Nokia 5.1 Plus… ada yang salah dengan Mediatek?
Pada awalnya, smartphone dari negeri Tiongkok bisa mulai bersaing karena menawarkan harga yang lebih terjangkau, demikian juga smartphone lokal ber-merek Indonesia.
Salah satu faktor yang membuatnya terjangkau, karena menggunakan SoC atau prosesor Mediatek, buatan perusahaan Taiwan yang dikabarkan lebih murah.
Saat itu hampir bisa dipastikan hampir semua smartphone kelas low dan mid-end dari Tiongkok atau brand lokal menggunakan prosesor buatan Mediatek, sampai saat Qualcomm dengan SoC Snapdragon-nya mulai berkonsentrasi membuat chipset mobile untuk kategori ini, seperti Snapdragon seri 200, 400 dan 600.
Setelah itu berangsur-angsur smartphone dari Tiongkok berganti menggunakan SoC dari Qualcomm, bahkan membuat marketing yang lebih “premium” untuk SoC Snapdragon, sehingga akhirnya banyak yang menganggap kalau SoC Mediatek kalah gengsi dengan Snapdragon dari Qualcomm.
Dekat akhir tahun lalu, brand global Nokia, merelease 2 buah smartphone, Nokia 6.1 Plus dengan prosesor Snapdragon 636, dan Nokia 5.1 Plus dengan prosesor Mediatek P60 untuk pasar Indonesia.
Saat itu hanya Nokia 6.1 Plus yang tersedia dan mendapat lebih banyak sorotan, sementara Nokia 5.1 Plus dari sisi harga pun belum ditetapkan, walau kemudian Nokia 5.1 Plus ini tanpa banyak pemberitaan lagi tersedia secara online dan offline.
Desain
Dilihat sekilas, desain Nokia 5.1 Plus tidak jauh dengan saudaranya 6.1 Plus. Sekilas mirip. Nokia sepertinya sekarang sudah menemukan lagi “pakem” desainnya, mudah dikenali dari cara penempatan kamera, warna body, dan cap brand yang menonjol di depan dan di belakang.
Nokia 5.1 Plus menggunakan frame plastik dan penutup kaca di bagian belakang. Finishing frame plastik dan pewarnaannya bagus, terasa solid sehingga tidak mudah kita mengatakan ini frame plastik.
Saat digenggam seperti kebanyakan kualitas build dari smartphone Nokia, seri ini pun terasa solid.
Seperti biasa, penutup kaca di bagian belakang 2.5D memang trending, tetapi juga tetap sangat mudah kotor oleh jari tangan, apalagi dengan warna hitam. Untuk mereka yang resik akan harus sering-sering membersihkan atau me-lap nya, untuk device tetap terlihat bersih.
Di bagian depan pada layar terdapat notch yang cukup lebar, berbeda dengan Nokia 6.1 Plus dengan notch yang lebih kecil.
Secara kasat mata, notch yang lebar ini terasa berlebihan karena hanya menampung single camera selfie, speaker kuping dan infrared proximity sensor. Tetapi mungkin Nokia punya alasan tersendiri memilih ukuran yang lebar ini, mungkin dari sisi budget supaya harganya bisa lebih kompetitif.
Untuk mereka yang tidak menyukai notch, pada Android Pie 9 yang menjadi OS didalamnya, ada pilihan untuk membuat kiri kanan dari notch dipenuhi bar hitam sehingga terkesan tanpa notch.
Bagaimanapun juga, keberadaan notch ini membuat Nokia bisa membuat device ini menjadi berukuran lebih kompak, dengan desain yang lebih dianggap modern saat ini bezel yang lebih kecil, dengan screen to body ratio 79.6%.
Layar Nokia 5.1 Plus berukuran 5.8 inci, rasio layar 19:9 , resolusinya “masih” HD+ atau 720 x 1520, dengan panel LCD yang dilapisi kaca 2.5 D.
Panel LCD ini belum menggunakan teknologi yang lebih baru COF (Chip on Film), sehingga driver layar masih harus ditaruh di bawah, sehingga bezel bagian bawah masih lebih besar.
Warna-warna yang dihasilkan baik, dan untuk ukuran layar ini, gambar juga terlihat halus. Sebagian besar konsumennya tidak perlu untuk berpikir pixel peeping bahwa resolusi kurang padat, karena dengan kerapatan 287 ppi sudah sangat memadai.
Saat menggunakan background hitam dan posisi mata kita tidak langsung lurus ke layar, misalnya saat device ini tergeletak di meja, akan terlihat warna hitam yang tidak terlalu pekat, sedikit abu-abu. Tetapi jika dilihat langsung direct tanpa sudut yang lebar, kondisi ini tidak akan terasa.
Pada bagian belakang dual camera yang sedikit menonjol ditempatkan di tengah satu grup dengan LED flash. dibawahnya terdapat biometrik sensor fingerprint yang hanya sedikit masuk ke dalam body.
Fingerprint ini secar posisi mudah digapai, tetapi karena cekukan-nya kecil hampir rata dengan body belakang, jari harus sedikit ekstra “perhatian” untuk dengan cepat menemukannya.
Yang cukup mengherankan posisi speaker di bagian bawah body, single speaker biasanya rata-rata ada di bagian kanan dari port charger, tetapi Nokia 5.1 Plus menempatkannya pada posisi di kiri port charger, sehingga saat digunakan bermain game atau posisi landscape, posisi speaker ini lebih mudah tertutup tangan.
Prosesor Mediatek, Apa Bagus?
Pertanyaannya, smartphone dengan prosesor Mediatek apakah bisa memiliki kinerja bagus? , diantara banyaknya smartphone mid-end dengan prosesor Snapdragon yang kebanyakan mendapat banyak apresiasi.
Nokia 5.1 Plus hadir dengan prosesor Mediatek P60, termasuk prosesor kelas cukup tinggi di lini Mediatek, prosesor yang juga digunakan Oppo untuk versi F7, F9, R15, dan Vivo V11.
Maksimum CPU clock prosesor Mediatek biasanya di 2.0 GHz, pada Nokia 5.1 Plus (global), kecepatannya di set di 1.8 GHz, ini menjadikan settingannya mirip dengan Qualcomm Snapdragon 636.
Di negara China sendiri, Nokia 5.1 Plus yang release dengan nama Nokia X5, menggunakan Mediatek P60 ini dengan clock penuh di 2.0 GHz. Mungkin karena persaingan spesifikasi sangat berat di sana.
Dibanding Snapdragon 636, Mediatek P60 ini secara spesifikasi unggul di fabrikasi chipset, sementara SD636 dibuat dengan fabrikasi ukuran 14nm, Mediatek P60 sudah 12nm.
Untuk membuktikan apakah SoC Mediatek P60 ini bisa bersaing secara kinerja dengan prosesor Snapdragon 636 yang jadi kesayangan banyak vendor smartphone, kita lakukan beberapa uji benchmark terukur, dengan pembanding smartphone Xiaomi Redmi Note 5 dan Asus Zenfone Max Pro M1.
Geekbench 4
Uji ini mengukur kemampuan CPU, otak utama SoC yang menjalankan rangkaian perintah.
Baik Mediatek P60 maupun Snapdragon 6366 memiliki konfigurasi yang sama, 8 inti prosesor dengan 2 cluster big.LITTLE, 4 inti prosesor cepat berdasarkan arsitektur Arm A-73,dan 4 inti A-53 yang lebih hemat daya.
Mediatek p60 di Nokia 5.1 Plus di-kedua cluster di set maks 1.8 GHz, sementara Snapdragon 636 cluster dengan inti cepat di 1.8 GHz, dan cluster irit daya di 1.6 GHz.
Walau secara kecepatan clock Mediatek P560 terlihat diuntungkan dengan clock irit daya yang sedikit lebih cepat, tetapi Snapdragon 636 juga melakukan “tuning” dengan menjadikan arsitektur A-73 dan A-53 sebagai CPU custom, dengan sebutan menjadi Kryo 260.
Hasil Single Core dan Multi Core Nokia 5.1 Plus 1327 dan 4805
Hasil Single Core dan Multi Core Redmi Note 5 1330 dan 4763
Bisa dikatakan dari hasil ini, kinerja CPU baik Mediatek P60 dan Snapdragon 636 sama, karena selisihnya hanya kecil dan bisa diabaikan.
AnTuTu
Benchmark AnTuTu menyatukan angka skor dari 4 kategori, CPU, GPU, UX, dan Memory. Ada baiknya skor AnTuTu senantiasa dianalisa dalam setiap bagian kategori.
Mediatek P60 di Nokia 5.1 Plus mendapat skor 116.159
Snapdragon 636 di Redmi Note 5 mendapat skor 115.946
Secara angka total bisa dikatakan keduanya sama kuat, tetapi jika diperhatikan per-kategori, terlihat Mediatek unggul di Grafis, lemah di Memori, sementara Snapdragon unggul di Memori.
Sebagai catatan, skor memory AnTuTu merupakan gabungan skor RAM dan ROM (internal storage). Pada Nokia 5.1 Plus RAM/ROM 3/32 dan pada Redmi Note 5 4/64.
Besar angka RAM dan ROM tidak selalu berpengaruh terhadap skor memory, sebagai pembanding tambahan Asus Zenfone Max Pro M1 dengan RAM/ROM 3/32 menghasilkan skor 5905 untuk kategori Memori.
Dari hasil skor AnTuTu dibagian GPU, kita mungkin bertanya, apakah GPU atau chip grafis di Mediatek yang memiliki 3 inti Arm G-72 lebih unggul dari Adreno 509 Snapdragon?
Untuk itu kita lakukan uji berikutnya yang lebih spesifik ke benchmark grafis.
3D Mark
Benchmark ini sering disebut gamer benchmark, bagaimana SoC smartphone bekerja saat bermain game yang membutuhkan kerjasama antara CPU dan GPU.
Benchmark yang kita gunakan Slingshot dan Slingshot unlimited yang biasanya digunakan untuk mid-range phone dan mengukur kemampuan SoC menjalankan API OpenGL ES 3.0.
Sling Shot Nokia 5.1 Plus
Total: 1198
Graphic: 1043
Physic: 2492
Sling Shot Zenfone Max Pro M1
Total: 1400
Graphic: 1291
Physic: 1987
Sling Shot Unlimited Nokia 5.1 Plus
Total: 1359
Graphic: 1197
Physic: 2575
Sling Shot Unlimited Zenfone Max Pro M1
Total: 1472
Graphic: 1360
Physic: 2069
Hasil keseluruhan benchmark 3D Mark ini memperlihatkan prosesor Snapdragon 636 memiliki kinerja grafis lebih baik dibanding Mediatek P60, dari hasil skor antara grafis dan fisik (GPU dan CPU), terlihat Mediatek P60 lebih menonjol di kemampuan CPU, sementara Adreno 506 chip grafis rancangan Qualcomm sendiri sedikit lebih bertenaga dibanding grafis arm G-72 3 inti yang dibawa Mediatek P60.
Hasil ini agak terbalik dibanding kalau kita melihat hasil benchmark grafis yang dihasilkan AnTuTu di atas. Untuk itu kita mencoba lagi meyakinkan siapa yang kinerjanya lebih baik dibidang grafis dengan melakukan test berikutnya.
GFX Bench
GFX Bench ini benchmark yang mensimulasi kemampuan GPU untuk menghasilkan rendering gambar seperti saat kita bermain game. Semakin bagus kinerjanya, semakin tinggi tingkat FPS atau frame per second bisa direndering.
Karena Nokia 5.1 Plus memiliki resolusi 720p+, sementara pembandingnya Zenfone Max Pro M1 memiliki resolusi layar 1080p+, maka kita menggunakan skor pembanding GFX Bench off screen untuk mengetahui kinerja GPU di Mediatek P60 dibanding GPU di Snapdragon.
Hasilnya memperkuat test sebelumnya, kinerja GPU di Snapdragon 636 memang lebih baik tetapi hanya selisih sedikit dibanding GPU pada Mediatek P60.
Dari hasil FPS nya, hanya beda nol koma, tidak sampai 1 FPS. Dari hasil benchmark ini, bisa ditaraik kesimpulan, kira-kira diantara Mediatek P60 dan Snapdragon 6366, kinerja untuk bermain game-nya akan mirip.
PC Mark Work 2.0
Test ini mensimulasi penggunaan smartphone kebanyakan orang sehari-hari, seperti membuat dokumen, berkirim email, edit foto, membuat dokumen, browsing, dan lain sebagainya.
Di benchmark ini terlihat Mediatek P60 pada Nokia 5.1 Plus dengan skor 7094, jauh mengungguli Snapdragon 636 pada Zenfone Max Pro M1.
Skor 7000-an biasanya didapat oleh smartphone dengan SoC kelas atas, seperti Snapdragon 845, misalnya di Pocophone F1.
Dengan hasil skor yang baik ini, bisa dikatakan Nokia 5.1 Plus cocok menjadi smartphone untuk digunakan berbagai task sehari-hari untuk kebanyakan orang.
Daya tahan baterai
PC Mark Battery akan melakukan loop ber-jam-jam terus menerus, menjalankan simulasi smartphone sedang digunakan untuk task sehari-hari dengan layar di set pada kecerahan 200 nits.
Hasilnya Nokia 5.1 Plus dengan baterai 3060 mAh, layar 5,86” resolusi 720p+, mendapat skor 7 Jam 19 menit.
Sebagai pembanding, Redmi Note 5, baterai 4000 mAh, layar 5.99”, resolusi 1080p+, mendapat skor 11 jam 2 menit.
Walau dalam ukuran baterai Redmi Note 5 30% lebih besar, tetapi resolusinya juga 2 kali lipat lebih tinggi, sehingga dari data ini bisa dikatakan, Snapdragon 636 lebih irit daya dibanding Mediatek P60.
Sebagai catatan, walau menggunakan pure android (Android One), tetapi Nokia 5.1 plus termasuk sangat ketat dalam mengatur aplikasi yang berjalan di back ground, dan saat sedang standby mudah masuk ke mode hybernate.
Selain itu, Android 9 Pie yang diusungnya sudah mendukung adaptive battery, dimana AI membantu memetakan aplikasi apa yang sering digunakan terus menerus dan tidak, kemudian mengatur optimalisasi daya dengan kondisi tersebut, dengan menutup aplikasi yang jarang dibuka kembali. Dengan cara ini, Nokia 5.1 Plus mudah saja dipakai seharian tanpa memerlukan charging
Untuk mode charging, Nokia 5.1 Plus belum menggunakan teknologi charging cepat, dan charger bawaannya masih 10 Watt, bagusnya seri ini sudah menggunakan port USB type-C yang sekarang dianggap sebagai port yang lebih baru menggantikan micro-USB.
Tetapi untuk koneksi data antara perangkat via kabel USB type-C ini belum mendukung USB 3.0 atau USB 3.1, masih menggunakan kecepatan USB 2.0
Sinyal
Untuk slot SIM card, Nokia 5.1 Plus menggunakan tipe hybrid, kita harus memilih dual SIM atau single SIM dan memory card. Memory card maksimal yg bisa dibaca di slot ini 400GB.
Secara spesifikasi dari Mediatek P60 ini bisa mendukung jaringan LTE Cat 7 download dan Cat 13 Upload, tetapi pada Nokia 5.1 Plus hanya mendukung LTE Cat 4.
Dicoba dengan jaringan Telkomsel di daerah yang support LTE 4G+, hanya memberikan koneksi 4G saja.
Untuk WiFi sudah mendukung a/b/g/n/ac , dan koneksinya bagus, ketika kita berpindah ke lokasi yang sering kita gunakan WiFi nya, misal kantor atau rumah, dengan cepat jaringan akan menangkap WiFi jaringan yang diingatnya.
Kamera
Nokia 5.1 Plus dilengkapi dengan dual main camera seperti musimnya smartphone jaman sekarang.
Kamera utama 13 MP f/2.0 dengan kamera kedua untuk efek bokeh 5 MP.
Kita ingat jaman Nokia dulu, sebelum smartphone android, Nokia ini punya teknologi kamera yang seringkali baru dan hebat, seperti pureview.
Tetapi sampai seri Nokia 5.1 Plus, saat Nokia comeback, belum ada device Nokia yang di release resmi di Indonesia memiliki hasil kamera yang wow. Kebanyakan hasilnya ya cukup.
Demikian juga dengan Nokia 5.1 Plus. Saat kondisi cahaya cukup, hasil kameranya bisa dikatakan baik, tetapi seringkali tidak bisa menangkap semua detail dengan baik malah saat cahaya berlebihan dan objek terlalu terang. Kamernya juga baik untuk mengambil objek dalam jarak cukup dekat.
Terkadang warna-warna yang dihasilkan juga sedikit pucat, tergantung dari ambien penerangan saat gambar diambil.
Saat temaram terasa kemampuannya cukup merosot, baik dari segi penangkapan detail, warna, dan pengaturan noise.
Kabarnya pada Nokia selanjutnya, kemampuan kameranya lebih meningkat, dan kita masih harus menunggunya hadir untuk pasar Indonesia.
Yang cukup menarik malah fitur live bokehnya, walau tidak selalu tepat dan rapi, tetapi hasilnya saat ada penerangan cukup bisa cukup dibanggakan.
Live bokeh ini juga juga bisa di set belakangan berkat kemampuan 3-core ISP nya, mengatur level blur atau memindahkan posisi fokus.
Ini beberapa contoh hasil foto dari Nokia 5.1 Plus.
Yang agak aneh di live bokeh edit ini, seringkali saat kita set blur di level maksimum, setelah di save hasilnya berbeda dengan bokeh yang tidak maksimum, entah mengapa. Mungkin software update akan bisa membenarkannya.
Untuk kamera depan Nokia 5.1 Plus membawa satu kamera selfie dengan ukuran 8MP, f/2.2 dengan sudut FOV 80 derajat. Efek beauty juga disematkan di sini.
Kata Akhir
Akhir-akhir ini memang kondisi konsumen di Indonesia yang vokal cukup memprihatinkan. Banyak vendor terlalu mem-brainwash mereka dengan spek dan spek, sehingga banyak sekali yang mudah berasumsi.
Salah satunya asumsi, kalau prosesor-nya Mediatek, tidak mau dilirik lagi.
Serangkaian test di atas membuktikan Mediatek P60 yang diusung Nokia 5.1 Plus ini bisa bersaing dengan prosesor mid-end paling terkenal dari Qualcomm yang banyak digunakan berbagai brand, Snapdragon 636.
Jika bicara AI, Mediatek P60 ini juga sudah mempunyainya dan menamakannya APU (AI Processing Unit), yang tidak harus bekerja sendiri dalam proses AI, tetapi bisa berkolaborasi dengan CPU dan GPU, seperti cara yang digunakan di chipset Snapdragon.
Siapa yang lebih baik dalam memproses AI, masih harus kita uji coba nanti dengan aplikasi AI benchmark, saat aplikasi tersebut lebih mature.
Nokia juga menggunakan kemampuan AI ini untuk proses kamera, seperti membuat efek bokeh, beutify, boothie, dan lain sebagainya. Hanya saja kita tidak menemukan icon scene optimizer di sini.
Nokia 5.1 Plus seperti biasa membanggakan update OS yang cepat, karena menggunakan OS android orisinal tanpa UI tambahan dari Google, dan Nokia berjanji semua device nya akan mendapat 2 update besar dan 3 tahun update security. Jadi device ini keluar dengan android Oreo, sudah update ke android Pie, dan akan update ke android Q nanti.
Saat di-release Nokia 5.1 Plus dihargai 2.6 jt. Melihat kemampuannya, bisa dikatakan harganya sangat bersaing dengan smartphone-smartphone China brand yang sekarang banyak berspesifikasi bagus dan berharga terjangkau. Bedanya Nokia memberikan pengalaman dan update sesuai standar dari Google lewat Android One.
Salah satu kelebihan OS orisinal Google yang tampak langsung dari Nokia 5.1, CDM atau digital right management untuk memutar film streaming seperti Netflix, HBO, Google Movie, dll, diberikan level L1, dimana biasanya smartphone China brand hanya diberikan level L3, yang tidak bisa memutar resolusi HD.
Menarik untuk terus mengikuti perkembangan device Nokia android ini, yang semoga lebih banyak tipe bisa masuk resmi untuk pasar Indonesia.
Kameranya masih biasa aja ya om, dulu temen nyaranin beli ini, untung belum jadi 😀
skrg hrg 2,050 jt..rekomended gk ya?
System audio headset kecil tidak keras. Software menthok tidak lancar . Tolong d bantu …
Software lemot.system audio eraphone kecil.bagaimana caranya