Kelangsungan Hidup Manusia Ditengah Wabah Virus Korona: Kelanjutan Bisnis dan Pendidikan
( Artikel ini pernah saya dipublikasikan pertama kali di Telset.id )
Problem Yang Dialami karena Pandemik
Saat ini semua negara di dunia sedang menghadapi ketidakpastian yang sama karena pandemik covid-19. Pandemik ini tidak lagi hanya bicara tentang masalah kesehatan, tetapi menyebabkan disrupsi di banyak sektor, seperti pekerja kantoran, keberlangsungan pendidikan di sekolah, logistik, finansial, penjualan retail, manufaktur, transportasi, hiburan, pertanian dan peternakan, acara religi, travel, atau bisa dikatakan hampir semua sektor terkena imbasnya.
Lockdown, atau PSBB di negara kita, menyebabkan banyak sektor terdampak dan mengalami kerugian, apalagi dilaksanakan menjelang Hari Raya yang biasanya menjadi saat yang bagus untuk pertumbuhan ekonomi. Mal-mal dan pusat perbelanjaan yang mengumpulkan aktivitas banyak orang ditutup, hanya menyisakan penjual barang keperluan sehari-hari, terutama makanan.
Bisnis Yang Terpukul
Sebelumnya, mal-mal atau toko-toko fisik tradisional juga sudah mulai mendapat dampak dari penjualan di e-commerce atau online yang bertumbuh, tetapi kali ini benar-benar terpukul. Super retail sekalipun yang punya nama besar, tidak kuat dan terpaksa melepas karyawannya. Setiap hari tingkat pengangguran meningkat. Banyak stok barang tidak bisa dijual, dan dari sisi konsumen juga banyak yang melakukan panic buying, sehingga beberapa tipe komoditas menjadi sulit dicari.
Sementara itu, tetap ada banyak bisnis retail yang bisa terus bergulir bahkan cenderung naik trafficnya, yaitu e-commerce atau penjualan secara online.Tetapi walaupun sudah cukup lama e-commerce menggeliat di tanah air, jumlah pengguna dari sisi retailer belum di semua bidang. Beberapa perusahaan malah merasa tidak cocok ada di e-commerce yang umum, dengan berbagai alasan, seperti kategori atau tipe usaha, security, pengelolaan data, dan lain sebagainya. Tetapi mereka sendiri tidak tahu apa yang harus dilakukan agar perusahaannya bisa berjalan menjadi digital dan online. Paling jauh, biasanya hanya membuat website sepert layaknya penggant brosur.
Kelanjutan Kegiatan Pendidikan
Sekolah menjadi tempat berkumpul lebih banyak lagi orang setiap hari, dan sudah lebih dahulu di liburkan untuk memulai sekolah di rumah, atau school from home karena pandemik.
Dari awal mulai sekolah di rumah di mulai, terlihat banyak sekolah dari tingkat dasar hingga perguruan tinggi sekalipun, tidak benar-benar siap.
Proses mengajar dua arah interaksi antara guru dan murid, akhirnya menjadi lebih banyak satu arah, guru-guru lebih banyak memberikan soal-soal saja untuk dikerjakan oleh murid. Cara ini juga membuat banyak orang tua pusing karena banyak ditanya oleh anak-anaknya tentang bagian yang mereka tidak pahami.
Dari pandemik ini, ternyata banyak juga Universitas yang tidak siap, walau sebagian sudah memiliki integrasi belajar online dalam server mereka. Ini keadaan yang dilematik juga, sekolah mengelola server mereka sendiri lebih banyak untuk text based, tetapi tidak cukup kuat untuk menampung banyak kegiatan online sekaligus, terutama beban dari online-class seperti penjelasan dari Dosen ke banyak mahasiswa dalam online class-meeting.
Terpaksa kuliah-kuliah online menggunakan layanan meeting free, tetapi ternyata banyak kendala juga baik teknis maupun keamanan, belum lagi beberapa pihak merasa keberatan, selain takut dengan kebocoran data pengguna, juga dengan materi yang disampaikan, yang biasanya menjadi materi di ruang kuliah tertutup.
Kita bayangkan hal yang sama terjadi pada meeting-meeting perusahaan yang banyak bersifat confidential.
Usaha Untuk Bertahan
Berangkat dari beberapa kasus di atas, pertanyaannya bagaimana para pelaku bisnis bisa survive, dan sekolah-sekolah bisa terus melaksanakan program belajar mengajar lebih efektif.
Beberapa tahun yang lalu, para perusahaan kebanyakan membuat server online sendiri, memiliki bagian IT sendiri untuk mengelolanya. Demikian juga para pelaku bisnis retail yang mulai menggapai jaringan online. Kebanyakan internet hanya dijadikan sebagai jalur atau jalan.
Tetapi ternyata semakin kesini semakin banyak yang dituntut dari digitalisasi sistem ini. Data perusahaan semakin besar, dan kemajuan memungkinkan data di taruh di “awan” atau dikenal sebagai cloud storage.
Biasanya kebanyakan orang pengertian tentang cloud berhenti sampai di sini, bahwa cloud “hanya” menjadi tempat penyimpanan data digital.
Webinar, Alibaba Cloud Day APAC
Beberapa saat lalu Alibaba membuat webinar dengan tajuk Cloud Day APAC, membahas lebih dalam apa yang sudah dilakukan Alibaba sebagai penyedia cloud ranking #1 di China dan Asia Pasifik. Ternyata cloud computing sudah berkembang sangat jauh. Bagian yang menarik dari webinar yang dibagi dalam banyak topik-topik pendek sekitar 30 menit dalam setiap topik, adalah bagaimana perusahaan retail bisa bertahan, dan pendidikan bisa terus berlangsung dengan bantuan cloud computing.
Cloud Computing AI Melawan Covid-19
Sebagai pembuka, Alibaba dengan cloud computing (komputasi awan) yang diperkuat analisa big data dan AI, menjadi bagian dari ujung tombak yang membantu pemerintah China memetakan penyebaran Covid-19. Dari analisa data ini bisa diambil tindakan yang lebih tepat, misalnya melihat arah penyebaran, melakukan lockdown, melihat efektivitasnya, dan memperkirakan kapan kondisi ini mencapai puncak dan bisa berakhir. Dengan bantuan algoritma dengan AI (Artificial Intelligence – Kecerdasan Buatan), Alibaba dengan cloud computingnya membuat algoritma, agar komputer mempelajari dari 5.000 contoh CT-Scan pasien Covid-19, mengenali dan membedakan pneumonia akibat Covid-19, pneumonia umum, dan kondisi lain dengan ketepatan 96%, dalam waktu hanya 20 detik saja, dimana para dokter membutuhkan waktu 5 hingga 15 menit. Proses ini mempersingkat waktu mendekati 60 kali lebih cepat.
Dari banyak kejadian sekarang, kita menyadari kecepatan untuk mengetahui keabsahan pasien terkena Covid-19 atau bukan menjadi sangat penting. Tingkat rapid test seringkali tidak terlalu tepat, dan test swab membutuhkan waktu yang cukup lama. Saat outbreak, 160 Rumah Sakit di China menggunakan teknologi machine learning ini, dengan mengirimkan hasil CT-scan ke cloud Alibaba dan dalam hitungan menit sudah mendapatkan hasil analisanya. Dari teknologi cloud computing machine learning ini, kira-kira 13.000 hasil test di dapat setiap hari.
Solusi dari Cloud Computing
Cloud dengan kemampuan yang sama, kini menawarkan solusi yang sama untuk perusahaan berpindah ke cloud computing dengan cepat. Membangun server sendiri, kemudian membuat software yang diperlukan sudah dianggap tidak reliable untuk saat ini. Selain biaya yang mahal, juga waktu yang dibutuhkan akan sangat lama. Apalagi kondisi sekarang begitu mendesak bagi para perusahaan terutama yang bergerak dalam bidang retail untuk segera bisa meneruskan bisnisnya.
Menjawab berbagai tantangan bagi retailer, Alibaba Cloud menyediakan solusi untuk perusahan retail yang harus beralih dari bisnis offline ke online atau B2C (Business to Consumers) hanya dalam waktu kurang dari 5 hari. Karena saat ini beralih ke online sudah sebuah keharusan.
Cloud computing sudah menyediakan solusi yang lengkap. Kebutuhan utama retail sudah disediakan, migrasi ke online, menaikkan traffic konsumen, mengumpulkan data konsumen dan transaksi untuk analisa, menyediakan support untuk kegiatan promosi dengan berbagai bentuk, seperti kupon, diskon, harga khusus untuk komoditi tertentu, dan lain sebagainya. Ini seperti perusahaan memiliki e-commerce sendiri dan bisa langsung berjalan, dari menerima pembeli, pemilihan, dan pembelian barang, hingga pembayaran dan kesiapan pengiriman.
Untuk skala lebih besar, disediakan pula B2B2C (Business to Business to Consumers), dimana perusahaan B2C bisa tersambung dengan e-commerce yang berperan sebagai mediator.
Atau perusahaan yang sulit meninggalkan cara tradisional, bisa membuatnya menjadi O2O, offline to online, dimana pemesanan bisa dilakukan online, dan pengambilan barang yang dibeli bisa diambil secara offline.
Semua pilihan cara online ini bisa menjadi langkah pertama untuk nantinya perusahaan menjadi omni-channel, semua sistemnya terintegrasi.
Untuk bidang pendidikan, masalah terbesar sekarang adalah menampung kegiatan online secara bersamaan dengan jumlah yang masif, termasuk banyaknya akses data video yang menggantikan pembelajaran disekolah.
Solusi dari Alibaba cloud menyediakan CDN atau content delivery network, mendistribusikan file-file video tersebut kebanyak lokasi server di seluruh dunia. Ketika diakses pengguna secara bersamaan, secara otomatis pengguna akan diarahkan ke lokasi server terdekat dan paling tidak sibuk, untuk menjaga akses yang lancar.
Solusi lain live video broadcasting, disediakan khusus untuk bidang pendidikan oleh Alibaba dengan Alibaba Cloud’s Online Education service, untuk mengatasi kekurangan bandwidth, security, latency, dan besaran skalanya, agar proses mengajar secara live bisa berlangsung dengan baik.
Untuk video conferencing seperti seminar atau tanya jawab di ruangkelas, tidak perlu menggunakan aplikasi di luar ekosistem cloud computing Alibaba, karena sudah disediakan Alibaba DingTalk, yang bisa diakses ratusan pengguna secara bersamaan dalam “satu ruang” meeting.
Banyak insight menarik yang diberikan dari banyak topik di webinar Alibaba Cloud Day APAC. Webinar ini berlangsung 6 jam dalam 12 topik yang sudah diselenggarakan tanggal 23 April 2020 kemarin. Kalau kita ingin mengetahui lebih banyak soal cloud computing, bisa mengikuti semua topik yang masing-masing dibawakan oleh ahli di bidangnya, atau mengikuti topik yang kita butuhkan, seperti solusi mengatasi hambatan bisnis karena Covid-19.
Buat mereka yang tidak sempat mengikutinya secara live, bisa tetap menyaksikan ulang rekamannya di link ini:
Kita sudah menyaksikan dunia sekarang bergerak cepat, banyak bidang yang dulu berjaya sekarang ditinggalkan. Misalnya majalah cetak dan surat kabar digantikan berita online. Lokasi yang dulu jadi hambatan untuk memasarkan barang ke konsumen di daerah lain, sekarang sudah bisa diatasi dengan retail online.
Acara televisi sudah bergeser ke video on demand di internet. Meeting yang memerlukan orang berkumpul di suatu tempat, sudah bisa tergantikan dengan online tanpa batasan lokasi. Pekerjaan yang membutuhkan kolaborasi bisa dilakukan bersama secara online, tidak harus berkumpul di kantor lagi. Toko-toko tradisional tergeser dengan kehadiran penjualan online yang bisa memangkas banyak rantai distribusi dan tidak banyak memakan biaya operasional.
Akhirnya, berpindah dari cara-cara tradisional ke digital online sekarang ini sudah menjadi keharusan, dan tidak ada waktu lagi untuk menunda kalau kita ingin terus bisa berkembang dan berhasil.