10 GB RAM ! Mengapa Brand Smartphone terus mengejar angka RAM?
Akhir tahun 2008, smartphone android komersial pertama diperkenalkan dengan nama HTC Dream atau T-Mobile G1. Bicara spesifikasi, besaran RAM yang dimiliki 192 MB (0.2 GB RAM), dan internal storage 256 MB.
Sepuluh tahun kemudian, jika kita melihat konfigurasi besaran RAM dan internal storage ini, kita mungkin akan tertawa, sementara sekarang smartphone android dengan RAM 2GB yang 10 kali lipat lebih besar sekalipun, dianggap sudah sangat pas-pas an.
Rata-rata sekarang smartphone hi-end sudah memiliki RAM 6-8 GB, bahkan besaran RAM ini juga sudah dicapai oleh berbagai smartphone mid-end. Sementara di bawahnya RAM 3 GB dan 4 GB, sudah menjadi standar RAM yang umum.
Di tahun 2018 ini kita akan memulai smartphone dengan RAM 10 GB !
Ya, Xiaomi sudah mengumumkan secara resmi bahwa flagship mereka Mi Mix3 akan memiliki varian dengan RAM 10 GB.
Sebelumnya Xiaomi memberi kepastian, sebelumnya kita mungkin sudah mendengar, bahwa brand Oppo dan Vivo pun akan merelease smartphone flagship mereka dengan RAM juga 10 GB.
Kemudian ternyata beberapa hari lalu Xiaomi pada ponsel gaming keduanya, Black Shark Helo, me-release varian dengan RAM 10 GB dan menjadi smartphone android pertama dengan RAM 10 GB.
Banyak dari kita bertanya-tanya, apakah kita sekarang ini membutuhkan RAM sebesar 10 GB?
Apalagi jika kita melihat smartphone android buatan Google sendiri, Pixel 3 dan Pixel 3XL, kelas flagship dengan prosesor hi-end Snapdragon 845, AI (artificial intelligence), dan kamera yang bagus, ternyata RAM nya “masih” 4 GB saja.
Belum lama ini Apple me-release smartphone terbarunya, iPhone Xs dan XsMax, keduanya RAM nya hanya 4 GB. Satu lagi varian iPhone Xr nya, malah masih hanya memiliki RAM 3 GB.
Mungkin saja laptop atau PC yang kita gunakan, kebanyakan masih rata-rata memiliki RAM sebesar 4-8 GB saja.
Pertanyaan yang menarik selain apakah kita membutuhkan RAM sedemikian besar pada smartphone sekarang, mengapa vendor, terutama vendor smartphone dari Tiongkok senantiasa mem-push untuk menghadirkan spesifikasi dengan RAM yang semakin besar?
Pertanyaan ini yang akan coba kita analisa sebelum nantinya pada tulisan berikut secara teknis baru kita bahas apakah smartphone android memang membutuhkan RAM yang sangat besar.
RAM dan Pengertian Konsumen
RAM atau Random Access Memory, bahasa mudahnya seperti jalan besar tempat aplikasi dan datanya berjalan atau running. Setiap kita klik sebuah aplikasi, maka aplikasi akan “dikeluarkan” dari internal storage dan berjalan di RAM.
Kalau RAM seperti jalan yang besar, aplikasi seperti mobil, internal storage ini seperti garasi. Tanpa RAM eksekusi aplikasi akan berjalan lambat, seperti setiap kali aplikasi dijalankan, layaknya mobil harus keluar dulu dari garasi menuju jalan.
Dengan RAM, mobil-mobil atau aplikasi yang sudah dikeluarkan dari garasi, standby di jalan (RAM), dan bisa berjalan kapan saja ketika dibutuhkan dengan cepat. Dengan RAM kita bisa menikmati multitasking yang cepat, berganti-ganti aplikasi dengan cepat seolah tanpa jeda, misal saat browsing bisa sambil mendengar lagu, bisa dengan segera membuka email, mengambil foto, pindah bermain game, menerima telepon dan lain sebagainya. Semua aplikasi yang sudah terbuka dan standby di RAM ini akan segera bisa dieksekusi.
RAM menjadi pilihan untuk tempat menjalankan aplikasi dikarenakan kecepatannya yang tinggi, kecepatannya rata-rata di atas 20 kali kecepatan internal storage.
Dengan kecepatan yang tinggi RAM lebih layak mengimbangi kecepatan proses pengolahan instruksi pada prosesor, dibanding jika prosesor langsung berurusan dengan internal storage.
Idealnya RAM semakin besar, semakin banyak aplikasi bisa standby di RAM, anggap misalnya analogi sederhana dengan RAM 6GB ada 6 mobil (aplikasi) bisa berjajar untuk berjalan pada track nya, dengan 8 GB bisa 8 mobil siap berjalan, dan seterusnya. Sebenarnya anggapan ini pada kenyataannya tidak sepenuhnya benar, tetapi banyak konsumen meyakini hal ini, sehingga keluar anggapan, semakin besar RAM semakin cepat smartphone bekerja. Kita akan membahas lebih jauh masalah teknis bagaimana sebenarnya RAM pada smartphone android bekerja di artikel berikutnya.
Sebagai tambahan, RAM sendiri sama seperti internal storage, memiliki tingkat kecepatan. Umumnya ada 3 macam RAM yang digunakan pada smartphone yang beredar sekarang ini, LPDDR3, LPDDR4 dan LPDDR4x.
RAM dengan LPDDR3 kecepatannya lebih rendah dibanding seri LPDDR4, biasanya RAM seri ini digunakan untuk smartphone mid-end. Untuk smartphone hi-end, menggunakan LPDDR4 atau LPDDR4x, keduanya dalam segi kecepatan sama, huruf x ini lebih kepada penggunaan daya yang lebih efisien.
Ada perbedaan yang mencolok antara Apple dan vendor smartphone Android dalam launching produk barunya. Apple tidak pernah sekalipun dalam presentasi launching iPhone memperlihatkan berapa besaran RAM yang diusung, dan lebih mengarahkan kepada apa yang bisa dilakukan dengan iPhone yang baru.
Sementara itu vendor smartphone android, terutama dari Tiongkok, sangat mengedepankan spesifikasi. Biasanya bertumpu pada prosesor yang digunakan, besaran RAM dan internal storage, baterai, dan kamera.
Secara kecenderungan konsumen antara kedua OS ini akhirnya menjadi berbeda, yang satu tidak terlalu peduli soal spek di dalamnya, yang satu lagi sangat tergila-gila akan spesifikasi.
Hype tentang smartphone RAM besar mendapat sambutan saat Asus pertama kali merelease smartphonenya dengan RAM 4 GB yang disambut banyak wow dari konsumen di tahun 2015. Melihat hal ini banyak brand baru berpikir, RAM besar bisa menjadi salah satu poin menarik, untuk menarik perhatian lebih dari konsumen, sejak itu mulailah era para vendor smartphone memperkenalkan RAM berukuran besar.
Beberapa tahun lalu, besaran RAM bukan salah satu pertanyaan yang diajukan konsumen saat memilih smartphone, tetapi sekarang ini biasanya konsumen akan menanyakan berapa besarnya RAM sebagai salah satu pertimbangan utama untuk memilih smartphone.
Hal ini terjadi karena banyak brand terus menerus menekankan spesifikasi sebagai bahan marketing untuk memikat pelanggan. Sama seperti pengertian pelanggan soal megapixel kamera semakin besar semakin baik terbentuk, demikian pula akhirnya terjadi juga dengan RAM.
Belum lagi, banyak reviewer merekam video Youtube yang mengadu antara 2 smartphone siapa yang tercepat dengan membuka berbagai aplikasi dan memperlihatkan, smartphone mana yang bisa menjaga aplikasi tetap standby di RAM tanpa ditutup. Dengan ini pola pikiran konsumen terbentuk, bahwa RAM harus besar, supaya semua aplikasi bisa stanby di RAM. (Padahal sesungguhnya belum tentu demikian).
Hal ini memang tidak bisa serta merta disalahkan kepada pelanggan, karena untuk mengerti dengan benar setiap fungsi hardware pada smartphone tidak mudah, sehingga besaran angka-angka menjadi penyederhanaan bagi mereka.
Ketika besaran angka spesifikasi bertahun-tahun terus digaungkan, dan saat vendor launching smartphone senantiasa membandingkan spesifikasi, akhirnya terbentuk pola pemikiran konsumen yang menganggap “bisa menebak” mana smartphone yang lebih superior dengan angka-angka tersebut.
Pasar China dan India, dua pasar terbesar smartphone di dunia, konsumennya terbentuk dengan pola membaca spesifikasi ini. Negara-negara Asia lain, termasuk Indonesia, juga sepertinya mulai memiliki konsumen yang pola pikirnya sama.
Jadi ketika vendor merelease smartphone, apalagi smartphone flagship, tanpa angka-angka yang terlihat wow, konsumen mudah menganggapnya tidak memberikan sesuatu yang baru.
Angka-angka ini adalah “inovasi” yang paling murah dibandingkan memperlihatkan inovasi yang dikembangkan lewat R&D yang membutuhkan waktu dan biaya besar.
“Inovasi” yang mudah ini tentu akan segera diikuti oleh berbagai vendor, sehingga akhirnya semua tidak mau mengalah, karena perbedaan RAM 1 dan 2 GB saja bisa menarik konsumen untuk memilih.
Hal ini bisa mengusik brand besar sekalipun seperti Samsung, yang biasanya memberikan spesifikasi sesuai standar device yang diperlukan, dengan dasar pemikiran RAM yang cukup. Bagaimanapun vendor sekelas Samsung yang terkenal dipercaya penuh inovasi, mau tidak mau akhirnya harus menerima pemahaman konsumen, terutama di Tiongkok yang sudah satu pikiran, RAM makin besar makin baik.
Makanya smartphone Samsung yang diluncurkan di negara tersebut biasanya memiliki spesifikasi plus, dengan RAM lebih besar, walaupun secara performa belum tentu memberikan kinerja yang lebih optimal.
Galaxy C9 Pro yang asalnya memang khusus dibuat di negara tersebut menjadi salah satu bukti, bagaimana Samsung akhirnya harus mengalah dan ikut bermain dengan “aturan” yang sama, menghadirkan RAM 6 GB, sementara smartphone Samsung lainnya masih 4 GB.
Sebagai pemilik pabrik chipset yang banyak membuat RAM hi-end, sebenarnya mudah saja kalau kita pikir buat Samsung sekedar menambahkan jumlah RAM kalau menginginkannya. Persaingan smartphone di China yang memang ketat, akhirnya memaksanya untuk ikut dalam perlombaan spesifikasi, yang salah satunya RAM yang besar.
Mahalkah komponen RAM ?
Mari kita lihat, sebenarnya apakah menaikkan jumlah RAM apakah berpengaruh banyak pada harga smartphone.
RAM bukanlah komponen hardware termahal pada smartphone, untuk hi-end smartphone dengan layar OLED, komponen ini biasanya menjadi komponen hardware termahal, biasanya 20% dari harga keseluruhan komponen itu sendiri.
Jika menggunakan layar LCD terbaik sekelas yang digunakan iPhone, komponen layar senilai 14% dari harga keseluruhan, jika tidak sekelas LCD iPhone tentu saja harganya semakin murah.
Komponen kedua termahal pada smartphone hi-end biasanya prosesor atau SoC.
Nah RAM sendiri sekelas LPDDR4 atau LPDDR4x yang digunakan smartphone hi-end nilainya berbeda-beda tergantung besarannya, tetapi kira-kira antara 5% hingga 10% dari harga smartphone.
iPhone X dengan RAM sebesar 3GB diperkirakan harganya $25.5 atau per GB nya $8.5
Sementara jika semakin besar RAM yang digunakan, harga per GB nya bisa lebih murah, misalkan Galaxy S9+ dengan RAM 6 GB harganya $39, atau per GB nya $6.5
Jadi bayangkan jika smartphone flagship sebelumnya sudah menggunakan komponen RAM 8 GB, dan mengupdate versi berikutnya ke 10 GB RAM, kemungkinan hanya menambah biaya sekitar $13 – $17, atau dalam kurs sekarang, 200 – 250 Ribu Rupiah saja.
Untuk lebih jelas kita ambil contoh Xiaomi Black Shark Helo, smartphone android pertama dengan varian RAM 10 GB yang baru saja di release. Ini harganya dalam varian RAM / ROM:
6/128 = 7 Juta Rupiah
8/128 = 7,7 Juta Rupiah
10/256 = 9,2 Juta Rupiah
Secara sederhana jika kita perhatikan, harga Black Shark Helo dari 6 GB ke 8 GB, dengan kapasitas internal storage sama, naik 700 ribu rupiah, sementara biaya penambahan 2 GB RAM “hanya” 200 Ribu Rupiah.
Ditargetkan untuk para gamer, dimana aplikasi game sekarang filenya besar-besar bisa di atas 1 GB, mungkin akan lebih tertarik dengan RAM 10 GB dan Internal Storage besar 256 GB.
Dibanding versi 8/128 GB, ada perbedaan harga 1.5 Juta Rupiah untuk naik ke versi 10/256 GB. Jika tidak ada komponen lain yang ditambah untuk versi tertinggi ini, sebenarnya Xiaomi mendulang lebih banyak keuntungan, karena harga internal storage UFS 2.1 sendiri untuk ukuran 64 GB sekitar $12 saja menurut breakdown Techinside.
Jadi anggap hitungan kasar ongkos menaikkan RAM 2 GB untuk versi tertinggi Black Shark Helo ke 10 GB, 200 ribu rupiah, dan menaikkan 128 GB internal storage kira-kira 360 ribu rupiah. Jadi biaya komponen 560 ribu, sementara harga jual naik 1.5 Juta Rupiah.
Yang terpenting setelah memperhatikan harga komponen, efek pengaruh besaran spesifikasi ini kepada konsumen. 10 GB RAM hampir pasti membuat banyak orang takjub, dan membuat device yang mendukungnya akan terasa menjadi flagship yang ultimate.
Ini harga “inovasi” paling murah, dengan 200 ribu rupiah, bisa mendapatkan reputasi yang jauh lebih tinggi.
Bayangkan jika Apple juga selain bermain di varian kapasitas internal storage iPhone, juga bermain dengan besaran RAM.
Jika hitungan kasar kita benar, iPhone Xs Max dari kapasitas 64 GB ke 512 GB, berbeda harga $350. Jika dipotong biaya komponen untuk menaikkan kapasitas internal storage tersebut, sepertinya Apple “masih” untung lebih sekitar 3 Juta-an rupiah dari setiap orang yang memilih kapasitas 512 GB dibanding 64 GB.
Bayangkan jika Apple juga memberikan varian RAM…, betapa semakin tidak terkejar keuntungan yang didapatnya oleh vendor smartphone lain.
Nah, kira-kira sekarang kita mendapat bayangan kan, mengapa vendor atau brand smartphone android terus mem-push besaran angkar RAM, karena efek marketing jualnya jauh lebih hebat untuk menarik konsumen dibanding harga yang dikeluarkan untuk komponennya, sebagai “inovasi’ yang paling murah.
Betul juga. Kalau saya berpendapat RAM ketinggian kayak 10 GB itu udah hampir mubazir, aplaagi yang 12 GB. Berlebihan. Untuk Android, kalau saya pribadi mau yang nggak lag, sudah cukup pilih yang RAM 6 GB atau 8 GB, cari harga yang menengah kalau kantong nggak sanggup beli ponsel flagship.
Tapi, kalau posisinya pilihannya iPhone, RAM 1 GB cukup.