Xiaomi 12T, Ini Device Keren

Xiaomi 12T

Awal Desember ini Xiaomi Indonesia kembali merelease smartphone yang bisa digolongkan sebagai flagship smartphone, Xiaomi 12T.

Xiaomi 12T ini masuk salah satu varian dari  jajaran Xiaomi 12 series yg setidaknya ada 10 varian.

Xiaomi 12T

Sebenarnya dari tipe, fitur, part, Xiaomi 12T ini seperti kebanyakan smartphone kelas flagship lain, tidak banyak teknologi baru, tetapi yang membuatnya menarik ada di pilihan penggunaan chipset dan bagaimana device ini meredam panas.   

Fitur utama yang dipilih Xiaomi sendiri pada device ini adalah kemampuan kameranya, karena bagaimanapun sebuah smartphone kelas flagship selalu dituntut memiliki hasil foto yang bagus.

Tetapi kita mulai dari bagian yang paling menarik, chipset dan pendingin.

Performa

Xiaomi 12T memilih menggunakan chipset atau SoC Mediatek Dimensity 8100 Ultra.

Istilah Ultra dibelakang 8100 ini berarti chipset ini seperti dinaikkan limit performanya, atau mudahnya kita bilang “turbo boost”.

Chip Mediatek Dimensity 8100

Ini dimungkinkan karena Mediatek, apalagi di seri Dimensity, dikenal dengan efisiensi yang bagus, sehingga ada ruang untuk menaikkan limit performanya untuk kinerja yang bisa di push lebih tinggi tanpa mengorbankan daya yg berlebih dan panas.

Ini memang dimungkinkan oleh pihak Mediatek, dan digunakan oleh Xiaomi untuk membuatnya menjadi “custom”.

Untuk CPU sendiri, Dimensity 8100 Ultra ini  memiliki 8 inti prosesor atau octacore, terbagi dalam dua cluster

4 inti Cortex A-78 untuk performance core dengan clock di 2.85GHz

4 inti Cortex A-55 untuk efficiency core dengan clock di 2.0GHz

Untuk GPU sendiri menggunakan Mali G-610 MC6.

Fabrikasi chipset ini 5nm.

Dari hasil ujicoba didapat skor AnTuTu yang bagus 780rb an. Dan kalau diperhatikan tiap bagian skor, GPU Mali G-610 MC6 ini tidak kaleng-kaleng, skornya terbesar di 300rb an.  Ini melebihi atau setidaknya menyamai kinerja GPU Adreno 660 di Snapdragon 888, dan secara skor, walau banyak yang mengatakan Dimensity 8100 ini sekelas dengan Snapdragon 870, tetapi hasil skor beberapa benchmark menempatkan Dimensity 8100 ini lebih sejajar dengan flagship Qualcomm tahun lalu, Snapdragon 888.

AnTuTu Benchmark

Betapa pentingnya efisiensi, kita bisa belajar dari Mediatek Dimensity ini. Ini akan terlihat di uji selanjutnya ketahanan GPU.

Dalam Test 3D Mark Wildlife Stress Test ini cukup mengagetkan melihat kelas chipset kinerja tinggi tetapi bisa bertahan tidak throttle.

Dalam 20 kali loop selama 20 menit skore terbaik 5871, dan skor terbawah 5843, perbedaan yang bisa diabaikan, dan kestabilannya 99.5%

Ini berarti device konsisten bisa memberikan performa yg stabil, tidak naik turun, seperti kebanyakan SoC Flagship yang tinggi di awal kemudian throttling harus menurunkan kecepatannya karena panas, dan  ketika dingin menaikkan lagi.

Hitungan sensor suhu dari thermal gun didapati panas tertinggi saat melakukan stress test ini 40 derajat celcius, dan menurut sensor suhu di dalam unit 43 derajat celcius. 

Device terasa hangat, tapi tidak panas, masih nyaman-nyaman saja dipegang. Bahkan jika ujinya hanya test benchmark AnTuTu, tidak ada panas-panasnya.

Sebagai pembanding, awal mula Xiaomi mulai dengan Mi 11 dengan chip Snapdragon 888 dengan Wildlife Stress Test, gagal menyelesaikan 20 loop nya karena panas berlebih, yang kemudian diperbaiki dalam update selanjutnya, dengan membatasi performa chipsetnya.

Stress Test ini menggambarkan kinerja unit saat kita bermain game berat dalam waktu lama, dan sepertinya pilihan chipset Xiaomi kali ini dan meng-customnya tepat, karena efisiensi penggunaan daya yang rendah yang berarti tidak menghasilkan panas berlebih.

Tetapi semua pengendalian panas ini tidak lepas dari pendingin yang digunakan di Xiaomi 12T. Xiaomi meng-klaim bahwa pendingin atau vacuum chamber yang digunakannya di Xiaomi 12T adalah yang terbesar dari yang Xiaomi pernah buat, bahkan menamakannya mega cooling system. Ukuran luasnya 3725mm2.

Selain vacuum chamber yang berisi cairan pendingin, multilayer grafit sebagai penyerap dan penyebar panas, dan lapisan film dari Boron Nitrida melengkapi “mesin” pendingin di Xiaomi 12T, agar panas bisa segera dibuang dan suhu chipset dan beberapa chipset lainnya terjaga dari panas berlebih.

FYI, Boron Nitrida, adalah senyawa yang dikenal dengan tingkat konduktivitas thermal yang tinggi.

Untuk kinerja GPU yg istimewa di kelasnya, Dimensity 8100 ultra ini juga memiliki kinerja CPU yang baik, terutama di multi corenya.

Benchmark dengan Geekbench 5, menghasilkan skor singel corenya 923, dan multicore nya 3.666.

Jika dibanding dengan Snapdragon 888, kinerja singel corenya wajar masih kalah sedikit, karena Snapdragon sudah memakai arsitektur core yang baru cortex X1, sementara Mediatek 8100 ultra masih dengan Cortex A-78.

Tetapi untuk kinerja multicore, Mediatek 8100 Ultra skornya mengungguli Snapdragon 888.

Mana yang lebih penting, single core atau multicore?

Sebenarnya tergantung dari aplikasi apa yang dijalankan. Tapi untuk device sekarang, dengan kemampuan heterogeneous, menggunakan core bersamaan dari cluster yg berbeda, kebanyakan menjalankan multicore.

Aplikasi-aplikasi seperti browser dan game, menggunakan multicore.

Untuk melengkapi kinerja, RAM 8GB yang digunakan sudah LPDDR5 dengan tambahan RAM virtual 3GB.

Sementara untuk internal storage 256GB sudah UFS 3.1.

Layar

Layar Xiaomi 12T berukuran 6.67”, layar yang cukup besar untuk menampilkan beragam konten dan aplikasi.

Sudah berpanel AMOLED, yang walaupun Xiaomi tidak membekalinya dengan sertifikasi dari Displaymate, tapi memenuhi beberapa kriteria sebagai layar yang bagus.

Kacanya dilindungi Gorilla Glass 5, dengan optical fingerprint sensor di bagian bawah, dan dot atau bundaran kecil di bagian atau untuk kamera selfie.

Yang menarik adalah resolusinya 2712 x 1220, sedikit lagi mendekati QHD, walau kalau disebut Full HD+ juga cukup ketinggian. Kerapatannya bagus 446 ppi, dimana mata sudah sulit bisa melihat titik pixelnya.

Refresh Rate layar sudah tinggi, 120Hz dengan adaptive sync, jadi di program untuk merubah refresh ratenya 30/60/90 atau 120Hz tergantung aplikasi yang sedang ditampilkan untuk menghemat baterai.

Layarnya sudah mendukung 68miliar warna, yang berarti sudah support 12bit color. Tapi ini entah real by hardware atau software. Tapi 3 versi Xiaomi 12 yang lebih atas memang mendukung 12bit color.

Tapi saya pikir bisa 10bit saja sudah sangan cukup untuk ukuran layar 6.67”.

Color Gamut layar sudah support DCI-P3, kecerahan 500 nits yg bisa di boost ke 900 nits saat diperlukan, seperti di bawah sinar matahari.

Penting untuk bicara ketepatan warna jika kita bicara layar bagus, dan menurut Xiaomi, hasil uji Xiaomi 12T ini memiliki JNCD≈0.37, Delta E≈0.66.

JNCD sendiri singkatan dari Just Noticeable Color Difference, di bawah angka 1, berarti kita sulit membedakan warna yang kita lihat dengan warna yang ditampilkan, atau bisa dikatakan akurat.

Sementara Delta E membedakan warna dari 2 sumber, semakin mendekati angka 0 semakin sama warna tersebut ditampilkan.

Jadi dari sisi layar, Xiaomi 12T memiliki layar yang berkualitas. Layarnya saat dicoba bermain game dan menonton film bisa menampilkan gambar-gambar dengan bagus. Juga sudah didukung HDR 10+, untuk menonton film2 seperti Netflix, Disney, dll, yang sudah support HDR.

Keasikan bermain game atau menonton film ini juga ditunjang dengan dual speaker yang ada di frame bawah dan atas, yang posisinya diagonal dan dilengkapi Dolby Atmos. Suaranya lantang.

Lubang Speaker di frame bawah dan atas

Kalau kita memerlukan menyambungnya dengan TWS , sudah support Hi Res Wireless.

Tidak ada port jack audio 3.5 analog lagi, semuanya sudah digital.

Baterai.

Body Xiaomi 12T tidak terlihat tebat, malah terlihat ramping, dengan tebal 8.6mm. Padahal mengusung baterai 5000mAh yg support 120W turbo charging. Baterainya hanya 1 keping tidak terbagi 2 keping seperti biasa untuk device yang mendukung charging sangat cepat.

Uji lab Xiaomi mengatakan charging ini cukup hanya 19 menit untuk mengisi 2% baterai hingga penuh ke 100%.

Dengan 9 sensor panas yg mengawasi proses charging, Xiaomi menjanjikan unit akan bertahan 800 cycle charging, sebelum baterai mulai degradasi. Jadi sekitar 2 tahun baterai akan tetap bagus jika sehari diisi 1x.

19 menit ini bisa berubah-ubah tergantung dari voltage listrik rumah kita. Charging 120W bisa didapat jika listrik berkisaran di 220V – 240V. Tetapi untuk mereka yang tinggal di negara seperti US, dengan listrik masih 120V, maka charging akan turun ke 90W.

Jika kita terbiasa dengan charging super cepat seperti ini, kita berharap semua device yang kita gunakan bisa secepat ini proses chargingnya, tidak harus meninggalkannya di charge saat tidur, dan ketika dibutuhkan hanya menunggu sebentar untuk mengisi dan siap digunakan lagi.

Kamera

Xiaomi menginginkan Xiaomi 12T menjadi smartphone untuk content creator, yang berarti harus memiliki foto dan video yang baik.

Ada 3 lensa dibagian main kamera

108MP lensa utama f/1.7 nona binning , OIS

8MP ultra wide lens f/2.2, 120 FOV (Field of View)

2MP lensa makro f/2.4

Support Video 4K 30FPS

Kamera selfie 20MP, f/2.24

Support video 1080p 60FPS

Hasil dari kamera utama di area cukup pencahayaan, baik di bawah sinar matahari sore, maupun di dalam ruangan yang tidak terlalu terang, dapat tetap menangkap objek dengan baik, detail, ketajaman, HDR, dan warna-warna sedikit pop-up tetapi tidak berlebihan. Intinya hasil foto bisa dinikmati dan dikatakan bagus di atas rata-rata.

Hanya saja dalam penerangan yang tidak terlalu terang, jika kita mengambil foto dari objek yang mudah bergerak, seperti binatang piaraan, sedikit saja gerakan maka foto akan mudah blur. 

Ini wajar sebenarnya, hanya sedikit kamera smartphone yang bisa mengkompensasi gerakan ini.

108MP yang digunakan, menangkap banyak detail, sehingga walau tidak memiliki lensa tele, Xiaomi 12T menawarkan 2x telephoto, yg sebenarnya hasil cropping dari 108MP. Tetapi hasilnya tetap bagus, tanpa foto menjadi “pecah” detailnya. 

2x telephoto ini sangat membantu untuk mengambil objek dari jarak lebih jauh, dan objek-objek tanpa distorsi, apalagi benda geometris.

Sayangnya 2x telephoto ini tidak ada di mode portrait, padahal mode ini membutuhkan lensa kamera memimik 50mm lensa kamera profesional, yg dianggap sebagai ukuran terbaik untuk mode portrait.

Pada mode portrait, lebih terarah untuk objek manusia, dan harus lebih steady memegang kameranya, karena fokusnya lebih mudah meleset dan menjadikan gambar agak blur.

Tetapi ketika pas, hasilnya potraitnya juga rapi dengan background yang bisa diatur tingkat bokehnya.

Lensa makro butuh atau tidak butuh, dan sering dianggap jadi pelengkap saja trend multi lenses di smartphone, sebenarnya lumayan berguna untuk mereka yang mau mengambil foto dari jarak lebih dekat, dibanding fokus yang bisa didapat kamera standar dari jarak yang sama.

Hanya saja 2MP memang agak terlalu kecil untuk bisa kita cropping atau menangkap detail yang lebih kaya. Tetapi keberadaan lensa makro ini, bisa menambahkan kreatifitas.

Xiaomi tidak bicara besar ketika bilang bahwa foto malam hari atau low light nya spesial di Xiaomi 12T.

Biasanya kebanyakan smartphone saat foto malam hari, kita harus memegang smartphone secara steady dan butuh bukaan lama saat mengambil foto agar cahaya masuk lebih banyak.

Tetapi Xiaomi 12T layaknya foto biasa tidak butuh waktu seperti itu. Tetapi foto yang diambil bagus, detail dapat, tidak menjadi cat air, langit sedikit berawan terlihat, noise terjaga, dan warnanya lebih hangat. Good Job Xiaomi.

Kesimpulan.

Xiaomi 12T ini bisa dikatakan device yang diramu dengan tepat. Pertama saya mengira device ini tidak akan baik, atau malah aneh seperti versi sebelumnya 11T, tetapi ternyata saya salah.

Untuk mereka yang ingin device kencang di atas rata-rata, pilihan penggunaan Mediatek Dimensity 8100 Ultra sangat bagus. Chipset ini bisa memberikan kinerja tinggi, stabil, irit daya, dan tidak panas. Diajak main game berat sanggup, digunakan untuk multitasking setiap hari ok.

Untuk mereka yang menggunakan device dalam waktu yang lama, keberadaan 5G nya juga membuat hati tenang, walau di daerahnya belum tercover jaringan 5G, karena ketika 5G masuk, devicenya sudah siap.

Kualitas layarnya ok, bukan yang terbaik, tetapi termasuk berkualitas. Kita akan sangat bisa menikmati konten-konten yang ditampilkannya. Belum lagi dilengkapi dual speaker diagonal dengan fitur Dolby Atmos yang bersuara lantang.

Kameranya bagus, bahkan untuk foto malam hari. Cocok untuk mereka yang banyak menggunakan smartphone untuk membuat konten atau mengambil banyak gambar.

Desainnya juga menarik, dengan back casing tersedia dalam 2 warna hitam dan biru. Terlihat sedikit metalik, tapi tidak membekas sidik jari.

Ketebalan dan ukurannya masih enak digenggam

Baterainya besar 5000mAh ukuran yang cukup untuk dipakai seharian, dan terasa lebih tenang kalau kita abuse, karena chargingnya juga sangat cepat, rata-rata hanya belasan menit kalau tidak kita gunakan baterainya hingga hampir habis.

Mereka yang mengandalkan NFC dan Infra Red remote, juga masih disediakan oleh Xiaomi 12T.

Dan kemungkinan yang menjadi penting buat sebagian penggemar Xiaomi, selama saya gunakan device Xiaomi 12T ini, saya belum penah menemukan iklan yang terkadang menyelip di beberapa bagian fitur dan aplikasi Xiaomi.

Dengan harga banderol 6.6 jt rupiah, device ini bisa dikatakan best value dengan segala kemampuannya.

Leave a Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.