Vivo V15, in-depth review
Prolog
Menurut catatan biro riset Canalys, di penutup akhir tahun 2018, Indonesia menjadi negara terbaik di Asia Pasifik dalam pertumbuhan pangsa pasar smartphone. Dimana kita mendengar tahun 2018 banyak negara sudah saturated dalam pertumbuhan smartphone, Indonesia masih mengalami pertumbuhan 17.1% dengan total jumlah smartphone dikapalkan di Indonesia sebanyak 38 juta unit.
Dari daftar 5 besar brand smartphone yang memiliki market share terbesar di Indonesia, Vivo menjadi brand dengan pertumbuhan kedua YoY terbesar, 132%, dan mulai hampir menyusul saudara seterunya, Oppo, yang hanya tumbuh kurang dari 1% tahun ini.
Tahun ini Vivo berhasil menempati peringkat ke-4 dengan market share smartphone 15.9% di Indonesia, meninggalkan brand lokal Advan cukup jauh.
Di tingkat dunia sendiri, Vivo sekarang berani unjuk gigi dengan menjadi yang pertama mengadopsi teknologi smartphone terbaru, seperti fingerprint di dalam layar. Belum lama dunia juga dikejutkan dengan kreativitas Vivo memperkenalkan cara membuat smartphone dengan layar full tanpa notch untuk kamera selfie dan memperkenalkan pop-up elevated camera dengan Vivo Nex.
Banyak masyarakat Indonesia berharap Vivo seberani saudaranya, Oppo, memasukkan smartphone dengan versi pop-up camera ini ke Indonesia, dan sekarang Vivo menjawabnya, walau bukan dengan Vivo Nex, tetapi dengan versi yang lebih terjangkau Vivo V15.
Sebenarnya belum lama ini Vivo merelease V11 dan V11 Pro di Indonesia. Jadi line-up Vivo di mid-range akan menggunakan angka ganjil, sebenarnya sehabis V11 seharusnya V13, tetapi kita tahu angka 13 seringkali di-skip, makanya kita melihat angka 15 sekarang.
Vivo V15
Untuk pasar Indonesia walau sebelumnya di V11 Vivo mengeluarkan 2 varian langsung V11 dan V11 Pro, kali ini Vivo hanya merelease versi V15 saja. Entahlah apakah nanti versi Pro nya akan di-release juga, sementara di luar sana justru versi Pro yang sudah di release.
Perbedaan versi V15 dan versi Pro nya yang kentara adalah digantikannya fingerprint di bawah layar menjadi di belakang, besaran konfigurasi MP kamera di bagian belakang, dan penggunaan tipe prosesor.
Sementara itu untuk fitur yang dibanggakan, pop-up elevated selfie camera, keduanya sama mengusung 32 MP, angka yang sepertinya paling besar saat ini untuk sebuah kamera selfie.
Mari kita lihat lebih jauh seberapa menarik Vivo yang baru ini.
Desain dan Layar
Dari bagian depan dan belakang, terlihat Vivo mengejar desain yang kekinian atau sedang hype.
Di Bagian depan tentu saja layar dengan bezel tipis disekelilingnya, sehingga terlihat keseluruhannya didominasi layar, yang Vivo klaim dengan besaran angka 90.95% screen to body ratio.
Layar Vivo V15 berukuran 6.53 inci, panel LTPS LCD, resolusi FHD+ 1080 x 2340, dengan rasio 19.5:9. Layar ini sudah dilindungi kaca 2.5D gorilla glass 5 untuk ketahanan gores dan pecah. Saat dikeluarkan dari kemasan, sudah terpasang screen protector.
Vivo tidak mengeluarkan data berapa besar sisa bezel dari bagian depan yang hampir keseluruhannya layar. Berdasarkan perhitungan penggaris micrometer, bezel bagian bawah 4.6 mm, bezel samping 1.3 mm, dan bezel atas 1.5 mm. Ukuran bezel yang sangat tipis.
Dengan kondisi ini walau layarnya masuk golongan phablet+, didapat ukuran body yang kompak, 161.97 × 75.93 × 8.54mm. Menampung baterai dengan kapasitas 4000 mAh, wajar kalau beratnya menjadi sekitar 189.5 gr.
Sebagai perbandingan, dengan ukuran layar yang sama dan baterai lebih kecil di 3174 mAh, iPhone Xs Max masih lebih berat di 208 gr.
Sementara di bagian belakang, warna body merupakan warna pop up gradien, dimana unit review ini dinamakan Glamour Red, gradien dari warna merah ke hitam yang kalau diperhatikan memiliki titik-titik blink yang mengkilat saat terkena cahaya. Selain warna glamour red, untuk mereka yang lebih memilih warna biru satu varian lagi dengan gradasi warna biru ke hitam yang dinamakan Royal Blue.
Walau terlihat mengkilap seperti kaca dan mudah tercetak sidik jari, bagian belakang ini sepertinya terbuat dari polikarbonat. Polikarbonat lebih mudah gores, untuk itu Vivo sudah menyiapkan dalam paketnya sebuah casing, yang kali ini bukan casing silikon biasa, melainkan kombinasi hard plastic dan tepian karet. Casing ini tampak kokoh, walau memuat V15 terasa semakin tebal, tetapi tidak menjadi licin.
Di bagian belakang ini selain warna gradien, jejeran 3 lensa kamera vertikalnya juga terlihat sangat menonjol. Berbeda dengan desain kamera kebanyakan, jejeran kamera ini mentok sampai ke body atas, dimana pada bagian atas ini langsung menyambung dengan pop-up elevated selfie camera.
Yang membedakan Vivo V15 dengan Vivo terdahulu, sekarang di bagian kiri pada frame terdapat sebuah tombol yang dinamakan smart button. Tombol ini bisa di re-map untuk melakukan 3 fungsi AI, misalnya ditekan sekali mengeluarkan menu google assistant, ditekan dan ditahan mengeluarkan menu google search, atau ditekan 2 kali mengeluarkan pengenalan gambar berdasarkan kemampuan AI Jovi (nama smart asisten pintar jovi).
Khusus untuk pengenalan gambar dengan Jovi ini, AI akan berusaha mengenali benda yang difoto dan melihatnya di onlline shopping seperti Tokopedia, Elevenia, Shopee, dll.
Untuk slot SIMcard, V15 juta tetap memiliki dedicated slot micro SD storage card sekaligus 2 tempat untuk dual SIM dual standby. Tombol power dan volume tetap di bagian kanan.
Pada bagian bawah masih terdapat lubang jack audio 3.5mm, single speaker, dan port micro USB.
Memang di jaman sekarang banyak yang terus menanyakan mengapa Vivo tidak berganti ke USB-C, type port yang lebih baru. Demikian juga pada Vivo sebelumnya seperti V11 Pro, portnya masih sama micro USB.
Senada dengan saudara seterunya, Oppo, sepertinya port micro USB ini tetap digunakan karena bertalian dengan teknologi charging cepat mereka.
Smartphone Vivo V15 ini memang sudah mendukung charging cepat 9V 2A, atau 18 Watt.
Secara desain keseluruhan Vivo V15 dibuat dengan baik dan rapi, warna yang dipilih untuk body, layar besar dengan bezel kecil tanpa notch, dan berat yang cukup, membuatnya tampil mewah.
Ketika digenggam terasa ini tidak seperti smarphone mid-end biasa-biasa saja, tampilannya seperti smartphone hi-end. Dan kehadiran pop-up elevated camera membuatnya memiliki nilai desain yang lebih.
Performa
Vivo V15 ditenagai prosesor atau SoC dari Mediatek, Helio P70. Dari yang saya amati, bagi penggemar brand Vivo dan Oppo, jarang saya temui yang alergi dengan prosesor dari Mediatek, dibanding brand seperti Xiaomi yang kebanyakan menganggap SoC Mediatek tidak sebaik Snapdragon dari Qualcomm.
Hal ini menarik, menunjukkan concern dari brand fans yang bisa berbeda pandangan, atau bisa jadi juga brand Xiaomi berhasil menekankan dalam benak fans-nya basis spesifikasi sedemikian penting, sementara brand lain melihat dari sisi lain selain spesifikasi SoC.
Mediatek, walau namanya tidak seterkenal Snapdragon memang sempat mempunyai masa lalu yang naik turun. Sempat digunakan sebagian besar smartphone China sebelum mereka ngetop dan merajai pasar. Sempat punya masalah panas, sempat punya masalah dengan GPS, dll.
Banyak orang yang saya temui masih menyimpan memori ini dan dianggap Mediatek tidak berubah.
Cara terbaik untuk mengetahui sampai mana teknologi Mediatek, adalah dengan melakukan beberapa test untuk mendapatkan data yang lebih menyeluruh.
Helio P70 adalah versi peningkatan dari Helio P60. Entah kebetulan atau tidak, antara Helio P60 dan P70 ini persis seperti Snapdragon 636 dan Snapdragon 660. Jadi kalau di compare secara basis CPU SoC nya, Helio P70 ini mirip dengan Snapdragon 660 yang dipunya Qualcomm.
SoC Mediatek Helio P70 berbasis 2 cluster CPU, 4 inti kecepatan tinggi berbasis Arm Cortex A-73 dengan clock 2.1 GHz, 4 inti efisiensi berbasis A-53 dengan clock 2.0 GHz.
Untuk GPU atau chip grafis menggunakan ARM Mali-G72 MP3. GPU ini mirip dengan yang digunakan Helio P60, sama-sama dengan 3 inti hanya sekarang pada Helio P70 memilki clock speed yang lebih tinggi di 900 MHz.
Untuk RAM, Vivo V15 menggunakan tipe LPDDR4x sebesar 6GB dan internal storage 64GB. Kapasitas storage bisa ditambah dengan micro SD upto 256 GB.
Dari sisi software sudah menggunakan Android 9.0 Pie dengan UI khas Vivo Fun Touch OS 9, yang tampilannya lebih mirip iOS iPhone, tanpa app drawer.
Ketika digunakan, SoC ini sanggup memberikan tenaga yang cukup, perpindahan aplikasi cepat, loading aplikasi cepat, responsif, suhu stabil dan tidak panas. Secara umum untuk kebanyakan orang, tidak akan banyak komplain mengenai performanya, juga termasuk performa menerima sinyal GPS yg sudah sangat cepat. Apalagi jika kita bisa melihat apa yang SoC Helio P70 ini bisa capai dengan teknologinya lewat beberapa benchmark.
Untuk mendapat gambaran yang lebih utuh performa Vivo V15 dengan Soc Helio P70, beberapa benchmark yang dipaparkan di bawah ini akan dibandingkan dengan Vivo V11 pro yang kebetulan menggunakan SoC Snapdragon 660.
( Review dan test Vivo V11 Pro sebagai pembanding bisa dibaca di sini: http://luckysebastian.gadtorade.com/2018/09/vivo-v11-pro-in-depth-review/ )
Geekbench 4.
Aplikasi yang mengukur kecepatan CPU memperlihatkan baik dari single core dan multi core Helio P70 Vivo V15, kinerjanya sedikit lebih tinggi dibanding Snapdragon 660 pada Vivo V11 Pro.
Angka yang didapat Vivo V15 Single core dan Multi core:
1542 dan 5750
Sebagai perbandingan Vivo V11 Pro dengan SD660 :
1436 dan 5512
AnTuTu
Angka skor AnTuTu ini kalau bisa diperhatikan dari setiap bagian, pada test ini sekali lagi Vivo V15 dengan Helio P70 sedikit lebih unggul dibanding V11 Pro dengan Snapdragon 660
Vivo V15 AnTuTu Score:
Total 139.256
CPU : 58.745
GPU : 33.338
UX : 37.538
Mem : 9.648
Vivo V11 Pro AnTuTu Score:
Total 128.607
CPU : 58.393
GPU : 27.319
UX : 34.702
Mem : 8.193
Permintaan konsumen sekarang bagi device mid-end juga mendukung kemampuan bermain game dengan baik. Memang game pada smartphone sekarang sudah menjadi industri dengan penghasilan melebihi game lain seperti pada konsol atau PC.
Game pada smartphone juga semakin baik dari sisi grafis dan gameplay. Ukuran aplikasinya bisa di atas 1GB. Untuk itu dibutuhkan kinerja smartphone yang baik untuk bisa memainkan game tanpa lag atau stutter.
Untuk mengetahui kinerja dari sisi game, kita coba benchmark dengan 2 aplikasi:
3DMark
Aplikasi yang dikenal sebagai gamer benchmark ini menghitung kemampuan GPU sekaligus CPU. Karena saat bermain game berat, selain GPU yang merender gambar, instruksi-instruksi perlu dijalankan dengan baik oleh CPU.
Biasanya untuk mid-end smartphone kita cukup menjalankan OpenGL ES 3.0 API berupa Sling Shot dan Sling Shot Unlimited. Tetapi dengan kemajuan di SoC mid-end, kita juga bisa melakukan pengukuran untuk API yang lebih tinggi seperti OpenGL ES 3.1 dan Vulkan.
Hasil Skor Vivo V15
Sling Shot 1.628
Sling Shot Unlimited 1.781
Sling Shot Extreme 1.275
Sling Shot Extreme Unlimited 1.270
Sling Shote Extreme Vulkan 1251
Sebagai Pembanding Vivo V11 Pro
Sling Shot 1.860
Sling Shot Unlimited 1.937
Sling Shot Extreme 1.216
Sling Shot Extreme Unlimited 1.300
Sling Shote Extreme Vulkan 962
Dari skor 3D Mark ini chip grafis Adreno 512 di Snapdragon 660, menunjukkan kinerja yang sedikit lebih tinggi dibanding ARM Mali G72 di P70, tetapi Arm Mali terlihat lebih baik untuk game berbasis Vulkan API.
Lag atau tidaknya saat bermain game, sering diidentikkan dengan jumlah FPS atau frame per second gambar yang bisa dirender smartphone setiap detik. FPS ini sangat bergantung dengan kompleksnya gambar yang ingin dirender.
Beberapa game 3D berat untuk bisa dimainkan dengan baik, biasanya dibagi dalam settingan grafis yang bisa di set. Semakin tinggi grafis memang semakin membuat game terlihat lebih nyata dan imersif, sekaligus menjadi beban berat untuk chip grafis merendernya.
Game seperti PUBG Mobile akan memberikan syarat untuk setting medium bagi SoC Helio P70 maupun Snapdragon 660, tetapi memang pada settingan di dalamnya kita masih bisa mencoba menaikkan lebih tinggi settingannya, yang kemungkinan membuat FPS yang diraih lebih rendah.
Secara umum Game seperti PUBG Mobile bisa dimainkan dengan baik di settingan medium, tanpa terasa panas dan stutter. Demikian juga game lain seperti Asphalt 9, bisa menggunakan hi-graphic.
Untuk melihat apakah secara rendering FPS GPU di P70 bisa menyamai GPU di SD660, kita bisa melakukannya dengan GFXBench, yang mengukur seberapa banyak FPS bisa direndering smartphone dalam tingkatan skenario berbeda.
GFXBench
Vivo V15
Car Chase Offscreen : 8 FPS
Manhattan Offscreen 3.1 : 14 FPS
Manhattan Offscreen 3.0 : 23 FPS
T-Rex Offscreen : 42
Vivo V11 Pro
Car Chase Offscreen : 8.1 FPS
Manhattan Offscreen 3.1 : 13 FPS
Manhattan Offscreen 3.0 : 20 FPS
T-Rex Offscreen : 45
Dari hasil benchmark di atas, bisa ditarik kesimpulan untuk rendering saat bermain game, antara chipset Helio P70 dan Snapdragon 660 bisa dikatakan imbang.
Sebagian besar lagi banyak orang yang bermain game hanya sekedar ada, atau game-game casual yang tidak tinggi demand-nya terhadap kemampuan grafis dan lebih banyak melakukan hal-hal umum seperti browsing, edit foto, membuat dokumen, dll di smartphonenya.
Kinerja ini bisa diukur juga melalui PC Mark Work 2.0 yang mensimulasi kemampuan proses smartphone saat digunakan untuk keperluan sehari-hari
PCMark Work 2.0
Vivo V15 : 7793
Vivo V11 Pro : 5998
Untuk pekerjaan sehari-hari ini terlihat bahwa kinerja Mediatek jauh lebih baik dibanding Snapdragon. Hal yang sama juga saya lihat di Mediatek P60 yang digunakan Nokia 5.1 plus, dimana angkanya mencapai 7094.
Sebagai perbandingan lebih jauh, untuk mencapai angka 7000-an di benchmark ini, baru bisa di dapat dengan SoC hi-end seperti Snapdragon 845, misalnya yang digunakan pada Pocophone F1, dengan angka 7477.
Jadi untuk mereka yang banyak menggunakan smartphone untuk keperluan aplikasi sehari-hari, bisa melihat skor ini sebagai pertimbangan tambahan.
AI, Performa
Sekarang sedikit-sedikit kita akan mendengar AI, atau artificial intelligence setiap berbicara tentang smartphone.
Vivo V15 juga mengandalkan AI, terutama untuk fotografi, dari scene recognition hingga pemetaan wajah untuk proses beautifikasi.
Tidak hanya itu, sekarang smart asistennya, Jovi, bisa digunakan untuk mengenali foto produk dan mencarinya di online store Indonesia, seperti Tokopedia, Shopee, Elevenia, dll.
Pengenalan scene atau objek yang cepat ini sangat bergantung kepada kemampuan chip AI, yang pada Helio P70 ini memiliki chip khusus seperti DSP pada Snapdragon, yang dinamai APU (AI Prosesor Unit). Kemampuan AI di Helio P70 ini dibantu AI accelerator, secara spesifikasi bisa mencapai up to 280 GMAC/s. Kemampuan ini menarik apalagi dimiliki oleh mid-range chip. Untuk itu saya melakukan test kecepatan AI chip ini.
Sebagai catatan, mengukur kemampuan AI ini masih “tricky”, karena setiap chipset masih belum memiliki acuan yang sama untuk bisa mengukurnya hingga maksimal.
Tetapi ada beberapa acuan framework yang biasanya sudah digunakan oleh berbagai vendor chipset, seperti TensorFlow dari Google, Caffe2 dari Facebook, dll.
Inti dari uji ini salah satunya Computer Vision, mengenali objek yang ditampilkan benchmark, apakah itu benda, foto orang terkenal, lukisan, mengenali tulisan, membaca QRcode, dll.
Ada 2 benchmark AI yang digunakan di sini:
PCMark Computer Vision
Pada test ini dilakukan kecepatan test mengenali objek lewat framework TensorFlow, kemudian barcode lewat Zxing, kemudian pengenalan test lewat OCR library.
Hasilnya Vivo V15 mendapat skor 5671
Skor ini lebih tinggi dibanding chipset yang tidak memiliki blok AI terpisah.
AI Benchmark 2
Test ini juga mengutamakan mengenali foto yang beragam dari orang hingga lukisan.
Saat test dilangsungkan terlihat AI dari V15 sanggup dengan cepat mengenali keseluruhan gambar yang ditampilkan dan memperoleh skor 6452.
Pada skor ini kita bisa mendapat gambaran seberapa baiknya kinerja AI di Helio P70 ini, karena bisa dibandingkan dengan perangkat lain yang melakukan test.
Terlihat skornya hanya sedikit di bawah Google Pixel 3 XL yang sarat dengan algoritma AI, dan cukup jauh di atas Asus Zenfone 5Z yang menggunakan hi-end chipset Snapdragon 845.
Pengenalan objek atau scene yang cepat, bisa membantu Vivo V15 bekerja lebih baik dalam membuat kinerja AI dalam membantu setting dan post processing pada hasil kamera, pemetaan wajah, dan smart asisten Jovi sendiri.
Daya Tahan Baterai
Vivo V15 dilengkapi dengan baterai berkapasitas 4000 mAh, dan memiliki teknologi charging cepat yang dinamai Dual-Engine Fast Charging. Charger yang disertakan sudah fast charging 18 Watt.
Dalam test benchmark menggunakan PCMark Battery 2.0 dengan layar brightness terukur 200 nits, didapat angka 7 Jam 49 menit.
Angka ini sebenarnya termasuk biasa-biasa saja untuk ukuran test PCMark Battery. Bisa jadi ini salah satu kelemahan SoC dari Mediatek jika dibandingkan dengan Snapdragon. Misalnya Mi 8 Lite dengan baterai 3340 mAh dalam uji yang sama bisa mencapai 8 Jam 13 menit.
Kecerahan 200 nits memang cukup terang, biasanya selama digunakan sehari-hari di dalam ruangan, jarang device menyalakan layar sedemikian terang. Dalam penggunaan biasa sehari-hari, baterainya cukup untuk digunakan dari pagi hingga malam, karena manajemen daya baterainya cukup ketat untuk membiarkan smartphone menjalankan banyak aplikasi di background.
Sayangnya Vivo dalam fitur menu baterainya tidak menyediakan data SoT atau screen on time.
Untuk pengisian daya yang cepat, mengisi 84% baterai dari 16% ke 100% dibutuhkan waktu 1 jam 49 menit. Dalam 30 menit pertama fast charging, baterai bisa terisi 37%.
Kamera
#Selfie Kamera depan atau selfie dari Vivo V15 ini menjadi salah satu yang diunggulkan. Pertama karena kamera selfie ini bisa pop-up secara motorized saat dibutuhkan. Kedua kamera selfie ini berukuran 32 MP dengan aperture f/2.0, Vivo menyebutnya sebagai kamera selfie dengan MP terbesar saat ini.
Tentu kita bertanya seberapa kuat mekanik dari kamera pop up ini, apakah lama kelamaan akan melambat, macet, atau mudah patah saat keluar. Vivo sendiri mengatakan sistem motorized dan mekaniknya sudah diuji baik dari sisi ketahanan keluar masuk ribuan kali hingga tahan bending atau tekanan.
Saat kamera selfie ini muncul dan coba digetakkan jari, tidak terasa goyah, dan jika kita mensimulasikan kamera ini terpentok, kamera ini bisa ditekan ke dalam dan balik lagi ke tempatnya.
Pop up kamera ini juga tidak membutuhkan waktu lama untuk keluar, saat kamera selfie ini keluar, langsung sudah bisa digunakan tanpa harus menunggu. Jika kita bandingkan dengan kamera smartphone biasa saat berpindah dari kamera belakang ke kamera depan, kamera pop up Vivo V15 ini tidak kalah cepat untuk berganti dari kamera belakang ke kamera depan untuk mengambil foto.
Beberapa saat setelah kamera tidak digunakan, kamera akan masuk lagi otomatis ke tempatnya sendiri. Untuk menambah efek dramatis saat kamera pop up keluar, bisa di set efek suara seperti mesin mekanik bergerak, atau jika kita ingin kamera selfie keluar tanpa suara, bisa di-mute.
Sayangnya kamera pop up selfie ini tidak bisa diaktifkan sebagai kamera untuk pengenalan wajah untuk unlock, hanya berfungsi sebagai kamera selfie. Jadi untuk keamanan biometrik di smartphone ini kita hanya mengandalkan fingerprint sensor.
Untuk melengkapi selfie lebih istimewa, Vivo melengkapinya dengan kemampuan AI Beauty. Settingan AI beauty ini bisa merubah skin tone, membuat wajah lebih putih, mata lebih lebar, wajah lebih tirus, re-shape bentuk hidung dan lain-lain. Pada settingan foto selfie ini juga ada fitur untuk mengenali gender.
Efek lain yang disediakan untuk selfie post processing lighting dengan memberikan efek seperti lampu studio, stereo light, rainbow light dan lain sebagainya.
Kamera selfie ini sangat fokus ke muka, sehingga seringkali muka tampak sangat terang, dan background juga over brightness. Sepertinya karena bukaan aperture yang cukup besar di f/2.0 sekaligus mengkompensasi jika selfie dilakukan di ruangan yang lebih kurang cahaya agar foto potraitnya tetap terlihat baik.
*update : hari ini ada update system baru yang membuat foto selfie lebih seimbang antara objek dan background, tidak over brigghtness.
Para wanita yang ingin tampil lebih cantik akan sangat menyukai selfie dengan kamera Vivo V15 ini, karena tanpa AI beauty sekalipun wajah akan dibuat lebih halus.
#Main Camera Untuk kamera belakang terdiri dari 3 lensa.
Lensa utama wide 12 MP, dengan ukuran sensor 1 / 2.8 inci, aperture f/1.78 dengan ukuran sensor pixel 1.28 micron.
Lensa kedua Super Wide-Angle 120 derajat 8MP f/2.2. Jika kita mengaktifkan auto correction/distortion agar hasil foto super wide-angle ini tidak cembung atau melengkung, akan didapat lebar 108 derajat
Lensa ketiga 5 MP f/2.4 berfungsi untuk depth-sensor yang membantu membuat efek bokeh dari kamera utama.
Untuk foto potrait dan bokeh, tingkat blur bisa di set setelah foto diambil dengan bukaan terlebar memimik aperture f/0.95. Hasil blurnya cukup rapi dan terlihat menarik saat cahaya cukup.
Ini beberapa contoh foto bokeh.
Untuk foto malam hari, Vivo V15 bisa diandalkan, dengan hasil foto dengan noise cukup terkontrol. Walau bukan foto yang paling terang saat malam hari, tetapi V15 ini jelas memiliki peningkatan foto low light dibanding V11 Pro. Foto malam harinya cukup untuk bisa mengambil ambien saat malam hari dengan tone seperti suasana aslinya.
Tombol shutter juga bisa bekerja dengan cepat tanpa jeda, baik mengambil foto di siang hari yang penuh cahaya atau foto malam hari. Untuk autofokus, sudah menggunakan teknologi dual pixel dimana fokus bisa beralih dengan cepat ketika kamera diarahkan pada objek.
Scene recognition melalui AI juga tersedia, jika scene yang akan kita potret dikenali maka akan ada logo scenenya di pojok kiri bawah.
Biasanya foto malam hari juga memiliki kesulitan saat bertemu objek yang gelap dan neon sign yang memancarkan cahaya. V15 bisa dengan baik menjalankan HDR sehingga didapat hasil yang seimbang.
Untuk foto main camera, post pro sharpness yg tinggi cukup terasa, terutama untuk objek-objek yang difoto dari jarak dekat. Warna-warna yang dihasilkan juga cukup pop up walau tidak berlebihan. Bisa dikatakan hasil foto dari Vivo V15 ini masuk kategori bagus, apalagi mengingat ini adalah seri mid-range.
Kamera dengan lensa super wide-angle memungkinkan kita mengambil area foto yang jauh lebih besar dibanding kamera wide biasanya. Kamera dengan lensa ultra lebar ini sedang menjadi trending sekarang untuk disematkan pada smartphone, karena banyak berguna untuk foto-foto arsitektur atau mengambil foto yang lebih utuh saat jarak kamera terlalu sempit dengan objek.
Untuk foto malam hari, karena bukaannya lebih kecil, apa yang ditangkap kamera lensa super-lebar ini tidak sebaik kamera utamanya.
AI Beauty juga tersedia untuk kamera belakang, saat diaktifkan selain bisa mempermak wajah, juga bisa mempermak bentuk badan, apakah pinggang lebih kecil, kaki lebih ramping dan jenjang, dan lain sebagainya.
Untuk mereka yang suka mengatur sendiri setting kamera secara manual, terdapat menu pro yang bisa mengatur EV, ISO, Shutter Speed, White Balance dan Focus.
Fitur kamera tambahan lain untuk memfoto dokumen, membuat foto panorama, dan menambahkan AR sticker.
Untuk Video, maksimum perekaman di 1080p baik kamera belakang dan kamera depan. Video pada Vivo V15 ini sudah dilengkapi EIS (Electronic Image Stabilization), video yang direkam bisa bergerak lebih halus dibanding saat direkam.
Lensa super lebar juga bisa digunakan untuk perekaman video. (contoh file video sudah di kompres)
Untuk keperluan merekam suara saat video diambil baik untuk vlogging, ataupun menangkap suasana sekitar, dual mic yang tersedia cukup bisa menagkap suara dengan jernih dan jelas.
Fitur video seperti slow motion dan time lapse juga tersedia.
Penutup
Dari segala test di atas, Vivo V15 dengan chipset Helio P70 ini sudah bisa digolongkan sebagai mid-range smartphone yang bagus.
Performanya bisa diandalkan, bahkan memiliki kelebihan pada kemampuan AI dan untuk digunakan dalam keperluan sehari-hari. Untuk digunakan bermain game juga bisa menghasilkan performa yang cukup, bahkan V15 sudah dilengkapi dengan fitur menu game khusus.
Dari sisi desain Vivo V15 ini juga berhasil tampil berbeda dengan kebanyakan smartphone lain, setidaknya memiliki ciri khas. Layar full screen dengan bezel tipis tanpa notch dan warna body gradasi akan menarik banyak peminat yang modern karena tampil kekinian. Sebagian besar pemilik smartphone sekarang menginginkan layar full dengan bezel seminim mungkin agar tampil lebih baru.
Kamera pop up juga bisa menambah kebaruan ini dengan anggapan teknologi kamera pop-up ini sebagai salah satu solusi untuk mendapatkan layar yang lebih penuh sekaligus tampil lebih futuristik dalam teknologi.
Multi kamera juga mendorong smartphone ini tampil lebih baru sesuai trend, dimana dual camera akan segera dianggap teknologi kamera yang lebih lama. Kita akan melihat banyak smartphone akan menggunakan multi camera dengan 3 buah lensa bahkan lebih.
Dengan multi camera ini Vivo juga berhasil membuktikan kualitas foto yang bagus untuk ukuran mid-range phone.
Satu kalimat terakhir, Vivo V15 ini sebenarnya mid-range smartphone yang berhasil membawa desain dan teknologi dari smartphone hi-end.
*update , hari ini Vivo V5 resmi di launching di Taman Air Sri Baduga, Purwakarta dengan harga Rp 4.399.000
Inovasi Vivo emang keren sih
kualitas audionya bagaimana. pak. khususnya via headset. apakah ada DAC nya
Salam kenal sebelumnya nya pak.. mohon maaf sebelumnya.. mau minta info/rekomendasi ut hp vivo yg sudah punya DAC nya seri apa sajakah.. juga alternative ut hp yg lain ( xiaomi…nokia..oppo..dll).. kisaran ring budget 3 – 4 juta