Nokia 6.1 Plus, Smartphone Global Terjangkau yang Menarik
Strategi Nokia
Nokia is back, sekarang mungkin menjadi kalimat yang mulai bisa dibenarkan banyak orang. Produk-produk terakhirnya mulai banyak menuai perhatian, selain nama besarnya yang masih menjadi kekuatan besar.
Ada 3 ramuan menarik dari Nokia terakhir ini, yang sekarang smartphone lisensinya dilanjutkan oleh HMD Global.
- Nokia Brand
Bagaimanapun juga, brand Finlandia yang pernah menjual telepon genggam terbanyak sepanjang sejarah, meninggalkan image yang baik di hati banyak orang. Mereka yang menggunakan telepon genggam pada masa kejayaan Nokia, hampir dipastikan pernah memiliki ponsel dari brand ini.
Brand global besar ini seperti sudah memberi jaminan kepercayaan dari pelanggan. Dengan menarik brand ini memulai lagi kemunculannya dengan membawa ponsel reborn, nostalgia yang masih diingat banyak orang, seperti Nokia 3110 yang tangguh atau banana phone 8110.
- Produk dan Harga ala smartphone Tiongkok
Biasanya yang membedakan brand global dengan brand Tiongkok ada di sisi harga dan spesifikasi. Jika spesifikasi sama, brand global biasanya membandrol harga lebih mahal. Jika harga sama, spesifikasi lebih di bawah brand Tiongkok.
Nokia sepertinya aware dengan hal ini, sekarang menyajikan juga spesifikasi yang cukup dan dibanderol dengan harga terjangkau seperti brand Tiongkok. Perpaduan spesifikasi mumpuni dan harga yang lebih terjangkau seperti yang dilakukan brand Tiongkok, terbukti mudah mencuri banyak perhatian, dan sekarang dibawa oleh brand global yang penuh kenangan kesuksesan seperti Nokia, harusnya menjadi daya tarik lebih.
- Android One Google.
Tampil berbeda dan unik memang semangat Android dari awalnya, makanya kita melihat selain model smartphone beragam, kita melihat tampilan OS android yang juga beragam, unik, dengan banyak fitur yang berbeda. Belum lagi aplikasi pihak ketiga yang merubah seluruh tampilan U, juga tersedia banyak, bahkan dalam bentuk custom ROM.
Tetapi lambat laun UI dari masing-masing vendor ini semakin menghambat update ke OS android berikutnya, karena panjangnya langkah dan uji yang menyita banyak resource dari vendor. Saat artikel ini ditulis, distribusi OS android terbaru, Android Pie, masih belum tampak.
Pilihan Nokia sekarang menjadi perangkat AndroidOne, menggunakan android polosan dari Google, yang selain menghemat resource, bisa segera mengikuti update, baik dari sisi patch keamanan dan update OS.
Nokia menjanjikan setiap device setidaknya akan update 2 OS android besar, misalkan sekarang release dengan android Oreo, berarti akan update ke android Pie dan next android Q.
Nokia juga menjanjikan patch security selama 3 tahun, patch ini biasanya di update Google setiap bulan, untuk menambal lubang-lubang keamanan. Dengan update patch security ini diharapkan device akan lebih aman dari serangan malware.
Ketiga dasar ini sekarang menjadi kekuatan Nokia untuk kembali unjuk diri, dan memperlihatkan ramuan yang berhasil dengan pesatnya perkembangan market share brand ini di beberapa bagian dunia, bahkan laporan Counterpoint di kuartal kedua 2018, Nokia by HMD ini sudah masuk menjadi urutan ke 9, dengan pertumbuhan mendekati 800% dalam 1 tahun terakhir.
Nokia 6.1 Plus yang belum lama di release resmi di Indonesia, menjadi salah satu bagian dari ketiga ramuan ini yang berhasil menyita banyak perhatian. Mari kita lihat seberapa gregetnya smartphone mid-end ini.
Desain dan Layar
Dari bagian depan, akan terlihat desain yang kekinian dan mainstream untuk smartphone mid-end saat ini. Bisa dimaklumi, karena Nokia 6.1 Plus pertama kali di-release untuk negara Tiongkok dengan nama Nokia X6.
Di negara tersebut, untuk pasar smartphone mid-end, sepertinya model “harus” berbahasa desain yang sama yang sejalan dengan trend saat ini, layar penuh dengan bezel tipis, dagu kecil, dan dahi dilengkapi notch.
Desain trend ini membuat layar besar 5.8 inci tidak membutuhkan body yang besar. Ukurannya terasa kompak pas rata-rata dengan ukuran genggaman tangan orang Asia. Secara metrik ukurannya 147.2 mm x 70.98 mm, dengan ketebalan 8.59 mm.
Notch yang dibawa Nokia walau bukan notch water drop yang lebih kecil, tetapi cukup kecil dan ukurannya tidak terlalu banyak menyita bagian atas layar. Pada notch ini terdapat kamera selfie, speaker kuping, sensor proximity dan light sensor.
Bezel bagian kiri dan kanan cukup tipis, dan bagusnya sama dengan bezel bagian atas atau dahi, sehingga secara kasat mata radius lengkungnya terlihat lebih rapi.
Pada bagian bawah tetap terdapat dagu yang tidak setipis bezel bagian atas, tetapi bisa dikatakan cukup slim dibanding beberapa desain serupa dari beberapa brand Tiongkok. Dagu yang sedikit lebih tebal ini dibutuhkan karena biasanya pada bagian ini terdapat driver untuk layar dan antena untuk menerima sinyal.
Pada bagian dagu ini Nokia tetap mencantumkan logo perusahaannya, walau di bagian belakang body juga sudah tetap ada cap Nokia. Biasanya pada bagian dagu ini pabrikan lain sudah tidak mencantumkan nama pabrikan, tetapi pindah ke bagian belakang.
Jika diperhatikan dari seluruh produk Nokia yang beredar sekarang, sepertinya ini masih bagian konsistensi dari desain nokia, cap brandnya memang ada di bagian depan dan bagian belakang. Entah nanti suatu saat, waktu Nokia sudah masuk ke bagian desain yang seluruhnya layar (bezel-less)
Layar 5.8 inci Nokia 6.1 Plus dengan notch, mirip dengan smartphone lain , rasio 19:9, dan resolusi full HD+ 1080 x 2280 pixels, dengan kerapatan 432 ppi.
Layar ini sudah dilapisi kaca antigores dari Corning Gorilla Glass tipe 3.
Kualitas layar IPS LCD-nya bisa dikatakan masuk jajaran baik, warna yang dihasilkan pop up dan hidup, kecerahan yang terasa cukup baik untuk di dalam ruang maupun di luar ruang di bawah sinar matahari. Kualitas LCD yang baik ini menambah nilai plus untuk produk mid-end dari Nokia.
Pada bagian notch, Nokia tidak menyertakan fitur untuk membuat blok bagian kiri dan kanan berwarna hitam menyamarkan keberadaan notch, untuk mereka yang alergi terhadap notch harus menggunakan aplikasi pihak ketiga yang bisa diunduh di Playstore.
Pada bagian frame, Nokia yang terkenal dengan build qualitynya tetap mempertahankan menggunakan aluminium untuk bagian frame. Frame metal ini menjepit kaca pada bagian depan layar dan kaca pada bagian belakang.
Penggunaan bahan metal dan kaca ini membuat Nokia 6.1 plus secara desain dan digenggam terasa premium. Memang pada bagian belakang, Nokia hanya menggunakan warna polos, belum fancy seperti smartphone sekarang yang menggunakan warna-warna pop atau gradien.
Tetapi dengan gayanya ini hanya memiliki warna polos dalam 3 pilhan warna, hitam, biru, atau putih, membuat Nokia 6.1 plus tidak membuat orang menebak-nebak, apakah ini kaca atau plastik.
Walau di bagian depan tampil mainstream, di bagian belakang ini Nokia tampak memiliki standar desain yang menjadi ciri khasnya sekarang, dua kamera di bagian tengah yang dilapis frame tipis mengkilat, dan fingerprint dengan frame serupa, kemudian diikuti merek Nokia.
Tidak diketahui apakah kaca di bagian belakang Nokia 6.1 plus ini sudah dilengkapi pelindung gorilla glass, tetapi device yg digunakan untuk review ini setelah beberapa hari digunakan memperlihatkan ada goresan samar panjang, yang sepertinya karena penggunaan casing yang bisa keluar masuk dengan cara di geser. Ada baiknya pengguna melengkapi bagian belakang ini dengan lapisan anti gores jika ingin bagian ini tetap mulus.
Seperti biasa, penggunaan kaca sebagai bagian belakang body smartphone juga mengundang sidik jari, dan perpaduan frame metal dengan kaca ini tetap terasa licin. Untuk mereka yang kurang hati-hati sebaiknya melengkapi dengan casing tambahan phak ketiga, karena pada paketnya belum disertakan.
Pada bagian punggung Nokia 6.1 plus diletakkan dual camera yang dilengkapi lampu flash dengan frame yang sedikit menonjol, dan di bawahnya terdapat pengaman biometrik sidik jari. Lokasi sidik jari ini mudah digapai, dan posisinya yang tepat dibawah frame kamera yang sedikit menonjol mudah diraba.
Walaupun terlihat biasa, penempatan urutan kamera – kamera – lampu flash, baru kemudian fingerprint, sebenarnya memberi nilai lebih pada desaian, membuat saat jari menempel pada sensor, kalaupun sedikit miss, akan mengenai lampu flash, tetapi tidak menutupi dan membuat kotor lensa kamera di atasnya.
Nilai lebih dari Nokia 6.1 Plus ini sudah menggunakan port USB-C di bagian bawah. Port koneksi dan charging ini memang lebih nyaman digunakan karena bisa dibalik, dibanding micro USB yang sebelumnya yang harus dalam posisi tidak boleh terbalik.
Banyak pemilik smartphone hi-end biasanya menggunakan 2 buah atau lebih smartphone sehari-hari, dengan memiliki port USB-C yang sama dengan smartphone hi-end, memudahkan mereka dalam membawa port charger atau data.
Nokia belum menyertakan charger dengan kemampuan charging cepat di dalam kotak paketnya, tetapi jika kita memiliki charger Quick Charge 3.0, maka device ini akan bisa di charge lebih cepat dan tanda charging akan berubah dengan charging rapidly.
Sayangnya walau sudah USB-C, kecepatannya datanya sendiri masih USB 2.0.
Performa dan OS
Nokia memilih Snapdragon 636 untuk dapur pacu utama di Nokia 6.1 plus. Menurut pengalaman saya mencoba beberapa smartphone mid-end, prosesor atau SoC ini salah satu produk Qualcomm yang terbaik, menggantikan produk terdahulunya, Snapdragon 625.
Selain sedikit lebih bertenaga, dari sisi efisiensi, SoC ini salah satu yang terbaik untuk produk mid-end, efisiensinya lebih baik dari Snapdragon 625.
Hampir semua aplikasi bisa dijalankan dengan baik, termasuk untuk bermain game. Hanya saja untuk game berat seperti PUBG, kita tidak bisa melakukan setting grafis tertinggi, hanya low graphic, tetapi game berat ini bisa tetap dimainkan dengan baik.
Dengan baterai “hanya” 3060 mAh, sudah sangat cukup untuk memberi tenaga device ini seharian tanpa khawatir harus mencari charger.
Untuk lebih terukur dilakukan test menggunakan PCMark battery 2.0, dengan kecerahan layar terukur 200 nits, dan menjalankan aplikasi benchmark yang memimik penggunaan smartphone sehari-hari dengan aplikasi umum. Hasilnya Nokia 6.1 plus bertahan 8 Jam 37 menit.
Nokia 6.1 plus dilengkapi RAM 4 GB dan internal 64 GB, cukup untuk melakukan multitasking dengan cukup cepat, dengan rata-rata RAM reserve 1 GB. Yang menarik, pada Nokia ini RAM yang digunakan sudah tipe LPDDR4, dimana biasanya mid-range smartphone lebih banyak menggunakan RAM masih LPDDR3.
Nokia 6.1 plus hadir dengan OS android 8.1 Oreo, tetapi ketika dicoba sudah bisa melakukan pendaftaran untuk mencoba OS android 9.0 Pie beta. Saat artikel ini ditulis, Nokia sudah mengumumkan android full 9.0 nya sudah mulai bergulir.
Diluar device Pixel buatan Google, untuk mereka yang mendambakan update OS yang cepat, Nokia ini bisa dikatakan barisan yang segera update. Beberapa android one lain yang sekarang mulai banyak tersedia dari beberapa vendor, belum memiliki update secepat Nokia.
Semua ujicoba dalam artikel ini kebanyakan dilakukan dalam OS android 9.0 Pie beta. Bisa dikatakan walau masih beta, OS ini bekerja dengan baik tanpa banyak bug besar, terkadang ada sedikit saja bug minor yang tidak perlu dirisaukan, seperti saat terakhir menggunakan kamera kemudian device kita matikan, ketika dinyalakan, akan ada notifikasi kamera tidak bekerja harus di-reload ulang.
Pada android Pie ini kita bisa menggunakan gestur baru untuk mengontrol tombol navigasi yang biasanya terdiri dari 3 icon, home, back, dan recent apps, dengan menggantikannya dengan gesture swipe ke atas sedikit untuk memilih recent apps, atau dilanjutkan lebih ke atas untuk membuka app drawer, swipe ke kanan untuk berpindah aplikasi dengan cepat di recent apps, dan satu icon kecil untuk back.
Gestur baru ini akan menjadi gestur umum di smartphone android lain saat masing-masing juga menggunakan android 9 Pie. Gestur ini membuat device terasa lebih kekinian, walah mungkin untuk sebagian orang akan butuh waktu untuk menyesuaikan diri, karena sudah kadung terbiasa dengan cara lama, walau cara lama ini juga tetap disediakan untuk mereka yang tidak mau mencoba gestur baru.
Selain gestur baru, yang menarik pada android Pie adalah adaptive battery. Fitur baru ini memungkinkan AI (artificial intelligence) atau lebih tepatnya neural network, memperhatikan kebiasaan kita menggunakan aplikasi, mana yang sering dibuka, mana yang terus menerus digunakan, mana yang hanya sesekali dibuka dan kemudian diabaikan.
Setelah kebiasaan ini dipetakan, maka aplikasi yang sering digunakan akan lebih banyak bertahan di RAM agar selain lebih mudah dieksekusi, juga tidak menghabiskan banyak daya untuk me-reloadnya kembali. Aplikasi yang hanya sekali pakai, biasanya segera akan diparkir kembali ke storage.
Adaptive battery juga memungkinkan kita mengendalikan mana aplikasi yang tidak boleh jalan sendiri tanpa sengaja kita buka, pilihan yang bagus, karena banyak aplikasi yang seringkali bertengger dan jalan sendiri di background menyita resource smartphone.
Sekarang ini kita juga terbiasa dengan device yang menawarkan biometrik pengenalan wajah. Nokia 6.1 plus juga memiliki unlock dengan pengenalan wajah, tetapi bukan seperti unlock wajah yang biasa kita lihat di smartphone-smartphone dengan UI sendiri.
Pengenalan wajah ini bagian dari smart lock yang dimiliki OS android, termasuk unlock dengan pengenalan suara, device bluetooth dan berdasarkan lokasi. Pengenalan wajah ini tidak terlalu disarankan menjadi bagian dari unlock menurut saran dari OS nya sendiri, dan pengoperasiannya juga tidak terlalu cepat karena layar harus di swipe, berbeda dengan banyak device dengan pengenalan wajah yang eksekusinya cepat dan mudah sekarang ini.
Android One pada Nokia 6.1 Plus juga menyediakan gestur lain yang lengkap, seperti dalam keadaan standby mengangkat sedikit smartphone, otomatis menampilkan petunjuk jam , tanggal dan baterai seperti AOD (Always On Display), saat ada telepon masuk, membalikkan telepon akan mematikan ringtone tanpa me-reject telepon, mengangkat telepon akan mengecilkan suara ringtone, dan swipe jari pada fingerprint bisa menampilkan notifikasi.
Dengan UI “polosan” android one, kinerja smartphone, setidaknya dari sisi UI, terasa cepat. Scrolling, pergantian halaman, berganti aplikasi, berjalan dengan baik.
Mungkin kita berpikir, jika sudah demikian baik, mengapa para vendor tidak beralih saja menggunakan android one sebagai sumber OS nya, tanpa perlu membuat OS dengan UI sendiri?
Ada beberapa hal yang bisa jadi perhatian bagi mereka yang akan mencoba OS android one. Selain yang saya juga rasakan dari mencoba berbagai smartphone dengan berbagai macam UI, saya juga coba mengumpulkan beberapa pengalaman dari pengguna android one, mana bagian yang membuat mereka tidak terlalu menyukainya.
Ini beberapa rangkumannya:
Gallery Google Photos
Walau google photos hebat untuk backup, menawarkan penampungan unlimited untuk foto dengan high-resolution (maks 16 MP) , dan bagus untuk pengelompokkan dan pencarian foto, tetapi secara UI, untuk seperti kita menggunakan galeri foto biasa untuk melihat foto dan gambar yang ada di smartphone kita, Google Photos ini cukup membuat frustasi.
Pembagian fotonya harus dipilih device folder untuk membatasi melihat foto atau gambar yang ada di device, kalau tidak akan tercampur dengan hasil backup termasuk foto-foto dari device kita yang lain.
Swipe kiri dan kanan sehabis melakukan pinch to zoom sering tidak bisa dilakukan, karena tertahan gambar yang harus kembali keukuran asli seperti semula, baru bisa di swipe.
Banyak pengguna mencoba mencari alternatif dengan menginstall aplikasi gallery pihak ketiga. Sayangnya karena Nokia 6.1 plus ini mendukung foto dengan efek bokeh, setting level efek bokeh ini sesudah foto di ambil hanya bisa dilakukan di google photos.
Google photos juga memiliki suggestion edit foto yang menarik, misalnya otomatis menawarkan perbaikan foto lowlight yang kurang bagus.
No Bloatware, cita-citanya
Sudah sejak lama Google protes karena banyak vendor android memasukkan banyak aplikasi yang seringkali kembar dengan aplikasi Google yang sudah ada. Misal music, browser, file explorer, toko aplikasi, dan lain sebagainya. Belum lagi aplikasi yang tidak perlu yang dibawa banyak brand lain, aplikasi yang di-endorse untuk memberikan keuntungan, seperti antivirus, chatting, game, dan seterusnya.
Android one bercita-cita sedikit membawa aplikasi, biar pengguna yang memilih. Ide yang baik, sekaligus juga beresiko, apalagi untuk kita di Indonesia yang salah satu aturan TKDN softwarenya harus membawa minimal 2 aplikasi buatan “anak bangsa” dan toko aplikasi.
Nokia 6.1 plus hadir dengan aplikasi Babe, aplikasi berita yang sangat intrusif, muncul pop up dimana saja, isi berita tidak penting, dan seringkali beritanya agak miring ke arah clickbait dan 17 tahun ke atas.
Bisa jadi pemilihan aplikasi Babe ini karena kerjasama pembagian hasil dari iklan, dan juga pemerintah mengharuskan aplikasi yang disertakan harus sudah dikenal dan digunakan luas. Parahnya aplikasi ini tidak bisa di-uninstall. Yang bisa kita lakukan hanya melakukan force stop.
Bagusnya OS android Pie beta yang disediakan, bisa menghilangkan aplikasi ini (horeee!).
Ada juga aplikasi yang sebenarnya lebih dibutuhkan di android one, file explorer yang baik dan aplikasi pemutar video. Aplikasi file explorer tersedia bagian dari aplikasi download, terlalu sederhana bagi pengguna android yang banyak berurusan dengan pemindahan data.
Untuk mereka yang banyak menggunakan storage tambahan dari luar, seperti USB OTG atau bahkan hardisk atau SSD sebagai cadangan penyimpanan data yang bisa disambungkan langsung dengan smartphone, dari dulu sejak jaman Google Nexus, ini bagian android pure google yang cukup lemah. Secara native, hanya bisa membaca perangkat storage OTG dengan format Fat32, sehingga besaran file terbesar hanya 4GB. Untuk perangkat dengan format yang lebih baru seperti exFAT, harus menggunakan aplikasi pihak ketiga, seperti Total Commander dan plugin nya.
Aplikasi lain yang dibutuhkan pemutar video, dan kita harus melengkapi dengan aplikasi pihak ketiga. Aplikasi pihak ketiga baik untuk file explorer dan pemutar video memang banyak yang bagus, tetapi biasanya ada 2 pilihan, kalau tidak berbayar, harus bersabar dengan masuknya iklan pada aplikasi.
Sebenarnya kita bisa menggunakan Google Photos sebagai pemutar video, tetapi memang seperti file explorernya, fungsi pemutar video di google photos ini terbatas. Kelebihannya dengan video di google photos, kalau kita mau meng-casting-nya ke layar besar seperti televisi (dengan google chrome cast atau fungsi sejenis), jadi lebih mudah, hanya saja menambahkan layer teks bahasa, belum didukung.
Berita bagusnya, Nokia 6.1 Plus dengan android one ini sudah memenuhi syarat perlindungan DRM atau digital right management Widevine L1, sehingga memutar streaming langsung seperti film-film dari Netflix, Google Play Video, Amazon, Hulu, dll, bisa mendapatkan resolusi yang tinggi, seperti HD atau full HD,.
Kamera
Ketika kita bicara kamera Nokia, banyak yang masih merindukan kehebatan kamera Nokia pureview. Bahkan di website resminya, Nokia 6.1 plus ini sangat menonjolkan kemampuan kamera.
Mungkin karena sekarang semua smartphone yang dijual harus menonjolkan kemampuan kamera, karena kamera ini sudah menjadi salah satu pertimbangan paling penting bagi konsumen untuk memilih smartphone.
Kamera di Nokia 6.1 plus bisa dikatakan biasa-biasa saja kualitasnya. Kata biasa ini sebenarnya karena kemajuan teknologi kamera smartphone yang melejit dalam 2 tahun ini, sehingga level hasil kamera smartphone bisa dikatakan sangat baik dan meningkat jauh, dibanding beberapa tahun sebelumnya.
Dalam kondisi cukup cahaya, hasil kamera Nokia 6.1 plus bisa menghasilkan foto-foto yang baik, tetapi tidak ada kelebihan khusus. Terkadang beberapa detail tidak tertangkap untuk mereka yang suka sekali dengan “pixel peeping”. Masalah detail ini juga sebenarnya selain tergantung pencahayaan juga gerakan tangan saat mengambil gambar, atau objeknya sendiri apakah sedikit bergerak atau benar-benar diam. Keberadaan OIS mungkin bisa membantu hal ini, sayangnya belum disertakan oleh Nokia pada seri ini.
Saat kondisi mulai temaram atau low light, hasil foto juga menurun cukup signifikan, tetapi dengan android one, saat dibuka di galeri google photo, biasanya akan ditawarkan otomatix fix untuk foto tersebut yang hasilnya sangat membantu.
Nokia 6.1 plus hadir dengan dual kamera belakang, kamera utama 16 MP f/2.0 dan kamera kedua 5 MP dengan sensor BW f/2.4. Kamera kedua ini tidak bisa digunakan terpisah, gunanya menjadi depth sensor untuk foto dengan efek bokeh yang sekarang marak, Nokia menamakan fitur ini Live Bokeh.
Hasil efek bokeh bisa diatur tingkat blurnya baik sebelum dan sesudah gambar di ambil, juga dapat memindahkan fokus, apakah objek di depan yang fokus, atau kebalikannya, background yang fokus.
Pada bagian kamera ini Nokia lepas dari standar menu androidone, dan menggunakan standar Nokia sendiri.
Beberapa menu kamera yang dibawa Nokia: Square, Panorama, Live Bokeh, Manual, Photo, Video, Slow Motion, dan Time Lapse. Sebagai tambahan catatan, untuk foto manual belum selengkap pilihan seperti yang diberikan Nokia 8, tetapi masih seadanya, seperti pengaturan EV, AWB, jarak ke objek, dan titik fokus.
Sekarang ini fitur AI pada kamera hampir selalu kita dengar, dengan bantuan AI, objek foto dikenali dan diatur post processingnya agar lebih baik dengan AI. Nokia 6.1 plus tidak menyertakan AI sebagai scene recognition pada foto, tetapi menggunakannya untuk fitur yang sering dibanggakan yaitu Bothie.
Bothie fitur kamera yang langsung membagi layar menjadi 2 bagian, satu memberikan pandangan dari kamera belakang, dan satu dari kamera depan. Ukuran seberapa besar tampilan masing-masing kamera bisa diatur dengan men-drag batas layar, apakah kamera belakang lebih besar dan kamera selfie lebih kecil, atau jika diperlukan malah picture in picture.
Fungsi kamera bothie ini lebih ke arah video sebenarnya, dan AI disini berguna untuk properti yang bisa digunakan saat kita melakukan video bothie, misalnya tampilan wajah yang otomatis dilengkapi properti 3D seperti kumis, wajah lucu binatang, dll, yang bisa terus mengikuti gerakan kita.
Untuk menunjang fungsi ini disediakan live broadcast account pada menu kamera yang mendukung Youtube dan Facebook.
Untuk kamera selfie, Nokia 6.1 plus dilengkapi kamera 16 MP f/2.0 dengan tambahan fitur beauty yang bisa di set levelnya, dan sebagai “lampu” flash digunakan penerangan dari layar.
Untuk keperluan Video, kamera belakang dilengkapi kemampuan untuk merekam video 4k, dan kamera depan 1080p. Sayangnya belum ada EIS (electronic image stabilization).
Kata Akhir
Nokia 6.1 plus memiliki beberapa elemen kuat untuk mudah disukai banyak pengguna smartphone. Bentuk dan desain kekinian, bezel yang tipis yang membuat layar besar bisa berada dalam bentuk smartphone yang lebih kompak, kualitas layar yang bagus, build quality yg rapi, prosesor yang memadai, baterai yang cukup, dan harga yang bersaing. Hal ini sudah dapat membuat banyak orang melirik.
Android One dan nama besar Nokia adalah bonus lain yang bisa lebih membuat banyak orang tertarik untuk mencobanya. OS terbaru yang mudah didapat, patch keamanan setiap bulan, akan membuat mereka yang memiliki perhatian lebih terhadap fitur baru dan keamanan smartphonenya, mendapatkan device yang diidamkan.
Untuk Indonesia sendiri, masih butuh banyak usaha Nokia, yang sebagian besar produk smartphonenya akan bersaing di pasar mid-end yang sedang crowded, juga untuk bisa menggapai pasar anak muda yang mungkin saja sekarang lebih mengenal brand Tiongkok dibanding nama besar Nokia dulu.
Sebagian besar brand global yang dulu jaya, sulit untuk pernah bisa kembali jaya, dan kabarnya masih akan ada brand global yang juga tersapu dari persaingan yang semakin ketat, tetapi Nokia ini sepertinya sudah mulai menemukan formula yang tepat untuk bisa kembali bersaing.
Jika terus konsisten menghasilkan produk yang semakin baik, dengan harga yang tetap bersaing, bisa jadi Nokia akan segera berkibar lagi.