihat data seperti biasa. (credit video to @mrwhosetheboss)
Salah satu kelebihan S-pen tidak pernah harus di charge dan tidak pernah kehabisan baterai, karena memang tidak memiliki baterai. S-pen menggunakan teknologi elektromagnetik, dimana setiap digunakan, lapisan di bawah layar mengirimkan “listrik” untuk disimpan di dalam kapasitor S-pen, seperti teknologi wireless charging. S-pen juga simple karena mempunya silo atau kompartemen di dalam body Galaxy Note, sehingga tidak mudah tercecer dan terpisah. Saat kita lupa memasukkannya, setelah terpisah dalam jarak tertentu, smartphone akan bergetar dan memberitahu bahwa S-pen tidak ada di dalam lubangnya, juga memberitahukan jam terakhir kapan S-pen digunakan.
Saat Galaxy Note awal dibuat, banyak yang berpikir S-pen ini lebih berguna untuk mereka yang kreatif dan memiliki bakat menggambar. Sampai sekarang fungsi S-pen untuk mereka yang berbakat menggambar atau melukis memang semakin baik. dengan mode brush sekarang bisa memimik warna seperti cat air, ketika warna merah bertemu kuning, akan menjadi oranye dengan efek seperti kuas yang digunakan.
Tetapi S-pen sebenarnya lebih umum digunakan untuk produktifitas, dimana untuk kebanyakan orang, menulis hal-hal singkat bisa lebih cepat dibandingkan dengan mengetik, dan dengan bantuan s-pen dalam ketikan pun bisa ditambahkan tulisan atau sketsa. Kesulitan banyak orang dengan smarphone adalah memberikan anotasi, misal melingkari bagian dari dokumen yang salah, memberi tanda pada gambar, memberi petunjuk pada peta, dan lain sebagainya, yang bisa sangat terbantu dengan kehadiran S-pen, termasuk untuk menandatangani sebuah dokumen dalam format pdf. Banyak pekerjaan-pekerjaan yang bisa lebih cepat dan mudah diselesaikan dengan bantuan S-pen.
Tetapi dalam perkembangan Galaxy Note, terlihat juga kalau device ini yang dulunya lebih ditekankan untuk kaum pekerja kantoran, artis seni, dan mereka yang bergerak di bidang kreatif, dengan bantuan berbagai fitur S-pen, sekarang melebar kepada golongan kaum awam dan anak-anak muda bahkan millenials. Ini terlihat dari fungsi S-pen kini melebihi fungsi sketsa dan menulis, dengan ditambahkannya beberapa fitur baru di air command, yang sekarang bisa manampung 10 fitur yang paling sering kita gunakan, yang bisa diputar seperti carousel, diantaranya:
Translate, dengan hovering (meletakkan ujung S-pen di atas layar tanpa menyentuh) di atas kalimat bahasa lain untuk langsung mendapat terjemahannya yang sudah meliputi 71 bahasa, bahkan jika dalam kalimat tersebut terdapat angka nilai mata uang, akan langsung di konversi ke mata uang terjemahan, sangat memudahkan dibanding secara manual menghitung lagi dengan kalkulator atau menggunakan google search.
Magnify, seringkali ada bagian dari website atau portal berita yang tidak bisa kita zoom in atau zoom out, bahkan ada beberapa portal web yang tidak mobile friendly sehingga menampilkan tulisan yang terlalu kecil. Magnify dengan hovering S-pen diatas tulisan tersebut sangat membantu untuk membaca dengan besaran yang bisa kita sesuaikan, termasuk untuk melihat gambar atau grafis yang terlalu kecil di web. Kita bisa menggunakan kaca pembesar ini juga pada map atau bahkan untuk membaca komik.
Live Message, fungsi S-pen terbaru ini menarik, di atas kertas kosong atau di atas foto, kita bisa menulis atau menggambar yang kemudian setiap goresannya akan direkam (maksimum 15 detik) dan diubah menjadi animasi GIF yang bisa di share ke banyak aplikasi seperti WA, Telegram, FB, dll. Goresan ini bisa ditentukan tebal dan warnanya termasuk efek, apakah standar, glow atau sparkle. Selain untuk membuat pesan menarik, fungsi ini juga bisa digunakan untuk memberikan anotasi yang berurutan. Fitur ini bisa dikembangkan sesuai kreativitas kita.
Smart Select, fitur ini cara paling cepat untuk meng-crop gambar dan bisa langsung dibagikan, di save, atau diolah terlebih dahulu. Menggunakan S-pen di Galaxy Note jauh lebih mudah dibanding belajar photoshop, termasuk untuk mengedit dan memanipulasi gambar/foto dengan cepat. Smart Select ini selain bisa meng-crop gambar dalam bentuk kotak atau lingkaran, bisa juga menggunakan lasso dengan mengikuti pola gambar dengan menyusuri tepinya dengan S-pen. Fitur smart select lain yang berguna adalah GIF animation, dimana kita bisa “mengcopy” video yang sedang berjalan dan menjadikannya animasi GIF dalam waktu maks 15 detik, dengan 2 macam kualitas, high atau normal.
Fungsi S-pen lain yang diandalkan di Galaxy Note8 adalah screen off memo. Berulangkali kita senantiasa mencari kertas dan pena untuk mencatat hal penting dengan cepat, dan fungsi ini diakomodir Galaxy Note8 dengan screen-off memo, cukup cabut pena, dalam keadaan layar mati kita bisa menulis di atasnya, yang sekarang di expand hingga bisa 100 halaman. Screen-off memo bisa dilakukan dengan cepat tanpa perlu kita harus menyalakan smartphone, memasukkan pin atau sidik jari, membuka aplikasi note, dan baru menulis. Pada Galaxy Note yang dulu, fungsi ini selain hanya satu halaman, hanya bisa diaktifkan dengan mengeluarkan S-pen dari silo nya. Ketika ingin menulis hal lain di layar, harus memasukkan S-pen dan mengeluarkannya lagi untuk mengaktifkan fungsi screen-off memo. Repotnya terkadang sehabis menulis, pengguna Galaxy Note mungkin meletakkan S-pen diatas meja atau masih memegangnya. Di Galaxy Note8, fungsi ini screen-off memo selain bisa diaktifkan dengan mengeluarkan S-pen dari lubangnya, juga dengan menekan tombol samping S-pen. Tombol yang sama juga bisa digunakan untuk menghapus tulisan yang salah dengan menekan dan menahannya, kemudian menggerakkan S-pen di atas tulisan yang salah. Untuk catatan yang penting, screen off memo ini bisa kita pin ke AOD (Always On Display), sehingga saat smartphone mati pun, screen AOD menampilkan catatan tersebut agar kita tidak terlewat.
Pada GalaxyNote8, aplikasi seperti PenUp yang sebenarnya sudah ada, ditonjolkan lagi. Ini untuk para kreator yang sering menggambar dengan S-pen dan membagikannya ke para pengguna PenUp, seperti kita membagikan foto atau video ke instagram. Kali ini ada pada PenUp ini ada bagian coloring. Ingat beberapa saat yang lalu, kita mendapati di toko-toko buku ada buku mewarnai untuk orang dewasa dan menjadi hype, karena ternyata bukan anak-anak saja yang gemar mewarnai. Banyak orang dewasa menyukai buku mewarnai dengan gambar-gambar yang lebih kompleks yang walau intinya sama mewarnai, biasanya objeknya berbeda dengan buku mewarnai anak-anak. Kabarnya proses ini sebagai bagian dari refreshing untuk orang dewasa. Di menu coloring PenUp ini, kita akan menemui berbagai gambar untuk diwarnai yang cocok dengan orang dewasa. Enaknya mewarnai digital ini tidak perlu merepotkan kita membawa buku dan beragam alat mewarnai, dengan sebuah s-pen kita bisa memilih apakah akan menggunakan pensil warna, spidol, cat air, dan lain sebagainya. Saat kita melakukan kesalahan, dengan mudah bisa dihapus dan diulang. Hal yang sepertinya sederhana, tetapi saya percaya, para pemilik Galaxy Note8 akan menyukai PenUp coloring ini untuk mengisi waktu dan refreshing.
Dalam rentang 7 tahun perkembangannya, selain ada fitur yang ditambah, ada juga fitur S-pen yang tidak disertakan lagi, karena sudah tergantikan oleh fitur yang lebih baru maupun fitur tersebut dianggap sudah tidak lagi diperlukan. Bicara fitur S-pen yang sudah demikian lama dikembangkan tidak akan ada habisnya, sehingga seringkali pengguna Galaxy Note yang sudah fasih menggunakannya sekalipun, terkadang masih menemukan kegunaan S-pen yang lain. Walau jari kita memang alat sentuh yang ajaib (ehm..), tetapi karena ukuran jari kita yang besar, seringkali membuat kesulitan untuk jatuh tepat di titik tertentu layar yang terbatas besarnya, misal saat mengedit video, mengedit gambar, dan lain sebagainya, dimana S-pen hadir sebagai alat bantu yang lebih presisi.
Dual Camera
Samsung, brand besar yang termasuk terakhir masuk ke arena dual camera, dimana banyak brand sudah menelurkan puluhan tipe smartphone dengan kombinasi dual camera, dan Galaxy Note8 menjadi smartphone pertama yang menggunakan dual camera. Saat ini rata-rata ada 3 kategori yang digunakan untuk kombinasi dual camera, pertama lensa standar dan lensa black and white, kedua lensa standar dan lensa ultra wide, ketiga lensa standar dan lensa telephoto. Samsung mengambil kombinasi yang terakhir untuk dual camera di Galaxy Note8, satu lensa standar 12 MP f/1.7 dengan lensa 26mm dan sensor 1/2.55” , dan satu lagi lensa telephoto 12 MP f/2.4 dengan lensa 52mm dan sensor 1/3.6”.
Lensa telephoto ini memberikan pembesaran 2x optikal. Sudah banyak smartphone yang menggunakan kombinasi lensa standar dan telephoto, termasuk iPhone 7plus, bedanya kebanyakan hanya menempatkan OIS (Optical Image Stabilization) hanya pada lensa standar, atau bahkan tidak ada sama sekali. Pada Galaxy Note8 kedua kameranya, baik yang berlensa standar dan lensa telephoto, memiliki OIS. Galaxy Note8 menjadi smartphone pertama yang menggunakan kombinasi dual camera dengan dual OIS. Kalau kita pernah mencoba kamera dengan zoom optical yang besar, semakin besar zoom kamera digunakan, sedikit saja goyangan, terasa sangat besar efeknya pada objek foto. Untuk bisa mendapatkan gambar yang tetap fokus saat pembesaran, langkah penggunaan OIS pada kamera telephoto ini dirasa tepat.
Dalam percakapan dengan Jin Seo yang turut dalam perancangan Galaxy Note8, ditanyakan juga mengapa Samsung baru kali ini mengeluarkan smartphone dengan dual camera, dan mengapa memilih kombinasi dengan telephoto. Menurutnya, sebenarnya Samsung sudah lama di labnya mengembangkan teknologi dual camera, tetapi mereka membutuhkan waktu untuk “mengasahnya” dan mendapatkan hasil dual kamera yang terbaik, baik dari sisi hardware dan software. Mereka melakukan survey dan pengumpulan data, apa yang paling diinginkan pengguna dari dual camera, dan mendapati kalau kombinasi dengan telephoto menjadi yang paling diminati.
Jangan membayangkan bahwa telephoto ini seperti kamera DSLR dimana lensa bergerak maju mundur untuk melakukan zoom. Telephoto ini lebih karena sifat lensa yang digunakan sendiri, focal length 52mm, yang berarti jarak antara sensor kamera dan lensa yang lebih panjang, sehingga objek terlihat lebih dekat, dengan cakupan area lebih terbatas. Dibandingkan lensa standarnya dengan focal length 26mm, maka lensa telephoto akan memberikan pembesaran optical 2x.
Berbeda dengan pembesaran digital yang merupakan blow-up pixel dari lensa standar, sehingga semakin besar semakin blur, telephoto memberikan besaran optikal yang asli dan tetap tajam.
Selain digunakan untuk mendapatkan pembesaran 2x, telephoto ini menurut pengamatan saya kombinasi terbaik untuk menghasilkan foto potrait dengan efek bokeh. Focal length lensa yang berbeda mudah membedakan mana objek di depan dan mana background. Samsung menamakan foto potrait ini dengan istilah Live Focus. Live focus memudahkan pengguna untuk mengambil foto potrait dengan efek bokeh yang bisa di set levelnya saat itu juga dengan slider, dari minimum hingga maksimum sesuai seleranya. Kemampuan live ini tidak mudah diterapkan untuk semua smartphone karena membutuhkan SoC yang powerful dengan ISP (Image Signal Processor) dan DSP (Digital Signal Processor) yang mumpuni.
Tapi kita sadar terkadang setelah foto potrait kita ambil, setiap orang punya persepsi yang berbeda soal bokeh atau background blur. Ada yang menyukai bokeh maksimum dengan background benar-benar blur, ada yang menganggap bokeh tersebut berlebihan hingga foto potrait seperti tempelan. Bagusnya walau foto live focus sudah diambil, pada hasilnya kita masih bisa membuat lagi perubahan untuk mengatur bokeh, jadi kita tidak pernah takut salah dan harus mengulang moment untuk mendapatkan tingkat bokeh yang dirasa pas. Kapan saja kita bisa kembali ke hasil foto dan menyetelnya ulang.
Pada live focus, ada pilihan untuk selalu menyimpan foto dari dual camera, baik foto dengan telephoto dan lensa wide standar. Fitur ini menarik untuk mereka yang sulit menetapkan apakah foto yang akan diambil bagus menggunakan telephoto atau lensa standar, karena kedua hasilnya nanti tersimpan. Keunggulan foto potrait (live focus) pada Galaxy Note8 dibanding smartphone lain, selain bisa di-adjust ulang hasilnya nanti, juga tetap memiliki gambar asli telephoto dan lensa standar. Untuk mereka yang melakukan dokumentasi acara, atau sedang pergi jalan-jalan, yang kadang foto-foto harus diambil cepat-cepat, live focus ini pilihan termudah untuk mendapatkan hasil foto terbaik dengan cepat, karena nanti bokehnya bisa di-adjust ulang, bisa dipilih mana moment terbaik, apakah hasil dengan lensa telephoto yang mengedepankan object, atau hasil dengan lensa standar yang memiliki area cakupan foto yang lebih besar, hanya dalam satu jepretan foto.
Live focus tidak selalu bisa jalan di semua kondisi, dan kita akan mendapat notifikasi nya, live focus available berwarna kuning menandakan kita bisa mengambil foto dengan live focus, dan tulisan putih mendakan live focus tidak bisa diambil. Kalau diperhatikan, pencahayaan dan komposisi object menjadi faktor apakah live focus available atau tidak. Pada saat temaram, live focus lebih sulit didapat dibanding cahaya terang. Saat kita ingin memotret objek dengan live focus dan petunjuk di smartphone mengatakan tidak available, belum tentu live focus tidak bisa diambil. Geser sedikit posisi, hadapkan smartphone ke bawah dan angkat lagi ke object untuk metering ulang, dan live focus seringkali bisa diambil.
Dalam kondisi cahaya mencukupi, hampir kebanyakan live focus selalu available. Tetapi bisa saja jika live focus kadang tidak available karena device yang saya gunakan memang masih pre-release software. Kemungkinan akan lebih sempurna saat sudah menjadi produk resmi yang dijual ke konsumen.
Foto potrait bokeh atau live focus memang lebih menyenangkan untuk dilihat, terlihat lebih profesional dibanding foto potrait biasa. Ada element lebih artistik di sana. Saya percaya nanti pengguna Galaxy Note8 akan tiba-tiba menjadi senang difoto atau memfoto orang dengan fitur ini.
Keputusan Samsung untuk membenamkan OIS di kedua kamera sepertinya tepat, saya coba membandingkan hasilnya, potongan antara objek depan dan belakang yang dibeberapa smartphone lain yang menggunakan konfigurasi yang sama sedikit blur di bagian tepi, pada Galaxy Note8 terlihat jelas dan rapi. Karena live focus pasti mengaktifkan kamera telephoto, OIS ini juga membuat gambar yang diambil terlihat lebih fokus dan tajam. Ini 2 contoh yang saya ambil dari Youtuber reviewer untuk memberikan gambaran pendapat mereka yang sama (credit to Supersaf dan Mrwhosetheboss)
Live focus ini juga menarik untuk digunakan sebagai foto produk, dengan blur maksimum membuat produk akan terlihat lebih stand out. Begitupula saat merekam video sambil bergerak berjalan, ketika icon 2x ditekan dan gambar menjadi zoom, tidak terjadi guncangan dan video tetap steady. Tergantung juga dengan kondisi pemotretan, kadang live focus ini juga tidak sempurna 100%, karena bagaimanapun pada smartphone efek bokeh ini didapat dari algoritma software, berbeda dengan DSLR yang memang berdasarkan lensa. Jadi terkadang dalam sedikit foto, saat di blow up, kita kemungkinan menemukan bagian kecil yang harusnya bokeh, terlihat masih fokus.
Kemudian saya berpikir, apa sih kelebihan konfigurasi telephoto untuk foto sehari-hari dibandingkan ultra wide angle, mana sih yang lebih akan sering digunakan? Wide angle akan baik untuk foto di dalam ruangan yang sempit , foto bangunan arsitektur yang lebih lengkap dalam jarak yang terbatas. Hanya saja pada wide angle menyisakan sedikit distorsi di bagian ujung, yang biasanya sedikit terlihat melengkung. Apa yang bisa dilakukan Galaxy Note8 dengan kondisi ini? Semenjak Galaxy S8, saya menemukan ada yang spesial dengan fitur foto panorama-nya, sangat mudah digunakan dengan menggerakkan kemera baik ke arah horisontal maupun vertikal, baik kamera dalam posisi landscape maupun potrait dan stitching-nya sangat baik. Di Galaxy Note8 foto panorama terasa lebih mudah lagi, bisa dibuat dengan gerakan tangan yang cepat. Beberapa kali saya mencoba menggunakan mode ini untuk mengakali foto bangunan arsitetur yang terlalu dekat jaraknya untuk diambil utuh, atau terlalu tinggi, atau foto di dalam kamar yang tidak bisa didapat lebih utuh hasilnya hanya dengan satu jepretan. Ketika saya mencoba kembali menggunakan Galaxy Note5 untuk mengambil foto panorama, terasa lebih mudah naik turun gambarnya tidak semulus dan secepat kita menggerakkannya di Galaxy Note8. Untuk melihat kualitas foto panorama yang baik, salah satu caranya bisa kita coba di pinggir laut, karena saat smartphone bergerak, demikian juga ombak laut. Foto panorama dengan jahitan yang baik, akan membuat ombak atau gelombang terlihat natural dan tidak terputus.
Saat berkeliling mencoba kamera Galaxy Note8 ke taman Central Park dan Liberty Island NY, tempat yang sama yang saya pernah kunjungi juga 2 tahun yang lalu ketika mencoba Galaxy Note5, ada beberapa bagian foto yang dulu tidak bisa saya tangkap dengan baik. Misalnya di Central Park banyak burung dan tupai berkeliaran, ketika kita hendak memotretnya lebih dekat, mereka pasti kabur. Dengan 2x pembesaran optikal, ada jarak yang bisa kita jaga supaya mereka tidak merasa terusik. Ada juga bagian taman yang ditengahnya ada kolam dengan patung malaikat di atasnya, area yang menurun ini menarik untuk difoto dari atas, tetapi dengan kamera standar hasil fotonya sangat lebar, sehingga gambar kita sulit bicara ingin fokus kebagian mana. Dengan pembesaran 2x ini area tersebut bisa bisa lebih fokus ke bagian kolam. Demikian juga pembesaran 2x optikal ini terasa berguna untuk foto-foto candid tanpa terlalu dekat dan mengusik objek foto, sehingga foto yang dihasilkan terlihat lebih natural.
Di Liberty Island begitu mudah kita membuat foto panorama atau landscape karena area ini terbuka dan luas. Dari pulau ini kita bisa memandang landscape kota New York dengan pencakar langitnya. Kita pasti ingin mengabadikan kota New York, sayangnya dengan kamera standar, kota ini akan terlihat jauh. Dengan pembesaran 2x optical, panorama yang kita dapat akan terlihat lebih dekat dan detail. Demikian juga dengan patung Liberty, foto dari jauhnya sudah saya dapatkan 2 tahun lalu dengan Galaxy Note5, tetapi saya selalu berharap memiliki foto yang lebih dekat, lengakap dengan detailnya, dan Galaxy Note8 ternyata bisa memberikan hasilnya. Pada Galaxy Note8 kita juga bisa mengubah instan ukuran rasio foto sepenuh ukuran layar, 18.5:9 , tanpa harus masuk ke setting dan bisa kembali ke rasio standar dengan cepat. Rasio ini walau sebenarnya hasil cropping, menyenangkan untuk mengambil foto landscape dan foto vertikal yang tinggi, yang bisa memenuhi layar.
Rasanya tepat juga Samsung memilih kombinasi konfigurasi dual camera menggunakan telephoto lense, karena untuk konfiguras lensa ultra wide, bisa dikompensasi dengan fitur panorama, walaupun pengambilan gambarnya tidak bisa secepat konfigurasi dual camera dengan lensa ultra wide. Untuk kamera dengan konfigurasi lensa standar dan lensa dengan sensor B&W, lebih ditujukan untuk mendapatkan gambar dengan kontras yang baik dan membantu dalam low light photo. Flagship smartphone Samsung sendiri di tahun akhir-akhir ini dikenal sebagai salah satu smartphone dengan kemampuan foto lowlight yang paling mumpuni. Teknologi kamera terakhirnya, selain memiliki aperture yang besar, setiap jepretan sebenarnya mengambil 3 foto dengan kontras yang berbeda, kemudian menyatukan hasilnya menjadi satu gambar dengan kontras yang baik, pencahayaan yang cukup, dan noise yang terkendali. Begitu juga di Galaxy Note8, hasil foto lowlight nya senantiasa menghasilkan kecerahan rata-rata malah di atas kemampuan mata kita. Apa yang kita lihat lebih temaram dengan mata langsung, akan terlihat lebih terang pada kamera Galaxy Note8, tanpa kehilangan ambient (suasana) cahaya di lokasi tersebut, misal cahaya kekuningan di cafe yang termaram, penerangan lampu jalan, dan lain sebagainya. Jadi secara teknis, konfigurasi dual camera dengan telephoto ini yang bisa menambah kemampuan rata-rata kamera flagship Samsung yang sudah baik, menjadi lebih baik dan lengkap.
Fitur kamera andalan Samsung yang masih diteruskan di Galaxy Note8 adalah mode food, dengan mode ini jika kita memfoto makanan, akan terlihat lebih profesional karena bisa menangkap bagian makanan yang di hi-lite tajam dan membuat sisanya lebih blur, digabungkan dengan tone warna yang lebih pop up, yang tingkat warm nya bisa kita atur. Ini perbandingan antara mode food dan mode standar. Mana yang lebih terlihat enak?
Aperture f/1.7 yang besar juga membantu untuk menghasilkan foto macro dengan depth of field yang baik. Di Galaxy Note8 kita bisa cukup dekat menempatkan kamera dengan objek foto.
Untuk mereka yang terbiasa dengan kamera profesional, bisa mengandalkan mode Pro, dimana kita bisa mengatur manual ISO, shutter speed, jarak fokus, white balance dan Exposure Value, bahkan menyimpan hasil gambar dalam format RAW, untuk lebih bebas mengedit nanti.
Video juga menjadi bagian yang sangat digemari sekarang seiring mudahnya kita berbagi konten baik di media sosial maupun Youtube, atau sekedar menyimpan kenangan digital. Galaxy Note8 menggunakan mode fokus cepat yang dinamai dual pixel autofocus, selain cepat untuk berpindah foto, mode fokus ini terasa berguna sekali untuk merekam video. Seringkali kita melihat lambatnya fokus berpindah ketika kita shooting video menggunakan smartphone yang bergerak, apalagi ketika berbeda pencahayaan misal dari gelap ke terang yang cukup ekstrim, seringkali meninggalkan jejak potongan video yang gelap atau tidak fokus yang cukup mengganggu. Dual pixel focus meniadakan masalah ini. Saat memasangkan Galaxy Note8 dengan gimbal seperti DJI Osmo mobile yang menyertakan aplikasi tersendiri untuk foto dan video, saya jarang menggunakan aplikasi bawaan tersebut karena tidak bisa mengoptimalkan kemampuan kamera Galaxy Note8. Hasil tangkapan aplikasi DJI video kecerahannya lebih rendah dan lebih lambatnya fokus berpindah. Saya lebih memilih aplikasi video standar bawaan Galaxy Note8 walau tidak bisa secara penuh dikendalikan dari tombol-tombol yang ada di gimbal.
Sebenarnya hampir tidak butuh menggunakan gimbal tambahan kalau kita tidak dalam kondisi bergerak yang ekstrim, karena video yang direkam walau dalam format 4K sekalipun, sudah terlihat steady karena gabungan OIS dan EIS (Electronic Image Stabilization) yang bisa diaktifkan dalam mode video. Jika kita perhatikan video-video perbandingan di Youtube, apalagi yang dibuat oleh @SuperSaf, senantiasa terlihat juga suara perekaman di Galaxy flagship senantiasa terdengar lebih jelas dan jernih, karena kesanggupannya merekam dalam format stereo. Pengguna video juga bisa menambahkan mode slow motion hingga 240 fps dan hyperlapse untuk konten videonya, yang sekaligus bisa digunakan sebagai time-lapse.
Untuk kamera depan sendiri, masih sama dengan Galaxy S8, 8MP f/1.7 dengan autofocus. Autofocus ini yang membedakan hasil foto selfie dengan kebanyakan kamera lain, karena bisa mengenali jarak antara kamera dan muka, dan otomatis fokus pada muka baik selfie maupun wefie, termasuk fungsi HDR agar baik muka dan latar belakang tetap terlihat jelas. Walaupun tidak se-superior kamera belakang untuk mengambil foto di tempat temaram, tetapi kamera depan ini setingkat diatas kamera depan smartphone kebanyakan.
Yang harus diperhatikan adalah kebersihan gorilla glass di depan kamera depan, bersihkan sebelum mengambil selfie, karena gorilla glass 5 dibagian depan lebih mudah memiliki tapak buram bekas jari tangan.
Mungkin ada yang mengira-ngira, apakah dengan dual camera yang baru Samsung membenamkan sensor baru? Untuk kamera belakang standar dan kamera depan tidak, sensornya tetap sama dengan Galaxy S8, sensor kamera buatan Samsung ISOCELL, masing-masing dengan kode SLSI_S5K2L2_FIMC_IS untuk kamera utama, dan SLSI_S5K3H1_FIMC_IS untuk kamera depan. Untuk kamera telephotonya sendiri sepertinya menggunakan sensor yang baru, yang belum bisa dibaca aplikasi pembaca hardware yang ada.
Performa
Secara umum performa, tidak ada yang perlu diragukan dengan Galaxy Note8, sejajar dengan smartphone-smartphone flagship lain dengan spesifikasi yang mirip. Selain dual camera, ini flagship Samsung global pertama yang memiliki RAM 6GB, setelah dari 2 tahun lalu semenjak Galaxy Note5 bertahan dengan RAM 4GB. Untuk produk lain di Indonesia, sebenarnya Samsung sudah memiliki smartphone mid-hi end dengan RAM 6GB di C9 Pro. Perbedaannya RAM 6GB di Galaxy Note8 memang di desain sesuai kebutuhan, sedangkan di C9 Pro yang diutamakan untuk dipasarkan di negara China, lebih diutamakan untuk bersaing dengan brand China, yang saling beradu membesarkan kapasitas RAM.
Besaran RAM ini mulai dibangun di masyarakat sebagai “image”, seperti megapixel pada kamera, semakin besar RAM semakin membuat smartphone cepat, walaupun sebenarnya pada prakteknya bukan seperti itu. Yang lebih benar adalah kapasitas RAM yang optimal, karena sisa RAM besar yang tidak digunakan malah tidak ada gunanya, dan aplikasi yang selalu parkir di RAM tidak ditutup dan selalu update, malah memboroskan baterai. Kalau dalam test RAM seperti yang banyak divideokan di Youtube, dengan membuka banyak aplikasi dan game-game besar untuk menunjukkan keunggulan RAM besar, sebaiknya kita berpikir juga apakah mungkin dalam waktu yang bersamaan kita akan bermain 5 macam game besar bergantian di smartphone? RAM lebih baik optimal, jadi dihitung dari banyaknya aplikasi yang akan diloading sebagai bagian sistem di awal, dan sisa yang disiapkan yang bisa mengakomodir kebutuhan kebanyakan orang
RAM 6GB di Galaxy Note8 dirasa pantas, karena secara beban aplikasi yang harus loading dan selalu berjalan di sistem, Note8 ini memerlukan lebih banyak RAM, untuk S-pen, untuk setting layar, untuk UI, untuk setting security lock, untuk Bixby , aplikasi Notes, Gear VR, DeX, AOD, edge display, dan banyak lagi. Belum lagi kebutuhan untuk menjalankan 2 aplikasi secara bersamaan dengan ditambahnya fitur Apps Pair.
Untuk prosesor Samsung tetap memberlakukan 2 macam prosesor, Snapdragon 835 untuk pasar Amerika, dan pasar lainnya menggunakan Exynos 8895, termasuk Indonesia. Kedua prosesor ini sudah menggunakan fabrikasi terbaru 10nm, dan keduanya dibuat dipabrikan chip Samsung. Memang banyak pengguna meributkan mana dari dua prosesor ini yang lebih baik. Lucunya orang kita yang lebih sering mendengar brand Snapdragon, berpikir bahwa prosesor ini lebih superior. Tetapi orang Amerika sendiri, berpikir bahwa mereka mendapatkan prosesor yang lebih inferior karena terlihat sering kalah dalam adu kecepatan yang dilakukan Youtubers. Dasar sebenarnya digunakan Snapdragon untuk pasar Amerika adalah kesesuaian band dengan operator di sana, apalagi operator CDMA masih kuat di sana. Seperti kita ketahui, Qualcomm memiliki banyak paten 4G LTE, dan ini membuatnya lebih sesuai dengan coverage operator di Amerika.
Dari hasil uji, kedua tipe prosesor ini sebenarnya mirip secara kinerja keseluruhan, memang masing-masing memiliki kekurangan dan kelebihan. Kadang justifikasi kita hanya berdasarkan hasil angka benchmark. Angka benchmark ini terkadang hanya memberikan loading yang besar dan menghitung seberapa cepat bisa dikerjakan oleh chip smartphone. Padahal chip sekarang bisa bekerja dengan cara yang berbeda untuk hasil yang optimal sesuai bebannya, seperti mampu menjalankan setiap core secara individual sesuai task kita sehari-hari saat menggunakan smartphone, dan setiap orang memiliki kebiasaan yang bisa berbeda-beda.
Untuk mereka yang tetap penasaran dengan nilai benchmark, Galaxy Note8 memiliki angka yang tidak terlalu berbeda dengan Galaxy S8, karena memang SoC nya sama. Walau bukan angka yang paling tinggi diantara hi-end smartphone yang menggunakan prosesor sejenis, angka ini sudah masuk jajaran paling atas sekarang. Hampir semua aplikasi mudah dijalankan dengan baik. Dikatakan hampir, karena bisa saja ada beberapa game atau aplikasi yang jalan tidak terlalu mulus, bukan disebabkan karena SoC nya tidak sanggup, tetapi lebih ke developer gamenya yang belum mengoptimalkan penggunaan GPU type baru seperti yang didukung Samsung, Mali G71, di chip Exynoss 8895.
Memang ada yang bertanya, mengapa prosesor sama tetapi hasil score benchmark bisa beda? Tinggal dilihat saja, kalau smartphone tidak di pump up saat tahu aplikasi benchmark sedang dijalankan, perhatikan saja clock prosesor yang di set. Kalau dilihat, Samsung menggunakan clock prosesor sedikit lebih rendah untuk SoC yang sama, karena clock yang terlalu tinggi juga sedikit manfaatnya saat benar digunakan, lebih menghasilkan panas berlebih dan mudah throttle (menurunkan kecepatan karena overheat) dan tidak nyaman digenggam. Untuk mengatisipasi panas berlebih, Galaxy Note8 juga memasung heat pipe khusus yang langsung tersambung ke permukaan SoC untuk menjaga kinierja prosesor tidak mudah overheat. Jika kita iseng membandingkan dengan kecepatan Galaxy Note pertama kali release 6 tahun lalu, Galaxy Note8 secara angka benchmark, sudah 12 kali lipat lebih kencang.
Dulu Samsung saya perhatikan juga peduli dengan angka benchmark, tetapi sekarang sepertinya tidak lagi. Lebih memperhatikan fitur yang dianggap bisa lebih menambah user experience, dan sudah berpikir sebagai smartphone plus, maksudnya bukan sekedar smartphone saja, tetapi bisa menjadi perangkat yang lebih dari sekedar smartphone, misalnya dengan melengkapinya dengan DeX untuk menjadi Desktop PC, experience yang terus ditingkatkan dengan VR, termasuk menyediakan kontennya melalui kerjasama dengan banyak pihak, kamera 360, dan terkoneksi dengan banyak perangkat lain, mulai smartwatch hingga peralatan rumah tangga.
Pertanyaan terakhir bagaimana dengan baterainya? Banyak orang mengkawatirkan, sementara layar bertambah besar, kelengkapan fitur semakin komplit, tetapi mengapa GalaxyNote8 malah memiliki baterai “hanya” 3300 mAh? Ini angka yang lebih kecil dibanding Galaxy S8+ dengan baterai 3500 mAh. Sayangnya untuk menguji daya tahan baterai, dibutuhkan waktu yang tidak sedikit dan saya belum sempat melakukannya. Tetapi sebagai referensi, beberapa youtubers sudah mencoba menguji daya tahan baterainya dibanding smartphone lain termasuk Galaxy S8+ dengan baterai yang lebih besar, ternyata Galaxy Note8 lebih optimize dan irit. Salah satu link test nya bisa dilihat di sini: Test Ketahanan Baterai
Penutup
Galaxy Note8 saat ini menjadi smartphone modern yang paling lengkap yang bisa kita ditemui di pasaran, dalam artian smartphone flagship dengan format desain baru yang bezel-less dengan kelengkapan fitur baik dari sisi hardware dan software. Tahan air dan debu IP68, fast charging, wireless charging, dual camera dengan dual OIS, kamera depan autofocus, layar WQHD+ dengan kualitas terbaik yang sudah support HDR dengan brightness dan kontras tertinggi, pelindung gorilla glass 5, dukungan Vulkan API, gigabit LTE + WiFi, prosesor hi-end terbaru, RAM besar, security terlengkap dari fingerprint sensor hingga iris scanner, audio 32 bit dengan earphone berkelas AKG, dual SIM/SDcard, asisten artificial intelligence Bixby, cahsless payment system support NFC dan MST, Google Daydream VR support, heart rate sensor, dan sebuah pena digital S-pen dengan segudang fitur. Samsung sepertinya all-out dengan Galaxy Note8, untuk mempertahankan diri tetap berada di jajaran puncak sebagai pembuat smartphone dengan inovasi terdepan.
Sulit mencari lagi padanan smartphone lain dengan kelengkapan seperti itu. Bisa saja orang menyoal harganya yang premium dan membandingkannya dengan smartphone dengan chipset yang sama dan harga mungkin hanya setengahnya. Tetapi kalau kita mau membandingkannya komplit, harga setengahnya juga dengan kelengkapan yang setengah juga.
Untuk para Noter’s, saya mudah mengatakan Galaxy Note8 adalah seri Galaxy Note terbaik sampai saat ini, mereka yang happy dengan kemampuang Galaxy Note5, kehilangan kesempatan memiliki Galaxy Note7, akan sangat terhibur dan menyukai Galaxy Note8.
Untuk para penggemar smartphone yang senantiasa mencari device terbaik, secara kualitas dan kelengkapan, Galaxy Note8 sangat layak menjadi kandidat terbaik saat ini. Sedikit saja rajin mengeluarkan S-pen dan mulai eksplorasi kegunaannya, walau mungkin tidak pernah tertarik membuat sketsa dengannya, mungkin saja anda akan segera bergabung degan barisan para Noter’s.
as usual, keren review nya. 🙂
Thank’s berat Oom Sony 🙂
Om Lucky kok ga bahas Kapasitas Memory Internal yang versi Pre Order di Indonesia dapat jatah berapa GB ya ? 32,64,128 atau lebih… jd penasaran om
Sorry late response, Indonesia kebagian 64GB, biasanya nanti, mungkin tahun depan akan release edisi khusus dengan warna khusus dan internal lebih besar.
Detail banget review nya Om Lucky…
Mantap!
Thank’s Oom, semoga bermanfaat
Powerful review pak. Sangat komprehensif dan sudut pandang yang bagus bagi pengguna maupun calon pengguna device ini.
Buat pecinta latest gadget and hi-tech person should take this phone. And push forward to maximize the usage.
Mantaaaapppp!!!
Thank’s berat sudah mau baca dengan sabar 😀
dream gadget, hopefully own it someday. thanks reviewnya om, malah tambah ngiler jadinyaa
Didoakan semoga nanti punya 🙂
Duh, ini review terlama yang aku baca, mantep banget… Thx ilmunya Mas. Aku jadi paham ada beberapa yang belum kuketahui tapi pas baca ini jadi manggut-manggut.
Hahahaha, terima kasih sudah sabar mau baca sampai habis. Semoga cukup mencerahkan 🙂
Karena lagi ngidam note 8 baru lihat situs ini, dan ini review smartphone versi artikel terlama, terlengkap, dan terbaik yg pernah saya baca