XPERIA ARC, The Review
XPERIA ARC
Bulan-bulan awal tahun 2010, Sony Ericsson, perusahaan yang namanya sudah malang melintang di jagad telekomunikasi, mencoba mencari bentuk yang baru dari smartphonenya, dengan menelurkan species dengan DNA baru, yang menyandang kode handset tipe teratasnya, Xperia.
Saat itu bola salju android baru mulai bergulir membesar dengan mulai keluarnya handset android kelas hi-end dengan spesifikasi yang hebat, dan SonyEricsson pun ikut membesarkan gulungannya dengan menelurkan Xperia androidnya yang pertama Xperia X10. Seri Xperia pun kemudian dilanjutkan dengan seri mid-end nya seperti xperia mini , mini pro dan terakhir di tutup dengan X8.
Setelah tahun 2010 mulai habis dan berganti tahun, banyak pengamat dan penggemar Sony Ericsson bertanya, seriuskah perusahaan ini dengan smartphone androidnya? Dikarenakan bermunculan banyak handset android merk lain yang hebat dengan OS android terbaru, tetapi handset android Sony Ericsson sepertinya dibiarkan apa adanya dengan OS yang masih ketinggalan jaman , dengan kata lain updatenya sangat lama.
Memang sepertinya tidak mudah bagi vendor, setiap google merelease OS android yang baru untuk segera ikut mengeluarkan updatenya, dikarenakan sifat android yang terbuka membuat setiap vendor berjuang memoles barebone OS android dengan User Interface (UI) yang bisa membedakan dan memiliki kelebihan dari vendor lain. Penyatuan OS android barebone dengan UI yang spesifik ini ditenggarai membutuhkan waktu yang cukup, supaya bisa berjalan dengan baik.
Bisa jadi juga, kelambatan mengantisipasi update OS atau menelurkan lagi android yang baru, dikarenakan Sony Ericsson masih sedikit gamang untuk benar2 terjun ke android. Tetapi melihat pergerakan bola salju android yang masif, tak terbendung membesar dengan cepat, membuat Sony Ericsson kini berketetapan hati untuk benar2 masuk ke era android phone. Hal ini dibuktikan dengan menundanya tawaran microsoft yang mengajak Sony Ericsson mengeluarkan handset smartphone berbasis windows phone 7, dan berkonsentrasi di android.
Kebiasaan lama Sony Ericsson yang sudah beberapa kali di lakukan, seperti membeberkan rencana membuat sebuah smartphone yang terlihat sangat cantik di desain dan hebat dalam spesifikasi, kemudian memberikan efek wow bagi para penggermarnya, tetapi akhirnya lama sekali baru terealisasi, sepertinya harus menjadi lagu lama.
Butuh begitu lama sampai Xperia 1 lahir dan ternyata segala yang dulunya terlihat sangat canggih, saat keluar sudah menjadi spek yang biasa, yang banyak dimiliki vendor lain. Bahkan boleh dikata hal yang sama masih terjadi di Xperia 10, ketika para fanboy android berharap Xperia 10 akan menjadi jawaban seimbang akan kedigdayaan iPhone, dengan spesifikasinya yang tinggi, tetapi ternyata butuh waktu lama untuk muncul.
Tetapi walau nantinya waktu yang membuktikan, Sony Ericsson sekarang sepertinya lebih siap dan lebih berbulat hati, maka tanpa basa basi yang panjang seperti dulu, dikeluarkan lah seri Xperia terbarunya Xperia Arc.
Sepertinya sekarang kode angka, seperti 1 dan 10, sudah ditinggalkan dan digantikan dengan sebuah nama yang dengan singkat menjabarkan semangat yang dibawa handsetnya.
Komitmen yang dilakukan kali ini tidak lagi berlama-lama lagi dengan deskripsi diatas kertas, tapi dalam waktu singkat kali ini Xperia Arc wujudnya sudah nyata. Satu hal ditambahkan dalam keseriusannya adalah memberikan OS android terbaru , Gingerbread 2.3.2 dalam handset nya, tanpa meninggalkan ciri UI androidnya, Timescape.
Seperti diketahui handset android yang beredar dipasaran dan memiliki Gingerbread secara native saat ini masih sekitar 1% saja, kebanyakan lainnya masih menggunakan Froyo (2.2) diatas 60%.
So mari kita lihat si Xperia Arc ini sekarang membawa angin segar apa untuk dunia android.
Desain:
Hal pertama yang diperhatikan adalah namanya, Xperia Arc, yang mengacu kepada arti kata arc, lengkungan. Dan ternyata dari segi bentuk, benar, bagian belakangnya benar2 melengkung ke dalam, sehingga dibagian paling tengah menjadi tipis 8,7mm saja. Kali ini benar desain Xperia Arc patut diacungi jempol, sangat cantik. Biasanya handset2 modern sekarang cenderung kotak sederhana, bahkan untuk handset2 android kebanyakan dianggap sangat bercirikan laki2, maskulin.
Sebenarnya kalau diperhatikan desainnya adalah pengembangan dari Xperia 10, hanya kali ini terlihat jauh lebih cantik. Lengkungan dagu dibagian bawah dibawah tombol Back, Home dan Menu terlihat menarik dan menyiratkan device berkelas. Bezel berwarna chrome disekeliling unit memberikan kesan lengkungnya semakin jelas.
(Gambar Lengkungan Xperia Arc , tampak samping , dengan tebal bagian tengah hanya 8,7mm)
Walaupun terbuat dari bahan plastik, (sepertinya untuk mengejar berat yang ringan yg hanya 117 gram), secara keseluruhan tampilan desainnya memang berbeda dengan android lainnya, dan kali ini rasanya android yang satu ini layak dipakai baik untuk kaum maskulin maupun kaum feminim.
Teknologi:
Kita ingat jaman awal handphone GSM, semisal Ericsson T39, terlihat kecil dan canggih. Dan memang pada eranya handphone tersebut sangat digemari dan termasuk salah satu yang bisa menjadi modem untuk internet, baik untuk notebook maupun PDA.
Ericsson, adalah label yang kita kenal sebagai handset yang mengedepankan teknologi, sehingga dulu kita sering membalikkan slogan dari merk terkenal “Teknologi yang mengerti anda” menjadi “Ericsson, untuk anda yang mengerti teknologi”, untuk membedakan bahwa handset keluarannya lebih canggih.
Jalan panjang merk ericsson ternyata sangat2 panjang, karena perusahaan Swedia ini sudah dimulai dari era telegraf di tahun 1876, yang kemudian menjadi salah satu vendor teknologi komunikasi yang besar di dunia. Sampai suatu saat keterbatasan chip handphone nya yang biasa diproduksi oleh perusahaan Philips mengalami gangguan suplai, karena terbakarnya pabrik Philips. Kebetulan saat itu juga Sony pemain elektronik ternama dari Jepang juga memiliki juga divisi handphone, yang sayangnya sangat kecil, hanya 1% dari peredaran handphone di dunia. Entah bagaimana akhirnya 2 perusahaan ini bergabung di Oktober 2001 dan lahirlah Sony Ericsson.
Ternyata dibalik bergabungnya 2 produsen teknologi ini sekarang terasa gaungnya di Xperia Arc. Maka sekarang telinga kita akan mulai terbiasa mendengar istilah: Bravia Engine.
Bravia sendiri kita kenal sebagai line up dari seri televisi yang diproduksi Sony. Sebenarna bravia yang terkesan bernada istilah Jerman atau Eropa Timur adalah singakatan Best Resolution Audio Visual Integrated Architecture, tenologi dari televisi Sony yang menjanjikan gambar yang lebih tajam dan kaya warna. Sekarang teknologi yang sama diterapkan dalam Sony Xperia Arc. Jadi di bagian menu handsetnya, pada bagian display kita akan mendapatkan menu Mobile Bravia Engine yang bisa dicentang untuk mendapatkan gambar, baik foto maupun video yang lebih bagus.
Pada percobaan dibandingkan dengan layar Xperia X10, terlihat teknologi ini bukan hanya isapan jempol, layar X10 yang terlihat bagus, ketika disanding dengan Arc baru terlihat ada yang lebih bagus :-).
Pada Arc kedalaman warna lebih terlihat, dan gerakan video tampil dengan kehalusan gambar dan warna lebih kontras, juga detail yang lebih. Misal video yang menampilkan langit malam berbintang, pada Arc bintangnya terlihat lebih banyak :-p. Bahkan untuk video yang resolusinya kurang bagus, semisal video low end dari youtube, akan tampil lebih halus gambarnya di Arc.
Teknologi Bravia engine pada layar 4,2 inci , TFT 16,7 Juta warna ini dilengkapi juga dengan teknologi LCD No Gap. Biasanya pada layar touchscreen kita melihat ada jarak antara layar LCD di dalam dengan lapisan touchscreen di depan, bahkan kalau gap nya besar dan tidak bagus buatannya, sering terlihat adanya debu diantaranya.
LCD No Gap yang dipakai oleh Xperia Arc, tidak memiliki ruang kosong antara LCD dengan touchscreennya, hasilnya seperti layar berada langsung dipermukaan. Keuntungan desain ini membuat tidak ada ruang bias cahaya diantaranya, sehingga layar akan terlihat terang dan jernih walaupun berada di bawah sinar matahari atau lampu yang terang. Resolusi WVGA 854×480 pixel layarnya terlihat rapat, dan bisa menghasilkan gradasi warna yang bagus, juga tulisan-huruf2 pada email terlihat halus dengan background putih yang cemerlang.
(Gambar LCD No Gap, seolah permukaan LCD ada di atas)
Selain teknologi layar yang baru, Xperia Arc juga membawa teknologi baru untuk kamera 8,1 MP nya dinamai Exmor R . Lagi2 teknologi ini diambil dari kamera digital Sony, yang sekarang ditanamkan dalam kamera handphone.
Secara teknis Exmor R menggunakan teknologi back illuminated CMOS image sensor, sehingga bisa menghasilkan gambar yang tajam walaupun dalam kondisi pencahayaan yang minim, karena peningkatan sensitifitasnya. Bagusnya lagi teknologi ini memungkinkan pengambilan image pada kondisi lowlight dengan noise yang minim, dimana biasanya untuk bisa mengkompensasi kekurangan cahaya, kita memperbesar ISO tetapi mengakibatkan gambar menjadi noise atau berbintik2 kasar.
Kebanyakan semua kamera handphone menyerah ketika diminta memotret kondisi malam hari, tanpa bantuan blitz. Bahkan banyak handphone hanya menghasilkan gambar hitam saja untuk pemotretan malam hari. Kali ini teknologi kamera handphone maju lagi selangkah, untuk lebih bisa membuat orang lepas tidak lagi membawa 2 device, yaitu smartphone dan kamera saku.
(Gambar Scene Malam Hari by Xperia Arc dengan penerangan utama api dari cempor)
Suasana malam hari sekarang bisa terekam dan terbawa dalam gambar sebuah smartphone. Ditambah lagi biasanya pemotretan dalam ruangan dengan lampu seadanya membuat gambar terlihat tidak tajam karena kondisi kekurangan cahaya. Hasil dari kamera Sony Ericsson Xperia Arc ini boleh dibilang impresif, pada pencahayaan ruang standard saja, semisal penerangan hanya dari lampu neon yg ada di langit2, gambar yang dihasilkan bisa tetap tajam.
(Gambar Indoor, penererangan lampu neon)
(Gambar contoh foto Outdoor, kondisi cuaca langit mendung masih memberikan ketajaman yang baik)
Kali ini memang urusan potret memotret dianggap serius pada Xperia Arc. Boleh jadi beberapa orang bepikir bahwa kamera bukan urusan yang penting pada sebuah ponsel. Tetapi rasanya pendapat itu bisa ditepis sekarang ini, ditengah ramainya demam social network, orang mulai banyak menggunakan kamera ponsel untuk men-update statusnya dengan menyertakan gambar dari apa yang sedang dikerjakannya, atau menyebarkan sebuah berita bahkan detail sebuah barang.
Bahkan sekarang jejaring sosial pun mulai menambah variasinya, selain kita berbicara secara text, sekarang kita mulai berbicara melalui bahasa gambar. Teman-teman yang tergabung dalam link kita bisa mengikuti “status” kita melalui gambar yang kita post, dan seringkali gambar ini bukan gambar yang biasa, tetapi gambar dengan bobot seni, seperti gambar yang sudah habis dpermak dengan cantik oleh photoshop. Atau seperti layaknya foto profesional dengan segala macam filter dan karakter kamera.
Bantuan banyak software seperti vignette, retro camera, picsay, camera360 dll, memberikan hasil2 foto yang tidak terduga dengan segala filternya secara otomatis, tanpa harus mengerti bagaimana mengoperasikan photoshop. Semua hasil foto lengkap dengan modifikasinya dihasilkan instan, dan kalau perlu di share, android memberikan fasilitas sangat mudah untuk share foto kemana saja, termasuk jejaring sosial foto seperti PicPlz dan Color.
(Contoh Foto hasil olahan aplikasi Vignette)
Menu kamera dalam Xperia Arc juga dibuat semudah mungkin, dengan dihadirkan pilihan menu scene otomatis. Biasanya pada kamera2 saku, kita bisa memilih secara manual ketika memotret, apakah mau pemotretan jarak dekat makro, atau memfoto dokumen, foto malam hari dll. Dengan adanya fitur scene detection pada Arc, pilihan2 itu akan dikenali secara otomatis oleh kamera Arc, dan langsung berganti sesuai scene yang akan kita ambil.
Bahkan untuk foto “narsis” 🙂 atau foto wajah, disediakan pula sensor face detection, yg akan menitikberatkan fokus pada wajah, bahkan sensor Smile detection, yang otomatis bisa menjepret jika object yang difoto tersenyum, biasanya kita suka menggunakan fitur ini untuk memotret bayi.
(Gambar auto scene, eh dia bisa bokeh! :-))
Pada ujung kanan Xperia Arc, tersedia tombol kamera dedicated, tapi seringkali terasa tombol ini terlalu kecil dan agak keras ditekan, sehingga ketika harus menekan, bobot handset yang ringan serasa bergerak. Menyiasatinya, ternyata ada pilihan touch capture di menu kamera, sehingga tinggal sentuh layar dimana saja, kamera langsung me-lock focus dan mengambil gambar.
Gambar2 yang dihasilkan Xperia Arc terlihat natural, lebih mendekati kondisi aslinya, tidak over saturated seolah2 gambar dibuat untuk langsung memuaskan mata dengan memberikan hasil yang matang. Hal ini menjadikan pemilik gambar bisa melakukan perbaikan gambar lebih jauh dengan keinginannya.
Untuk mengetahui pendapat dari banyak orang, saya mencoba melakukan percobaan dengan memposting 2 buah foto bersebelahan kepada komunitas dan mentweet di @gadtorade, tanpa menyebutkan hasil bidikan dari device apa, hanya menyebutkan dari 2 smartphone yang hebat.
Tak tanggung-tanggung kamera Xperia Arc ini dicoba diadu dengan kamera iPhone4 yang terkenal bagus.
Hasil yang didapat kira-kira begini, bagi orang awam kebanyakan akan memilih gambar hasil disebelah kiri, yang notabene adalah hasil jepretan iPhone4, karena gambar yang dihasilkan diberikan oleh iPhone4, walau diluar realita, tampak bagus dengan warna yang lebih kontras seperti sudah matang.
Bagi mereka yang mengenal dunia fotografi lebih dalam, banyak yang memilih hasil dari Xperia Arc, karena lebih natural apa adanya.
(Gambar sebelah kiri dengan iPhone4, sebelah kanan dengan Xperia Arc)
Pendapat baru kontras ketika diberikan foto suasana malam hari, walaupun iPhone4 memiliki lensa yang baik yang bisa menangkap cahaya sebaik mungkin dikondisi lowlight, hasilnya masih kalah telak oleh Xperia Arc dengan bantuan teknologi Exmor R nya. Padahal suasana yang sama jika dipotret menggunakan smartphone lain, hasilnya bisa lebih gelap lagi.
(Gambar Scene Malam Hari, Sebelah kiri menggunakan iPhone4, sebelah kanan Xperia Arc tanpa lampu Blitz)
Jadi secara umum bagi yang mendambakan kamera bagus di smartphonenya, Xperia Arc bisa memuaskan dahaganya:-)
Selain kamera 8.1 MP nya bisa dipakai untuk mengambil gambar diam, Xperia Arc juga mendukung perekaman video HD 720p, termasuk dukungan always on flash light untuk pengambilan video di kondisi cahaya yang kurang. Image stabilizer yang disertakan , terasa sangat membantu untuk perekaman video, sehingga gambar video yang dihasilkan bisa terasa gerakannya halus tidak loncat-loncat.
Beres urusan layar dan kamera, teknologi lainnya yang disertakan dalam Xperia Arc ini adalah second mic. Jadi di bagian belakang unit dibawah lensa kamera, ada sebuah lubang kecil, berupa mic ke 2. Fungsi ini sama dengan yang dimiliki google Nexus One, untuk menangkap suara surrounding kita, dan menekan suara tersebut ketika kita berbicara di telepon.
Pernah kan kita mengalami ketika telepon dengan orang yang sedang berada di lingkungan yang ramai, suara dia bercampur dengan suara sekitar yang ramai yang membuat telinga kita sering tidak nyaman karena bising dan sulit menangkap suara penelepon, nah second mic menyaring suara bising tersebut dan memblocknya supaya tidak bercampur dengan suara pembicara, supaya pendengar diseberang sana bisa menangkap jelas kata2 kita.
Mic ke-2 sekarang posisinya juga menjadi penting ketika kita mau menggunakan google search berbasi voice, karena belum lama ini google sudah merelease search by voice dengan bahasa Indonesia. Dengan hanya menekan icon mic di google search kemudian berkata dalam bahasa Indonesia maka kata2 kita akan diterjemahkan ke dalam tulisan dan langsung dibukakan website bertalian.
Biasanya dibutuhkan lingkungan yang cukup hening untuk kata2 bisa ditangkap baik oleh mic, dengan adanya mic secondary, lingkungan yang cukup ribut masih bisa menangkap apa yang kita ucapkan.
(Gambar bagian belakang dan mic secondary Xperia Arc)
Prosesor 1GHz Scorpion , Adreno 205 GPU, Qualcomm MSM8255 Snapdragon nya sekarang meng-otak-i OS android anyar Gingerbread. Dengan spek seperti ini bisa dirasakan handset androidnya berjalan nyaman dan cepat. Penggunaan GingerBread memberikan juga manajemen power yang lebih baik.
Jadi perpaduan GingerBread dan batere Arc 1500MAh, terasa ok untuk memberikan tenaga yang cukup seharian untuk unit Arc ini bisa terus hidup, apalagi kalau kita memakai kartu simcard dengan sinyal yang baik. Karena bagus tidaknya sinyal , terutama 3G nya sangat berpengaruh untuk ketahanan batere di handset android.
Sekarang Sony Ericsson mencoba mengganti tampilan di layar Arc dengan UI yang sudah dimodifikasi berbeda dengan UI yang ada di Xperia 10. Ciri khas android milik Sony Ericsson, Timescape masih dipertahankan disini.
Ciri dari Timescape adalah widget yang menampilkan layar2 kecil yang bisa di-scroll dengan sentuhan jari, berisi gabungan dari informasi yang terus update, baik berisi pesan dari facebook, twitter , sms , dll. Dengan menu ini diharapkan kita bisa dengan cepat membaca update semua informasi dengan cepat.
(Gambar, TimeScape Xperia Arc)
Kali ini 4 icon statis dipaling bawah untuk akses cepat, misal telepon, contact bisa kita atur menjadi folder dengan bermacam isi icon, cukup drag and drop icon lain untuk menimpa icon yang sudah ada, maka akan dijadikan sebuah folder dengan nama yang bisa kita pilih.
Dengan adanya fungsi ini, kita memiliki kebebasan untuk mempunyai akses cepat kepada sebuah program yang akan kita sering pakai dengan lebih cepat dibandingkan mengaksesnya ke dalam menu program.
(Gambar, bergabungnya 2 icon langsung membentuk folder)
Perubahan lain dirasakan dibagian menu program, yaitu program2 lengkap yang tidak ditampilkan dihalaman depan, tapi di bawah/di dalam menu all application. Halaman aplikasi2 android yang biasanya disusun terus kebawah, dipilih untuk scroll perhalaman kesamping , dengan setiap halaman menampung 16 buah aplikasi 4×4 icon. Yang dirasakan ketika program sudah menjadi sangat banyak, terkadang sulit mencari sebuah program yang diinginkan. Akses cepat yang disediakan oleh google sebenarnya melalui widget google search, hanya tinggal mengetik nama aplikasi.
Pada Xperia Arc, selain cara diatas , juga diberikan sebuah menu sort di pojok kiri bawah, dengan pilihan Own Order, Alphabetical, Must Used, or Recently Installed.
Ketika salah satu dipilih maka secara otomatis aplikasi merapihkan diri sesuai pilihan kita. Masih belum puas dengan ordernya, ada menu dipojok kanan bawah yang ketika di klik akan membuat icon2 aplikasi bergoyang, ini mengingatkan kita kepada menunya iPhone 🙂 dan fungsinya sama untuk bikin order sendiri dengan menggeser-geser icon aplikasi.
Untuk terlihat lebih menarik, sekarang semua gerakkan sudah dibuat lebih beranimasi. Dari hanya sekedar mengklik email sampai membuang icon ke tong sampah terlihat gerakan animasi yang menarik, tong sampah yang membuka, menutup dan bergoyang.
Multimedia
Selain sudah menggunakan OS android terbaru, layar yang bagus dan kamera yang hebat, kali ini Sony Ericsson benar-benar menaruh perhatian pada multimedia.
Dengan pemikiran sudah buat video HD yang baik, kenapa tidak di share dengan menonton bersama keluarga?, membuat Xperia Arc dilengkapi dengan slot HDMI dan DLNA.
Menggunakan kabel HDMI micro ke standard, Xperia Arc langsung bereaksi ketika dihubungkan dengan LCD besar, kali ini dicoba dengan LCD 42”. Apa yang tampil di layar Xperia Arc, langsung secara utuh ditampilkan di layar LCD 42”.
Biasanya untuk android merk lain yang memiliki slot HDMI, yang bisa ditampilkan di LCD hanya multimedia, misal foto, lagu dan video saja. Butuh aplikasi tambahan Real HDMI untuk bisa mendapatkan apa yang tampil di unit tampil pula di LCD.
Dengan HDMI nya, kita bisa menyetel video di Arc dan ditampilkan utuh dengan bagus di LCD 42”seolah-olah sedang menonton melalui DVD, dan semuanya lancar tanpa jeda.
(Gambar, Film yang diputar di Arc ditampilkan di layar 42” )
Nah berhubung Arc bisa tampilan apa adanya di LCD, maka ketika tampilan aplikasi nya bisa landscape, kita memiliki layar android sebesar LCD yang kita miliki. Bayangkan hanya dengan device kecil kita bisa browsing internet dengan layar 42”, bisa bermain angry birds full layar besar, bahkan kalau diperhatikan ketika membuka map, ada icon2 petunjuk yang sebelumnya tampil kecil di layar Arc hanya seperti balon warna, ketika di LCD besar terlihat bahwa detail iconnya , sebenarnya memiliki pola.
(Gambar, Bermain Angry Birds di layar besar 42”)
Dengan kondisi ini, berarti kita juga bisa melakukan presentasi dengan hanya menggunakan android yang terhubung dengan kabel HDMI.
Tapi kalau LCD TV kita satu darah dengan Arc, yaitu Sony Bravia, yang terjadi bisa lebih seru, karena remote televisi nya bisa kita pakai untuk mengendalikan Xperia nya. Play, Stop dll. Ini bagusnya sinergi yang terbangun dari sebuah pabrikan yang sama.
Kalau kebetulan dana kita lebih dan memiliki LCD TV terbaru yang sudah support DLNA (Dynamic Living Network Alliance) , kita tidak membutuhkan lagi kabel HDMI, cukup saling koneksi antara Arc nya dan LCD TV nya secara wireless maka gambar dan video termasuk lagu bisa dikirimkan nirkabel melalui wireless, dan tetap tanpa jeda. Asik kan.
Untuk mengecek apakah device kita sudah memiliki fitur ini bisa coba lihat di www.dlna.org
Untuk mendapatkan spek lengkap Xperia Arc bisa dilihat disini:
http://www.gsmarena.com/sony_ericsson_xperia_arc-3619.php
or
http://www.sonyericsson.com/cws/corporate/products/phoneportfolio/specification/xperiaarc
Xperia Arc ini akan tersedia resmi di Indonesia pada tanggal 9 April 2011.
Harga yang dibandrol 5.499.000.
Kabarnya sekarang sedang ada pre order di Senayan City, dengan diskon 500rb rupiah dan bonus2 lain.
So segitu dulu pembahasannya, nanti cari waktu lagi saya cerita lebih dalam tentang Xperia Arc ini ya.
Enjoy
Salam,
Lucky Sebastian