Hisense Pureshot+, deep review
Perkenalan
Tahun 2015 menjadi tahun dimana device-device dari Tiongkok dengan brand aslinya, terlihat masif masuk dalam peta penjualan smartphone di tanah air. Dulu brand-brand dari China agak dipandang sebelah mata dalam segi harga dan kualitas. Tetapi sekarang brand-brand ini mulai mendapatkan kepercayaan dan tempat khusus dimata penggemarnya dan mulai sejajar dengan brand-brand global.
Hisense, walaupun belum banyak orang mengenal brandnya sebagai pembuat smartphone android, sebenarnya sudah cukup lama masuk ke Indonesia dengan branding Andromax dari Smartfren. Berbagai smartphone Andromax dari Smartfren, masuk dalam jajaran smartphone yang penjualannya berada di ranking papan atas, karena laku dan digemari.
Kali ini walau masih bekerjasama dengan Smartfren, Hisense masuk ke pasar Indonesia dengan brandnya sendiri, dimulai dengan Hisense Pureshot dan Pureshot+ .
Hisense sendiri di negeri aslinya adalah perusahaan elektronik besar, yang terkenal dengan berbagai produk consumer electronic seperti televisi, mesin cuci , air conditioner, dll, juga termasuk laptop dan smartphone. Hisense sebenarnya adalah perusahaan global, karena selain memiliki 13 pabrik di China, juga memiliki beberapa pabrik di negara lain seperti Perancis, Afrika Selatan, Hungaria, Mesir, Australia, dll. Bahkan pabriknya di Meksiko, dahulunya adalah pabrik milik Sharp yang diambil alih oleh Hisense. Dengan lini produk yang banyak Hisense juga memiliki enam pusat riset dan pengembangan sendiri (R&D), selain berada di mainland China, juga di Amerika, Kanada dan Eropa.
Sebagai perusahaan elektronik, Hisense adalah pemain lama, karena didirikan sejak tahun 1969 sebagai pembuat radio, kemudian berkembang menjadi pembuat televisi dan kemudian beragam alat elektronik rumah tangga lain. Kerjasama dengan berbagai perusahaan elektronik besar untuk transfer teknologi, juga dikerjakan Hisense, misal dengan Hitachi, Toshiba, Sanyo, NEC bahkan Qualcomm.
Pada tahun 2005, Hisense memulai debutnya sebagai pembuat handphone, dan termasuk menjadi brand awal yang memperkenalkan konsep dual SIM CDMA-GSM.
Kini Hisense dengan brand aslinya, mencoba memperkenalkan brand nya sebagai pembuat smartphone secara lebih luas untuk pasar Indonesia. Walau masih bekerjasama dengan Smartfren, tetapi kali ini device yang diperkenalkannya bukan melulu harus digunakan dengan operator tersebut, tetapi juga bisa bebas digunakan dengan operator lainnya.
Dalam review kali ini kita akan fokus kepada device paling advancenya saat ini, PureShot+ (Hisense HS-L695). Sebenarnya antara Hisense Pureshot dan Pureshot+ secara spesifikasi sama saja, hanya berbeda diukuran layar dan besaran kapasitas baterai.
Desain
Desain Hisense Pureshot+ dibuat dengan bahasa desain yang sederhana, tanpa banyak bentuk yang tidak perlu, tetapi justru membuatnya terlihat terpadu, kompak, dan menarik. Perbandingan antara lebar, tinggi dan tebalnya, menyiratkan bahasa desain yang sekarang banyak dianut device-device kelas high-end. Jika kita breakdown, kita akan menemukan bahwa secara desain, device ini dipikirkan secara lebih.
Misalnya smartphone sekarang dituntut untuk tampil ramping. Sebenarnya ketebalan Hisense Pureshot+ sudah masuk kategori ramping di 8mm, tetapi desain ini masih diolah lebih untuk menampilkan kesan device lebih ramping, dengan beberapa pilihan bahan dan bentuk yang baik. Pertama pada panel kaca pelindung depan, selain sudah diberikan pelindung tahan gores Gorilla Glass 3, juga digunakan teknik kaca 2.5D. Kaca 2.5D ini memiliki perbedaannya dengan kaca standar, dimana pada bagian keempat tepinya yang sedikit melengkung, tidak hanya sekedar rata.
Efek yang dihasilkan kaca 2.5D adalah ujung seperti tepian air yang turun, efek ini memberi kesan kaca lebih tebal dan terlihat lebih menyatu dengan frame. Kesan lainnya terlihat lebih mewah, dan lebih nyaman disentuh atau digenggam karena tidak ada bagian yang “tajam”diujungnya.
Olahan ujung kaca 2.5D ini masih dibuat lebih kentara di Hisense Pureshot dengan menambahkan chamfer, atau potongan diagonal sebelum bertemu dengan metal bezel, yang biasa kita lihat di smartphone premium seperti iPhone dan Samsung. Tetapi kali ini chamfer yang digunakan selain lebih tegak, tidak metalic seperti device diatas, juga menggunakan warna senada.
Setelah pertemuan kaca 2.5D dan chamfer, keduanya diapit oleh frame metal berwarna hitam kebiruan yang lebarnya hanya 4.5mm, kemudian baru disambung kebagian penutup baterai dengan sipatan chamfer lebih lebar 45 derajat.
Dengan desain seperti ini, ketebalan smartphone akan terlihat lebih tipis karena lebar frame metal yang dibuat tipis, dan chamfer di belakang yang lebar, selain membuat genggaman pada lebar smartphone akan terasa lebih kecil, juga ketika smartphone diletakkan di bidang datar, memberikan ilusi ketebalan yang lebih tips karena tertutup bayang-bayang.
Penggunaan pelindung Gorilla Glass 3 di permukaan depan juga sebenarnya memberikan nilai lebih bukan hanya karena namanya yang dikenal luas, tetapi lapisan oleophobic dan tingkat pantulannya yang rendah, membuat tampilan layar lebih terlihat menyatu, mendominasi seluruh area smartphone. Saat disentuh jari, akan terasa perbedaan yang nyata, bahwa kehalusan layar karena lapisan oleophobicnya akan memberi kesan kuat device ini lebih hi-end.
Hanya saja, untuk mereka yang senantiasa terbiasa menggunakan tambahan lapisan anti gores atau screen protector, akan merasakan kesulitan untuk mendapatkan screen protector yang bisa meng-cover sampai ke ujung tepi layar, karena bagian lengkung 2.5D ini akan sulit ditutup oleh screen protector.
Bagaimanapun juga beberapa gaya desain tidak bisa dipungkiri pada Hisense Pureshot+ ini mengambil gaya desain dari iPhone. Misalnya jajaran lubang speaker yang seimbang di kiri dan kanan pada bagian bawah frame (mirip dengan iPhone 5s, termasuk hanya satu bagian lubang speaker yang sebenarnya berisi speaker -mono-).
Demikian juga pada touch sensor standar android device yang terdiri dari 3 bagian, recent apps, home dan back, hanya terlihat bagin logo home ketika layar dalam keadaan mati, dan logo pada bagian home ini berbentuk kotak, seperti logo pada bundaran iPhone dulu.
Pada bagian belakang dari tutup baterai yang bisa dilepas, dilapisi plastik bening, yang jika dilihat dan diraba, sebenarnya memimik smartphone hi-end sekarang yang bagian belakangnya dibalut kaca. Memang lapisan bening ini sepertinya tidak akan sekuat lapisan kaca Gorilla Glass, tetapi dalam beberapa waktu pemakain, lapisan ini juga tidak terlalu mudah baret dan kusam, terasa seolah-olah memang dibuat dari material kaca. Hanya jika diperhatikan seksama dalam sudut dan pencahayaan tertentu, sedikit goresan mulai terlihat. Sepertinya material ini mirip dengan pelapis anti gores yang bening.
Pada bagian belakang tidak semua permukaan tertutup lapisan bening seperti kaca ini, sedikit coakan diberikan pada bagian kamera belakang yang dilengkapi dual lampu LED, dan menampilkan material pastik apa adanya sebagai aksen.
Hanya kontinunitas desain yang baik ini sedikit terhenti dibagian lubang earphone pada frame dibagian atas, karena lubang earphone ini tidak benar-benar tepat berada di tengah lebar metal frame, tetapi sedikit ke belakang, sehingga salah satu tepi bagian frame terputus lubang.
Overall secara skala desain, Hisense Pureshot+ dengan layar 5.5 inci ini berimbang antara perbandingan lebar, tinggi dan tebalnya, nyaman di genggam, tidak terasa berat, dan masih mudah untuk dimasukkan kedalam saku. Penempatan tombol power juga pas dan mudah diraih, walau dibuat sejajar dengan tombol volume di sisi kanan frame. Tetapi penempatan dan jaraknya yang cukup, membuat tombol volume ini jarang sekali tertukar ketika di tekan dengan tombol volume. Dengan sisi kiri frame yang kosong tanpa tombol, membantu jari jempol untuk bertengger disana, dan pegangan tangan pada device menjadi kokoh.
Performa
Tentu saja setiap bicara performa, kita mempercayakan kecepatan dan kemampuan performa ini pertama kepada prosesor. Hisense Pureshot dan Pureshot+ sepertinya bisa dikatakan sebagai device mid end pertama yang masuk ke Indonesia dengan prosesor Qualcomm Snapdragon yang baru, seri 415 (MSM8929). Kalau tahun lalu banyak mid-end smartphone menggunakan prosesor Snapdragon 410 (MSM8916), prosesor Snapdragon 415 adalah penyempurnaan dari prosesor Snapdragon 410 yang sudah dikenal berperforma bagus.
Ada banyak keunggulan di Snapdragon 415 dibanding 410, walau sepertinya perbedaan kode angkanya tidak besar. Pertama, walau Snapdragon 410 sebelumnya digadang-gadang menjadi prosesor 64bit untuk android device, tampaknya jarang, bahkan bisa dikatakan belum ditemukan smartphone android dengan prosesor Snapdragon 410 running di 64bit, kebanyakan digunakan untuk proses 32bit saja.
Smartphone mid-end sekarang dengan prosesor Snapdragon 415 dan menggunakan OS android minimal Lollipop seri 5.0, dipastikan akan running seluruhnya di 64bit, seperti yang di set pada Hisense Pureshot+ ini.
Snapdragon 415 juga memiliki core/inti prosesor lebih banyak dibanding seri 410 terdahulu, octacore (8 inti) dibanding quadcore (4 inti) pada seri 410. Clockspeed prosesor Snapdragon 415 di Hisense Pureshot+ juga di set bisa mencapai clockspeed tertingginya di 1.4GHz.
Perubahan besar lain dibanding snapdragon terdahulu adalah penggunaan GPU (Graphic Processor Unit) seri yang lebih atas, adreno 405. Jadi secara garis besar Snapdragon 415 ini lebih tinggi kelasnya, (lebih mendekati Snapdragon seri 600 pada tahun sebelumnya), dibanding jajaran Snapdragon 400 series tahun lalu.
Hasilnya, secara benchmark, kelas kinerjanya diatas device-device dengan prosesor Snapdragon 400 series tahun lalu, dengan angka score AnTuTu benchmark sudah diatas angka 30rb an (34.000).
Benchmark GeekBench memperlihatkan kinerja single prosesor dan multiple prosesor. Secara single prosesor kinerjanya 1.5 kali lebih cepat dibanding jajaran mid-end yang menggunakan prosesor seri Snapdragon 410, dan secara multiple prosesor terlihat kalau 8 inti prosesor 400 series yang lebih baru ini , bisa menghasilkan hampir 2x kinerja multiple Snapdragon 400 prosesor series sebelumnya.
Untuk mengetahui performa ketika digunakan bermain game, 3D Mark score juga menunjukkan hasil yang baik untuk perangkat mid-end di kelasnya , di angka sekitar 7500. Ini juga hampir dua kali lebih besar dibanding mid-end dengan prosesor Snapdragon 400 series tahun kemarin yang biasanya berkisaran diangka 4000 an.
Melihat angka-angka tersebut, dan membandingkannya dengan beberapa device flagship 1-2 tahun lalu, sebenarnya bisa dikatakan device mid-end sekarang seperti Hisense Pureshot+ ini memiliki kinerja yang mirip dengan device-device flagship 1-2 tahun lalu.
1-2 tahun lalu memang terasa agak jauh kinerja sebuah device hi-end dengan sebuah device flagship, banyak aplikasi seperti game-game dengan grafik bagus, tersendat-sendat dimainkan disebuah mid-end smartphone. Tetapi sekarang, agak sulit menemukan game-game yang memerlukan render grafis intensif untuk tidak lancar dimainkan di sebuah mid-end device seperti Hisense Pureshot+. Semua dirasakan lancar-lancar saja, tapa stutter, paling hanya FPS (Frame Per Second) nya tidak setinggi device-device flagship tahun ini.
Secara penggunaan setiap hari, Hisense Pureshot+ bisa digunakan dengan baik, lancar, dan berpindah-pindah aplikasi juga bisa dilakukan dengan mudah. Memiliki RAM 2GB, sisa free RAM rata-rata masih optimal berkisar 300MB -800MB, dan selama digunakan tidak pernah sampai terjadi warning kalau sisa RAM mencapai titik kritis. Untuk mereka yang sering khawatir dengan banyaknya running program di belakang, disediakan menu clean RAM satu langkah yang bisa diakses dengan cepat melalui tombol recent apps.
Sama dengan pengaturan menu pada banyak device brand China, untuk aplikasi-aplikasi yang kita inginkan selalu running dan tidak tiba-tiba tertutup oleh manajemen RAM, swipe ke bawah pada aplikasi yang dipilih, maka akan diberikan tanda kunci yang berarti aplikasi tersebut tidak akan otomatis ditutup secara otomatis atau pada saat dilakukan cleaning manual. Biasanya fitur ini dibutuhkan untuk aplikasi-aplikasi chatting, dimana jika tidak sengaja tertutup, aplikasi ini sering tidak memberikan notifikasi walau ada pesan yang masuk.
Untuk internal storage, Pureshot+ menyediakan 16 GB memory, (sebagian internal memory ini digunakan oleh sistem operasi dan menyisakan 11.33GB) dan mendukung eksternal memory dalam bentuk micro SD yang support hingga 128GB. Sayangnya device ini belum mendukung akses USB OTG (On The Go), sehingga belum bisa menggunakan flashdisk atau eksternal USB storage. Belum jelas diketahui apakah kendala OTG ini hanya secara software yang nantinya bisa diaktifkan ketika update, atau memang default by hardware.
Semua kebutuhan daya, disupply dari baterai berukuran 2500 mAh yang bisa dicabut pasang (removeable).
Layar
Selain memiliki lapisan kaca 2.5D dan pelapis tahan gores Gorilla Glass 3 dengan lapisan oleophobic yang bagus, Hisense Pureshot dan Pureshot+ menggunakan layar IPS dengan resolusi HD 720p (1280 x 720). Keduanya berbeda pada ukuran layar, 5 inci untuk PureShot dan 5.5 inci untuk Pureshot+.
Pada Pureshot+ berarti ini memberikan kerapatan sekitar 267ppi, angka yang cukup rapat mendekati retina display. Huruf-huruf terlihat halus tanpa jagged, dan pengaturan warna yang bisa kita set, augment untuk membuat warna tampil lebih pop up, standard, dan soft bagi yang suka tampilan layar lebih lembut.
Layar Hisense yang mengadopsi teknologi IPS, membuat sudut pandang ke layar LCD cukup lebar, baru terasa warna sedikit lebih wash out jika sudut pandang ke layar dalam sudut yang cukup lebar. Kualitas layar juga tampil baik, sepertinya sudah dibuat dalam teknologi OGS (One Glass Solution) dimana tidak ada lagi barrier udara antara lapisan pelindung, touchscreen dan LCD.
Karakter layar Hisense Pureshot+ sendiri lebih ke arah temperatur warna cold, putih yang terasa lebih putih ke arah biru, tidak kekuningan seperti karakter beberapa LCD yang warm. Tidak ada pengaturan tambahan untuk men-set temperatur pada layarnya. Mereka yang menyukai layar yang tampil terasa lebih putih, akan menyukai karakter layar ini.
Layar sentuhnya responsif terhadap sentuhan jari, bahkan jari yang dilapisi oleh sarung tangan sekalipun, yang seringkali dibutuhkan bagi mereka yang menggunakan sarung tangan, baik karena sering mengendarakan motor atau mereka yang menggunakannya di daerah dingin. Dalam test sentuhan sekaligus pada layar, layar sentuh Purshot+ hanya mendeteksi 5 jari, tetapi secara ketepatan sentuhan tidak ada masalah. Mungkin untuk mereka yang bermain game piano pada smartphone, baru merasakan kekurangan ini.
Overall, Hisense yang berpengalaman dalam membuat televisi dan bermacam layar, memiliki andil dalam menyediakan layar yang bisa dikatakan baik pada seri Pureshot+.
Konektivitas
Ada bagian khusus yang menarik pada konektivitas di Hisense Pureshot+. Ketika device Hisense masih menjadi brand andromax dari Smartfren, koneksi data yang cepat hanya bisa digunakan jika menggunakan kartu Smartfren. Sementara sekarang ini, ketika negara kita sudah maju ke teknologi 4G LTE, koneksi data 4G melepaskan batasan CDMA dan GSM, hanya LTE dan tergantung berapa frekwensi band yang digunakan.
Beberapa smartphone 4G LTE yang beredar sekarang, jika memiliki band yang sesuai dengan band LTE dari operator di tanah air, bisa digunakan baik dengan operator-operator GSM, juga bisa menggunakan LTE dari “operator CDMA” seperti Smartfren.
Tetapi biasanya jika kita menggunakan Smartfren sebagai jaringan koneksi untuk terhubung dengan 4G LTE, kita hanya mendapatkan koneksi data, tanpa bisa menggunakan nomor Smartfren tersebut untuk bertelepon atau voice, sampai menunggu teknologi Voice over LTE nanti bisa berjalan.
Hisense Pureshot+ ini menjadi unik karena karena salah satu SOC di prosesor Snapdragon 415 nya menggunakan chip X5 LTE. Chip modem ini adalah teknologi chip modem LTE baru untuk prosesor Snapdragon di tahun 2015, selain mendukung band LTE yang sekarang, baik FDD dan TDD, juga masih mendukung band CDMA seperti EVDO, dan CDMA 1x. Dengan mendukung band CDMA 1x ini maka selain bisa menggunakan jalur data dari LTE Smartfren (Band 2300), kita juga bisa menggunakannya sebagai jalur voice.
Tetapi jika kita ingin menggunakan 4G LTE dari jalur operator GSM, bukan dari Smartfren, kita tetap bisa menggunakannya.
Tambahan yang memudahkan, Hisense Pureshot+ dilengkapi dual slot SIM (ukuran mini SIM). Tanpa harus memindahkan posisi kartunya, kita bisa memilih kartu SIM di slot pertama atau kedua yang akan memberikan koneksi 4G LTE. Jadi pada slot dual SIM ini kita bisa bebas mengisinya dengan konfigurasi kartu GSM-GSM atau CDMA-GSM. Juga tidak ada ketetapan kartu CDMA harus diletakkan di slot pertama seperti smartphone-smartphone CDMA-GSM terdahulu, kita bebas boleh meletakkannya di SIM pertama atau SIM kedua.
Band 4G LTE yang disupport oleh Hisense PureShot+ cukup lengkap dan bisa dipakai oleh semua operator 4G di Indonesia.
Untuk FDD (Frequency Division Duplexing) , mendukung
Band B2(1900),
B3(1800),
B5(850),
B8(900),
B26(ext 850).
Untuk TDD (Time Division Duplexing), mendukung band B40(2300).
Koneksi 4G LTE pada X5 LTE modem sudah mendukung Cat 4, berarti secara teoritis memiliki kemampuan download di 150 Mbps dan Upload di 50 Mbps. SOC modem baru dari Snapdragon ini kabarnya selain hemat energi, juga mendukung RF360 yang memungkinkannya meng-handle perubahan jaringan (LTE, 3G, 2G, dll) dan banyaknya frekwensi dari operator dengan mudah.
Konektivitas lain seperti penerimaan sinyal WiFi -dengan konfigurasi 802.11ac (2.4/5.0GHz) Multi-User MIMO (MU-MIMO)- bekerja baik pada device ini, walaupun ada jarak yang cukup jauh dari sumber WiFi atau terhalang sekat. Bluetooth yang digunakan sei 4.0, yang sudah men- support Bluetooth Low Energy. Dengan BLE ini kita bisa menyambungnya dengan beberapa peralatan bluetooth low energy lain seperti smartwatch atau wristband tanpa harus mengorbankan banyak daya baterai.
Software dan UI
Berbasis OS android Lollipop 5.0.2, Purseshot+ memilki skin UI diatasnya yang dinamai Vision UI yang sekarang sudah pada tahap versi 2.0. Sama dengan kebanyakan smartphone brand Tiongkok, UI ini menampilkan semua aplikasi di halaman depan, tidak seperti basis OS android asli yang memisahkan aplikasi antara bagian display dengan app drawer.
Fitur tambahan yang disiapkan bisa dikatakan sangat lengkap, seperti sebuah kombinasi dari beragam fitur unggulan yang menjadi ciri khas smartphone dari brand-brand tertentu. Misalkan fitur yang mengandalkan gesture, gerakan atau sentuhan jari, seperti menyalakan smartphone cukup dengan mengetuk layar dua kali, membuka kamera dengan cepat melalui double tap pada home button, atau memberikan kode dalam bentuk huruf tertentu saat layar mati untuk melakukan beberapa shortcut perintah, seumpama gerakan membentuk huruf M akan mengaktifkan musik, tanpa harus menyalakan unit. Gesture gerakan jari membentuk huruf ini, bahkan ada sampai menu telepon cepat, yang dinamakan menu gesture dial. Dengan menggerakkan jari membentuk huruf, misal huruf b, kita bisa mengasosiasikannya untuk men-dial nama orang tertentu yang sering kita hubungi, misal Budi, tanpa harus lagi membuka kontak atau menekan nomor telepon.
Vision UI ini cukup agresif dalam menghandle aplikasi yang berjalan untuk pemanfaatan RAM, begitupula untuk mengatur penggunaan internet dan aplikasi-aplikasi yang running di background.
Memang harus kita akui terkadang banyak aplikasi-aplikasi yang tidak diperlukan, bad coding, berjalan terus dibelakang dan menyita selain kuota, koneksi data, juga baterai.
Google pada android Marshmallow mulai mengaktifkan fitur Doze, dimana aplikasi-aplikasi dipantau, jika dirasa berlebihan melewati keperluannya akan di suspend supaya tidak running di background dan menghabiskan banyak daya.
Walaupun belum bisa se-otomatis android Marshmallow, pada Pureshot+ melalui VIsion UI nya kita bisa memanfaatkan fitur yang mirip, -walau harus ditetapkan secara manual-, melalui menu setting security yang dinamakan Self-running management. Setiap aplikasi yang kita anggap boleh autorun kita berikan ijin, dan aplikasi-aplikasi yang kita anggap tidak perlu jalan otomatis, kita matikan.
Secara default, setiap kita menginstalkan aplikasi, akan dimintakan ijin otomatis apakah kita menginginkan aplikasi yang baru saja dipasang boleh jalan secara otomatis atau tidak. Jika kita abaikan, defaultnya tidak diijinkan. Tentu saja sebaiknya untuk aplikasi-aplikasi chatting yang kita butuhkan notifikasi dan updatenya, kita bisa memilih untuk mengaktifkannya. Untuk aplikasi-aplikasi lain yang baru kita butuhkan update datanya ketika aplikasi dibuka, bisa kita set untuk tidak autorun.
Dengan fitur ini, baterai 2500 mAh terasa sangat cukup untuk dipakai seharian penuh. Belum lagi dibantu layar yang beresolusi HD dan prosesor ber-arsitektur arm A53 yang dikenal irit baterai, dan X5 LTE modem yang terintegrasi dan hemat daya.
Untuk mereka yang senang mengoprek, Vision UI ini masih menyediakan banyak setting tambahanan otomatis, tanpa perlu menginstall aplikasi 3rd party. Misalkan pengaturan profile otomatis menjadi silent di lokasi tertentu, misalkan rumah ibadat, yang bisa di trigger ketika tersambung dengan wifi tertentu. Atau, otomatis silent ketika terhubung dengan headphone bluetooth saat menyetel musik, sehingga suara notifikasi tidak mengganggu suara lagu. Masih banyak konfigurasi yang bisa kita lakukan dengan memanfaatkan trigger dari wifi, bluetooth, gps dll.
Ada beberapa aplikasi 3rd party bawaan dari device yang tidak bisa kita remove. Tapi aplikasi ini lebih banyak ke arah tools dan cukup berguna karena UI yang tidak memilki app drawer, akan membuat halaman aplikasi menjadi banyak atau kita akan cukup repot meng-arrange atau menyusunnya satu persatu atau mengelompokkannya dalam masing-masing folder. Tools aplikasi yang disediakan, mencoba membantu meng-arrange secara otomatis, mengelompokkan aplikasi-aplikasi yang dianggap sejenis dalam folder masing-masing, atau mengatur icon-icon supaya otomatis berbaris rapi, tanpa menjadi ada lubang-lubang kosong.
Disediakan pula aplikasi untuk menyembunyikan aplikasi-aplikasi tertentu supaya tidak terlihat dilayar, dan jika diperlukan untuk digunakan harus memasukkan password. Aplikasi hide ini juga bisa di akses dengan men-tap&hold jari di layar kosong.
Bahkan sepertinya aplikasi “firewall” untuk memblock telepon dan SMS, adalah keharusan di smartphone-smartphone brand China, dan pada Hisense Pureshot kita juga sudah memilikinya. Aplikasi semacam ini memang sering dibutuhkan dengan banyaknya telepon dan sms dari tele-marketing di Indonesia, yang terkadang menginterupsi pekerjaan kita.
Multimedia
Untuk tata suara, Hisense Pureshot+ menggunakan sound enhancer dari Dolby, yang bisa di set apakah digunakan untuk musik, movie, game, voice, bahkan bisa kita kustomisasi. Di dalam presetnya sendiri kita masih bisa mengatur intelligent EQ, apakah open, rich dll, sehingga kustomisasi semakin bisa personal, karena memang tidak mudah membicarakan musik dengan kata enak atau tidak, karena sangat personal dan bergantung dengan kesukaan seseorang.
Untuk format lagu, device ini selain mendukung format mp3, juga mendukung format lossless seperti flac, bahkan sanggup memutar file flac hi-quality 24bit.
Untuk mendapatkan suara optimal, tentu saja diharapkan kita menggunakan headphone yang baik, walau sebenarnya dolby enhancer ini juga terasa efeknya ketika digunakan oleh speaker mono bawaan device.
Suara yang dihasilkan dari Pureshot+ menggunakan headphone yang memadai, saya rasa akan disuka banyak orang. Bass cukup punchy, treble dan vokal masih tetap terjaga. Karakter lagu-lagu pop cocok diputar di device ini.
Tentu saja sekarang ini smartphone selain dipakai untuk bekerja dan saling terhubung, fungsi besar lainnya adalah multimedia. Dari urusan mendengar lagu, bermain game sampai memutar film. Menonton film HD dan Full HD bisa dilakukan lancar, baik dengan aplikasi video bawaan maupun 3rd party seperti BS Video Player.
Efek suara dari Dolby audio yang di set untuk movie, jalan baik untuk aplikasi video bawaan maupun 3rd party app, walaupun tetap memiliki perbedaan, dimana pada aplikasi video bawaan, efek suara ini lebih terasa bagus. Aplikasi video bawaannya juga memungkinkan kita untuk mengecilkan ukuran layar video untuk bekerja dengan aplikasi berlainan, misalnya menjawab chatting sambil tetap menonton film.
Format codec video baru h.265 (HVEC) sudah di support oleh Hisense Pureshot, format ini sedang terkenal sekarang, karena memungkinkan ukuran file video menjadi lebih kecil tanpa kehilangan kualitas.
Jika kita suka menggunakan headphone atau plug earphone, kehadiran efek suara Dolby menambah kesenangan saat memutar lagu, menonton film dan bermain game di Pureshot+.
Earphone juga dibutuhkan jika ingin mendengar radio FM yang juga tersedia di device ini, karena kabel earphone sekaligus akan berfungsi sebagai antenna. Tentu saja tetap ada pilihan menggunakan speaker langsung untuk mendengarkar radio FM, tetapi pilihan tersebut baru bisa dilakukan setelah mengkoneksikan audio jack 3.5 mm dari earphone atau headphone. Buat sebagian orang, radio FM terasa ketinggalan jaman dalam musim internet yang serba streaming sekarang ini, tetapi ternyata mereka yang menjadikan radio FM sebagai fitur yang diinginkan pada sebuah smartphone ternyata masih banyak.
Fungsi lain dan sensor.
Pengguna smartphone kini semakin jeli dan mengerti, apa saja yang menjadi pertimbangan saat membeli smartphone. Jika diperhatikan pengertian ini semakin berkembang, jika dulu hanya mengenal dual core, quadcore, kemudian berkembang ke ukuran RAM harus cukup, sekarang sebagian juga sudah mengerti pentingnya sensor pada smartphone. Harus diakui bahwa sensor-sensor pada smartphone mid dan low end adalah bagian yang paling sering disederhanakan.
Pureshot+ sendiri memiliki 9 sensor, mengcover sebagian besar kebutuhan standar. Beberapa aplikasi baru seperti Virtual Reality atau video 360 di Youtube, seringkali mengharuskan device kita memiliki sensor lebih, seperti Gyroscope. Pureshot+ disini menggunakan gyroscope bukan secara hardware, tetapi pseudo gyroscope, berbasis algoritma dari sensor kompas untuk orientasi, rotasi dan gravitasi. Hasilnya tidak mengecewakan, video Youtube 360 bisa ditonton dengan baik, aplikasi VR yang bisa ditandem degan google cardboard juga berjalan lancar, dengan catatan kita mengkalibrasi compass dan akselerometer dengan baik sebelum menggunakannya.
Banyaknya aplikasi berbasis lokasi, tentu saja meminta GPS pada device untuk bekerja cepat, baik dengan bantuan posisi wifi, sinyal dari tower BTS, maupun langsung dari satelit. Biasanya prosesor Snapdragon sudah mengintegrasikan penerima GPS dalam modul SOC pada chip prosesor. Pada Pureshot+ dengan Snapdragon 415, penerimaan GPS juga tepat dan cepat. Menurut test sensor, ada 32 satelit GPS yang bisa diterima oleh Pureshot+, pengalaman mengatakan jumlah satelit sebanyak ini berarti mendukung A-GPS, GPS dari satelit Amerika, Baidou dari China dan Glonass dari Rusia. Penerimaan sinyal GPS ini juga cukup kuat bahkan hingga masuk ke dalam rumah.
Kamera.
Tidak bisa dipungkiri kamera menjadi pertimbangan besar bagi para pengguna smartphone sekarang ini. Hisense menamai devicenya kali ini dengan sebutan Pureshot dan Pureshot+ , bahkan dengan logo rana kamera pada tulisan logo nya. Ini yang menjadi concern terbesar Hisense pada device nya, kamera yang baik.
Kamera belakang Hisense Pureshot+ memiliki besaran 13MP dengan (big) aperture f 2.0 dan format foto 4:3. Jika ingin menggunakan format 16:9 untuk fit sesuai dengan ukuran layar smartphone, didapat resolusi 6MP, karena format ini sebenarnya hasil cropping dari format 4:3. Kamera belakang ini dilengkapi dengan dual LED.
Ukuran 5MP digunakan untuk kamera depan selfie nya dengan aperture f 2.4. Kamera depan ini mendapat perhatian khusus karena dilengkapi oleh single LED untuk menambah pencahayaan saat selfie. Selain bisa menggunakan tombol shutter di layar dan timer, selfie juga bisa dilakukan dengan gesture senyuman.
Bekerjasama dengan fotografer Yusuf Sutanto, saya memintanya untuk mengeksplor lebih jauh kemampuan kamera PureShot+.
Ada hal menarik yang kita bahas dari hasil kameranya. Pada penerangan yang cukup, misal foto outdoor, tidak ada masalah dengan hasil yang didapat dari aplikasi kamera bawaan Pureshot+.
Tetapi di ruangan indoor, seringkali ada miss di AWB atau auto white balance, sementara dalam menu aplikasi kamera bawaannya tidak memiliki menu untuk memilih AWB.
Sementara itu kita percaya, secara sensor dan hardware kamera pada Pureshot sebenarnya sangat memadai untuk menghasilkan foto yang baik. Untuk itu jika menemukan kesalahan warna yang ditangkap kamera, salah satu solusinya bisa menggunakan aplikasi kamera 3rd party yang mendukung pengaturan AWB, bahkan bisa membuatnya memiliki mode manual. Pada salah satu contoh perbandingan foto di bawah, terlihat karena settingan otomatis AWB yang kurang tepat, menghasilkan warna foto yang berbeda dengan kondisi warna asli.
Beberapa foto dibawah ini hasil karya Yusuf Sutanto, foto lain dalam format aslinya bisa dilihat disini:
Hasil foto Pureshot+ menggunakan aplikasi kamera bawaan smartphone:
Hasil foto Pureshot+ menggunakan aplikasi kamera 3rd party:
Komentar dari Yusuf Sutanto untuk hasil dari kamera Pureshot+ bisa dilihat lebih detail disini:
Secara menu fitur kamera, dibandingkan produk-produk dari negara sekelas, Hisense PureShot cukup simple. Terkadang pengaturan yang terlalu banyak juga belum tentu digunakan oleh banyak orang. Sementara ini kamera pada smartphone masih dituntut hal yang sederhana, point and shoot, dan orang berharap hasil yang baik.
Pendapat Penutup
Pasar Mid-end smartphone merupakan pasar yang riuh. Berbagai model bertarung disini, menjanjikan smartphone dengan harga yang dianggap masih terjangkau tetapi memiliki spesifikasi dan kehebatan smartphone yang bisa diandalkan.
Hisense Pureshot dengan harga yang dibanderol 2.7jt dan Pureshot+ 3.2 jt , memasuki arena persaingan yang cukup ketat, karena sudah menyasar konsumen mid-high end.
Brand-brand lain terutama brand dari China, sebagian besar juga ada di pasar ini. Golongan konsumen di range harga seperti ini dikenal cukup pemilih, berbeda dengan golongan konsumen smartphone dengan harga dibawah 2jt rupiah. Ekspektasi konsumen pada smartphone dengan harga kepala 3 cukup besar, dan mulai berharap banyak dengan smartphone yang mereka pilih.
Hisense memilih menonjolkan brandnya sendiri tanpa melepas langsung kerjasama dengan Smartfen sepertinya menjadi langkah yang baik. Bagaimanapun ini bisa memberikan win-win solution. Produk Andromax yang sebagian dibuat oleh Hisense, dikenal laku dipasaran, bahkan membuat Andromax Smartfren masuk ranking atas dalam data IDC sebagai smartphone yang sangat diminati di Indonesia.
Ini berarti koneksi data, makin banyak dibutuhkan oleh masyarakat, dan Smartfen mendapat tempat dan kepercayaan khusus. Pada paket Pureshot+ juga disediakan 8GB data dari Smartfen yang embedded pada kartu SIM bernomor baru yang disertakan saat pembelian. Dengan ini, berarti sekarang Hisense Pureshot+ menjadi jajaran smartphone paling digdaya diantara smartphone Andromax yang bisa didapat digerai Smartfren.
Sebuah smartphone mid-end 4G LTE dual SIM, yang support CDMA-GSM dan GSM-GSM sekaligus, tentu saja memberi nilai lebih dibanding smartphone dual SIM sekelas.
Kekuatan Hisense Pureshot+ di segmen pasar ini tentu saja jeroannya, prosesor Snapdragon 415 yang baru, yang memberikan banyak keuntungan dibanding smartphone yang masih menggunakan prosesor type lama.
Model yang didesain baik, karakternya diperkuat dengan layar 2.5D berbalut Gorilla Glass 3, dan fisik buatan yang solid akan menjadi daya tarik lain.
Foto yang dihasilkan juga baik, tinggal kita berharap pada update mendatang untuk men-tweak sedikit aplikasi kameranya, supaya bisa memanfaatkan post processing yang lebih mumpuni, terutama menyetel ulang settingan AWB dan memanfaatkan lebih bukaan aperture 2.0 nya untuk foto lowlight. Tentu bukan hal yang sulit mengingat Hisense memiliki team R&D sendiri.
Dolby audio dan ketahanan baterai yang baik, juga akan banyak memberikan kontribusi pada pertimbangan untuk konsumen di segmen ini yang terkenal lebih picky atau pemilih.
Selamat hadir di Indonesia, Hisense.
tp syg uda bermacam2 aplikasi sms pihak ke 3 pada gak support dualsim. padahal waktu di jellybean lancar ja. setelah lollipop 64 bit jd bosan sm hisense. gak bs pakai go sms
Gan, speaker ada satu/dua, saya masih kurang paham yang di jelaskan oleh agan!
Saya pakai hisense pureshot, tp kenapa lampu LED notifikasi tidak bisa menyala? Mohon balasannya
Gan hisensei pureshot biasa bisa gak pakai Bluetooth joystick kok gak bisa pakai otg
Saya pake hisense pureshote plus kok kamerannya jelek ya gan gk jernih mlah kalah sama andromax R